This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Najib Advani
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Profil Klinis dan Terapeutik Anak Hiperplasia Adrenal Kongenital Terkait Gizi Lebih dan Obesitas Ivena Susanti; Jose RL Batubara; Najib Advani
Sari Pediatri Vol 16, No 3 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.3.2014.201-9

Abstract

Latar belakang. Obesitas pada anak hiperplasia adrenal kongenital (HAK) dapat terjadi akibat penyakit dan terapi glukokortikoid. Di Indonesia, belum diketahui prevalensi gizi lebih dan obesitas pada anak HAK serta faktor-faktor yang berhubungan.Tujuan. Mengetahui prevalensi gizi lebih dan obesitas anak HAK dan faktor yang berhubungan (faktor penyakit, faktor terapi, dan faktor umum).Metode. Uji potong lintang pada anak HAK yang berobat di RSCM dan RS lain di Jabodetabek selama Maret-Juni 2013. Pencatatan data klinis, analisis diet, dan pemeriksaan kadar 17-hidroksiprogesteron (17-OHP) dilakukan pada setiap subjek.Hasil. Empatpuluh sembilan subjek-38 perempuan dan 11 laki-laki, rentang usia 0,4-18,3 tahun-memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek tipe salt wasting (SW) 79,6% dengan median usia awal terapi 2,5 tahun lebih muda dibandingkan kelompok non-SW. Rerata dosis hidrokortison 17,2 (SB 6,4) mg/m2/hari dan median durasi terapi 5,7 (rentang 0,1-18,3) tahun. Sebagian besar subjek memiliki kontrol metabolik undertreatment (36/49) dengan median kadar 17-OHP 19 (rentang 0,2-876) nmol/L. Terdapat 19 subjek sudah pubertas, 6 di antaranya mengalami pubertas prekoks. Ditemukan prevalensi gizi lebih dan obesitas 5,3% pada kelompok usia balita dan 66,7% usia lebih dari 5 tahun. Subjek memiliki asupan gizi lebih dari 62,5%. Subjek dengan usia lebih dari 5 tahun, sudah pubertas, atau mengalami pubertas prekoks lebih berisiko mengalami gizi lebih dan obesitas. Durasi terapi glukokortikoid berkorelasi sedang (r=0,668; p=0,000) dengan indeks massa tubuh (IMT), sedangkan dosis terapi tidak menunjukkan korelasi dengan IMT.Kesimpulan. Prevalensi gizi lebih dan obesitas pada anak HAK adalah 42,9%. Subjek dengan usia lebih dari 5 tahun, sudah pubertas, atau mengalami pubertas prekoks lebih berisiko mengalami gizi lebih dan obesitas. Terdapat korelasi sedang antara durasi terapi glukokortikoid dengan IMT
Profil Darah Tepi pada Anak dengan Infeksi Dengue Citra Raditha; Alan Roland Tumbelaka; Irawan Mangunatmadja; Taralan Tambunan; Najib Advani; Rosalina Roeslani
Sari Pediatri Vol 15, No 1 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.54 KB) | DOI: 10.14238/sp15.1.2013.23-6

Abstract

Latar belakang. Infeksi dengue merupakan infeksi Arbovirus tersering pada manusia. Insiden global dari infeksi ini telah meningkat secara dramatis dalam beberapa dekade terakhir. Perjalanan penyakit sulit diperkirakan, dan derajat penyakit bervariasi mulai dari yang bersifat asimtomatik sampai dengan syok.Tujuan. Mengetahui hubungan antara kombinasi parameter darah tepi dengan derajat infeksi dengue pada saat time of fever defervescence.Metode. Penelitian deskriptif analitik pada anak sepsis umur 1-18 tahun yang dirawat di Departemen. Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, dan RS Harapan Kita. Penelitian dilakukan dari November 2010 – April 2011. Pemeriksaan darah tepi berupa trombosit, leukosit, hemoglobin, hematokrit, dan limfosit plasma biru dilakukan secara berkala tiap hari, dan pemeriksaan serologi hari ke-5 demam pada setiap subjek. Selanjutnya dilakukan analisis hubungan kombinasi parameter darah tepi dengan derajat infeksi dengue pada saat time of fever defervescence.Hasil. Terdapat 100 subyek penelitian, terdiri dari 50 DD, 30 DBD derajat I dan II, dan 20 SSD antara bulan November 2010-April 2011. Pada demam hari ke-3, terjadi penurunan jumlah trombosit, leukosit, serta peningkatan nilai hemoglobin, dan hematokrit. Jumlah limfosit plasma biru mengalami peningkatan sejak awal demam. Analisis diskriminan menemukan persamaan antara kombinasi trombosit, hematokrit, leukosit dengan derajat berat infeksi dengue pada saat time of fever defervescence yaitu y= -6,089 - 0,020 x trombosit (dalam 103) + 0,152 x hematokrit + 0,22 x leukosit (dalam 103). Prediksi diagnosis DD jika memiliki nilai diskriminasi -3,06047 hingga -0,20671, DBD derajat I-II jika nilai diskriminasi -0,25809 hingga 0,78855, dan SSD jika nilai diskriminasi 0,45226 hingga 2,80560.Kesimpulan. Penelitian ini menemukan hubungan antara kombinasi trombosit, hematokrit, leukosit dengan derajat berat infeksi dengue pada saat time of fever defervescence.