Kartika Darma Handayani
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Surabaya

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR RISIKO DAN LUARAN DARI PENGGUNAAN TERAPI ANTIBIOTIK EMPIRIK JANGKA PANJANG PADA BAYI DENGAN BERAT LAHIR SANGAT RENDAH DALAM KONDISI SEPSIS Reza, Muhammad; Sampurna, Mahendra Tri Arif; Handayani, Kartika Darma; Angelika, Dina; Utomo, Martono Tri; Etika, Risa; Harianto, Agus
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 4 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.154 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2019.006.04.4

Abstract

Terapi antibiotik berkepanjangan pada neonatus menyebabkan beberapa konsekuensi negatif meliputi resistensi antibiotik, sepsis awitan lambat, enterocolitis nekrotikan (EKN), lama rawat lebih panjang, dan peningkatan mortalitas. Semua faktor tersebut mempengaruhi efisiensi biaya pelayanan rumah sakit di era Jaminan Kesehatan Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko dan luaran dari terapi antibiotik berkepanjangan pada bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan sepsis. Desain penelitian adalah studi retrospektif pada BBLSR dengan sepsis di Neonatal Intensive Care Unit (NICU), RSUD Dr. Soetomo, Surabaya sejak Januari-Desember 2017 dilakukan dengan membandingkan luaran antara kelompok I yang mendapat terapi antibiotik empirik kurang dari sama dengan 2 minggu dengan kelompok II yang mendapat terapi antibiotik empirik lebih dari 2 minggu empirik. Dari 87 bayi yang termasuk ke dalam studi, 37 bayi termasuk dalam kelompok I dan 50 bayi dalam kelompok II. Rerata durasi terapi antibiotik pada kelompok I dan kelompok II adalah 9,2±2,5 dan 17,9±3,2 hari, dengan lama rawat inap 19,7±8,5 dan 27,2±13,1 hari. Analisis faktor risiko menunjukkan bahwa BBLSR terutama 1000 gram (p < 0,001), ventilasi mekanik invasif (p < 0,001), ventilasi mekanik non-invasif (p < 0,001), korioamnionitis (p = 0,003), penyakit maternal (p = 0,004), kehamilan multipel (p = 0,03) merupakan faktor risiko mendapatkan terapi antibiotik empirik berkepanjangan. Luaran dari terapi antibiotik empirik berkepanjangan adalah 41 (47%) bayi mengalami sepsis awitan lambat,  15 (17%) bayi dengan EKN, dan 11 (12%) bayi meninggal. Mortalitas bayi dengan sepsis awitan lambat (p < 0,001) dan EKN (p = 0,02) lebih tinggi pada kelompok II dibandingkan kelompok I. Kesimpulannya, terapi antibiotik empirik berkepanjangan meningkatkan angka kejadian sepsis awitan lambat, enterocolitis nekrotikan, lama rawat, dan mortalitas BBLSR di NICU yang berdampak meningkatkan biaya pelayanan rumah sakit.  
Echocardiographic Study in Preterm Infant with Hemodynamic Significant Patent Ductus Arteriosus Sunny Mariana Samosir; Martono Tri Utomo; Mahrus A. Rahman; Risa Etika; Dina Angelika; Kartika Darma Handayani; Agus Harianto
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 16 No. 1 (2022): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v16i1.17650

Abstract

Background: Potential complications of hemodynamic significant patent ductus arteriosus (hsPDA) after birth include heart failure, need for respiratory support, renal disfunction, intraventricular hemorrhage, as well as long term altered growth and development. Nevertheless, clinical signs of patent ductus arteriosus (PDA) are not sensitive and specific enough. Therefore, echocardiography still remains the preferred method to evaluate the ductal patency in preterm infant. The present study aimed to evaluate the echocardiography characteristic in preterm infant with hsPDA.Methods: A cross-sectional study was conducted on preterm infants aged 3-7 days with 24-336/7 weeks of gestation. Data taken were demographic, clinical and echocardiography. Diagnosis of hsPDA was carried out by echocardiography; defined as >1.5mm diameter of ductus and >1.4 left pulmonal artery and aorta (La/Ao) ratio. The statistical analysis was undertaken using SPSS 21.0.Results: There were 11 out of 52 preterm infants diagnosed hsPDA. Mean birth weight was 1213±293 gram; Mean gestational age was 30.72±2.01 weeks. In hsPDA group, mean ductus diameter was 2.84±0.93 mm, mean La/Ao ratio was 1.56±0.26, and mean ejection fraction (EF) was 71.55±5.72%.Conclusion: Echocardiographic evaluation is important for addressing hsPDA in preterm infants.
Gambaran Klinis dan Karakteristik Neonatus dari Ibu Terkonfimasi Covid-2019 di Rumah Sakit Dr. Soetomo Risa Etika; Kartika Darma Handayani; Setya Mithra Hartiastuti; Virani Diana; Aminuddin Harahap; Oktavian Prasetya; Melinda Masturina
Sari Pediatri Vol 22, No 5 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.5.2021.285-9

