This Author published in this journals
All Journal Sari Pediatri
Tunjung Wibowo
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ASI Eksklusif sebagai Faktor Protektif Rinitis Alergi pada Anak Thrisia Wuryanti; Sumadiono Sumadiono; Tunjung Wibowo
Sari Pediatri Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp17.1.2015.59-63

Abstract

Latar belakang. Prevalensi rinitis alergi di dunia semakin meningkat termasuk di Indonesia. Rinitis alergi menyebabkan penurunankualitas hidup sehingga sedini mungkin dicegah agar proses tumbuh kembang anak optimal. Faktor pencegah di antaranya denganpemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif.Tujuan. Mengetahui apakah pemberian ASI eksklusif merupakan faktor protektif terhadap rinitis alergi pada anak di Provinsi DaerahIstimewa Yogyakarta.Metode. Rancang penelitian berupa kasus kontrol berpasangan, analisis Mc.Nemar, dan conditional logistic regression. Populasi targetmurid sekolah dasar di Yogyakarta dengan rinitis alergi sebagai kasus (diagnosis berdasarkan kriteria AIRA, kuesioner ISAAC, ujitusuk kulit). Matching berdasarkan umur dan jenis kelamin. Informasi pemberian ASI dengan wawancara dan kuesioner.Hasil. Subjek penelitian adalah 55 kasus dan 55 kontrol. Alergen terbanyak menimbulkan alergi adalah kutu rumah. PemberianASI eksklusif terhadap rinitis alergi mempunyai rasio odds 0,23; IK95% 0,08-061; p=0,23. Paparan asap rokok terhadap alergimempunyai rasio odds 3,07; IK95% 1,23-7,68; p=0,016.Kesimpulan. ASI eksklusif merupakan faktor protektif terhadap rinitis alergi pada anak.
Kejang Berulang dan Status Epileptikus pada Ensefalitis sebagai Faktor Risiko Epilepsi Pascaensefalitis Nur Laili Muzayyanah; Sunartini Hapsara; Tunjung Wibowo
Sari Pediatri Vol 15, No 3 (2013)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.005 KB) | DOI: 10.14238/sp15.3.2013.150-5

Abstract

Latar belakang. Epilepsi pascaensefalitis merupakan salah satu komplikasi ensefalitis yang sering terjadi serta memerlukan tata laksana jangka panjang dan menurunkan kualitas hidup pasien. Kejang berulang dan status epileptikus pada ensefalitis dicurigai dapat meningkatkan risiko terjadi epilepsi pascaensefalitis.Tujuan. Mengetahui apakah risiko epilepsi pascaensefalitis lebih tinggi pada pasien yang mengalami kejang berulang dan status epileptikus pada ensefalitis.Metode. Penelitian kasus kontrol pada pasien pascaensefalitis usia 6 bulan-18 tahun dilakukan di bangsal anak RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Kelompok kasus terdiri dari 26 pasien dengan diagnosis epilepsi pascaensefalitis, 27 pasien pascaensefalitis dengan gejala sisa selain epilepsi atau tanpa gejala sisa sebagai kelompok kontrol. Data klinis subyek selama episode ensefalitis akut didapatkan dari rekam medis pasien saat dirawat. Kekuatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen diketahui berdasarkan analisis bivariat dan analisis multivariat.Hasil. Kejang berulang ensefalitis akut meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis (OR 3,6;95 % CI 1,0-12,7; p<0,05). Status epileptikus ensefalitis secara klinis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis, tetapi secara statistik tidak bermakna (OR 2,4;95 % CI 0,7-8,2; p>0,05).Kesimpulan. Kejang berulang ensefalitis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis. Status epileptikus pada ensefalitis secara klinis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis, tetapi secara statistik tidak bermakna.
Faktor Prognostik Kematian Bayi Berat Lahir Sangat Rendah di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Tersier Tunjung Wibowo; Ekawaty Lutfia Haksari; Setya Wandita
Sari Pediatri Vol 13, No 6 (2012)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.399 KB) | DOI: 10.14238/sp13.6.2012.401-5

Abstract

Latar belakang. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) masih merupakan tantangan dalam upaya menurunkan angka kematian neonatal. Beberapa faktor risiko telah terbukti meningkatkan risiko kematian BBLSR, seperti berat lahir dan umur kehamilan. Besarnya variasi tingkat perawatan di neonatal intensive care unit(NICU) juga akan berkontribusi terhadap risiko kematian.Tujuan. Melakukan pengaruh beberapa faktor maternal, fetal, kondisi bayi dan parameter pemeriksaan pendukung terhadap kematian BBLSR.Metode. Penelitian kohort prospektif dilakukan di bangsal Perinatologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dari tanggal 1 Februari 2007 sampai Agustus 2010. Semua bayi yang dirawat dengan berat lahir lebih dari 500 g, tanpa kelainan kongenital yang lethal dan dapat diikuti sampai diijinkan pulang dimasukkan sebagai subjek penelitian. Data faktor prognostik kematian dikumpulkan dengan formulir yang sudah terkode. Dilakukan analisis dengan logistik regresi untuk mengetahui pengaruh faktor prognosis terhadap kejadian kematian BBLSR.Hasil. Didapatkan 394 bayi lahir BBLSR yang diikutsertakan ke dalam penelitian, 33 (8%) bayi dikeluarkan karena pulang sebelum diijinkan. Angka kematian BBLSR 62,3%. Dari hasil analisis multivariat didapatkan variabel yang dapat menjadi faktor prognostik kematian BBLSR adalah berat lahir <1000 g ( OR:5; 95% CI: 2,3 – 10,7), nilai Apgar menit pertama <4 (OR: 6: 95% CI: 3,1 – 12), penggunaan ventilator (OR; 8,3; 95% CI: 4,3 – 16), sepsis (OR: 12; 95% CI: 3,8 – 37,9) dan kasus rujukan (OR: 3,1; 95% CI: 1,4 – 6,6)Kesimpulan. Berat lahir <1000 g, nilai Apgar menit pertama <4, penggunaan ventilator, sepsis dan kasus rujukan merupakan faktor prognostik yang secara bermakna meningkatkan kematian BBLSR