p-Index From 2020 - 2025
0.659
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Harsono Salimo
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Interval Kelahiran Bayi Terhadap Kejadian Stunting pada Balita Kiki Dwi qori Ayatulloh; Harsono Salimo; Sri Martuti
Sari Pediatri Vol 23, No 5 (2022)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.5.2022.306-12

Abstract

Latar belakang. Stunting diartikan panjang badan atau tinggi badan terhadap usia kurang dari -2 standar deviasi kurva pertumbuhan WHO 2006. Banyak faktor yang menyebabkan stunting, di antaranya nutrisi, lingkungan, sosial ekonomi, termasuk interval kelahiran. Tujuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kedekatan interval kelahiran terhadap kejadian stunting. Metode. Penelitian ini bersifat analitikobservasional secara potong lintang. Subjek penelitian adalah balita yang berkunjung ke Puskesmas Mojogedang. Data didapatkan dari anamnesis orangtua dan tinggi badan balita yang diplotkan pada kurva WHO. Data dianilisis dengan chi square dan analisis regresi logistik.Hasil. Seratus limapuluh delapan balita mengikuti penelitian dengan proporsi 22,2% anak stunting dan 77,8% anak tidak stunting. Pendidikan ibu, IMT ibu, dan pemberian ASI eksklusif tidak berpengaruh dalam penelitian ini. Penghasilan rendah (p=0,007 dengan OR=3,286 dan CI;1,383-7,806), asupan kalori kurang (p=0,004 dengan OR=4,887 dan CI;1,675-14,256), dan interval kelahiran <36 bulan (p=0,035 dengan OR=2,479 dan CI;1,064-5,774) memengaruhi kejadian stunting.Kesimpulan. Interval kelahiran bayi memengaruhi kejadian stunting pada balita.
Perbedaan Gangguan Psikososial dan Fungsi Kognitif antara Remaja Pendek dengan Indeks Massa Tubuh Rendah dan Normal di Sekolah Menengah Pertama Kota Surakarta Gita Soraya Diananta; Harsono Salimo; Bambang Soebagyo
Sari Pediatri Vol 22, No 3 (2020)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.3.2020.153-9

Abstract

Latar belakang. Perawakan pendek pada anak dan remaja masih sering ditemukan di negara berkembang dan berdampak pada perkembangan fisik, mental dan fungsi kognitif remaja.Tujuan. Menganalisis perbedaan gangguan psikososial dan fungsi kognitif antara remaja pendek dengan IMT rendah dan normal.Metode. Penelitian observasional dengan desain studi potong lintang yang dilakukan di SMP Negeri 8 dan 20 Kota Surakarta pada bulan Agustus – Oktober 2019 terhadap remaja pendek berusia 11-15 tahun dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengukuran antropometri berdasarkan WHO 2006 yang dikategorikan sebagai remaja pendek kurus dan pendek normal. Keduanya mengisi kuesioner PSC-17 dan CFIT. Perbedaan gangguan psikososial dan fungsi kognitif antara kedua kelompok dianalisis menggunakan chi square. Hasil penelitian dikatakan bermakna jika nilai p<0,05.Hasil. Prevalensi remaja pendek adalah 18,5% terdiri dari remaja pendek kurus (37,5%) dan pendek normal (62,5%). Terdapat perbedaan gangguan psikososial dan fungsi kognitif antara remaja pendek kurus dan pendek normal yang bermakna (p=0,007 dan p=0,000). Remaja pendek kurus berisiko mengalami gangguan psikososial 2,35 kali dan gangguan fungsi kognitif 8,83 kali. Mayoritas gangguan psikososial adalah masalah internalisasi. Remaja pendek kurus berisiko 2,79 kali (p=0,002). Kesimpulan. Terdapat perbedaan gangguan psikososial dan fungsi kognitif antara remaja pendek dengan IMT rendah dan normal yang secara statistik bermakna.
Perbedaan Skor Developmental Quotient Menggunakan Cognitive Adaptive Test/Clinical Linguistic Auditory Milestone Scale pada Anak Stunting di Surakarta Prima Evita Juwitasari; Harsono Salimo; Hari Wahyu Nugroho
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.371-7

Abstract

Latar belakang. Anak stunting berisiko mengalami gangguan perkembangan. CAT/CLAMS merupakan alat skrining gangguan perkembangan yang efektif dan akurat mendeteksi keterlambatan kognitif global dan bahasa. Tujuan. Menganalisis perbedaan skor DQ anak stunting dan tidak stunting menggunakan CAT/CLAMS.Metode. Penelitian deskriptif observasional dengan desain studi potong lintang yang dilakukan di beberapa puskesmas dan posyandu di Surakarta Agustus 2018-Mei 2019 terhadap anak usia 3-36 bulan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dikatakan bermakna jika nilai p<0,05.Hasil. Penelitian melibatkan 120 anak dengan rerata umur 19,7 + 9,49 bulan, terdiri dari 20% anak stunting dan 80% tidak stunting. Skor CAT pada anak dengan stunting rata-rata 93,15+5,24 dan tidak stunting 94,37+5,89, p=0,203 (p>0,05). Skor CLAMS pada anak stunting rata-rata 92,98+6,32 dan tidak stunting 92,76+6,61, p=0,933 (p>0,05) Skor DQ pada anak stunting rata-rata 93,06+5,44 dan tidak stunting 93,57+5,84, dengan nilai p=0,539 (p>0,05). Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor DQ anak stunting dna tidak stunting menggunakan CAT/CLAMS.