Abstract

Latar belakang. Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, China dan telah menyebar ke seluruh dunia. Data ibu hamil dan bayi baru lahir belum banyak dipublikasikan.Tujuan. Untuk mendeskripsikan gambaran dan karakteristik klinis neonatus yang lahir dari ibu dengan infeksi severe acute respiratory syndrome-coronavirus (SARS-CoV-2) perinatal.Metode. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif yang dilaksanakan di ruang perawatan neonatal intensive care unit (NICU) Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Soetomo Surabaya pada tanggal April - Oktober 2020. Populasi adalah neonatus yang lahir dari ibu terkonfimasi COVID-19 di di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Data diperoleh dari rekam medik.Hasil. Total terdapat 109 ibu dengan hasil pemeriksaan positif reverse transcription - polymerase chain reaction (RT PCR) COVID-19, dan hanya 2 bayi dengan hasil RT-PCR COVID-19 positif. Usia rata-rata ibu hamil 28±5,9 tahun. Duapuluh sembilan bayi (26,61%) lahir kurang bulan. Cara persalinan didominasi oleh sectio caesaria sebanyak 64 ibu hamil (58,72%). Terdapat 23 bayi (21,11%) lahir dengan berat badan lahir <2500 gram dan 3 bayi dengan hasil negatif RT-PCR COVID-19 meninggal.Kesimpulan. Saat ini belum terbukti adanya penularan secara vertikal COVID 19, sementara itu transmisi horizontal diperkirakan sebagai sumber infeksi pada neonatus. Penerapan protokol kesehatan terbukti efektif mencegah infeksi terhadap neonatus. 
PERSEPSI DAN KESIAPAN MAHASISWA PROFESI KESEHATAN TENTANG INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE) DI UNIVERSITAS AIRLANGGA Fitriah Annisa; Sri Utami; Kartika Darma Handayani
Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal Vol. 3 No. 3 (2019): Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, July 2019
Publisher : UNIVERSITAS AIRLANGGA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/imhsj.v3i3.2019.187-195

Abstract

Abstrak Latar belakang: Kolaborasi tenaga kesehatan yang baik merupakan upaya paling efektif dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Hal ini menjadi dasar penerapan Interprofessional Education (IPE) dalam kurikulum yang akan diterapkan kepada mahasiswa profesi kesehatan. Universitas Airlangga (UNAIR) belum secara terintegrasi menerapkan IPE di 5 program studi kesehatan yang memiliki program profesi di dalamnya. Oleh karena itu data penelitian persepsi dan kesiapan mahasiswa profesi kesehatan tentang IPE di UNAIR berguna untuk pengembangan kurikulum IPE di UNAIR yang sesuai dengan kebutuhan lulusan. Tujuan: Mengetahui persepsi mahasiswa profesi kesehatan UNAIR mengenai IPE. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan cross sectional. Populasi terdiri dari mahasiswa profesi Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, dan Fakultas Keperawatan di Universitas Airlangga. Sebanyak 91 orang menjadi sampel sesuai kriteria inklusi melalui Purposive Sampling. Variabel penelitian yaitu persepsi dan kesiapan mahasiswa profesi kesehatan tentang IPE di UNAIR yang diukur dengan kuisioner Interdisciplinary Education Perception Scale (IEPS) dan The Readiness for Interprofessional Learning Scale (RIPLS). Hasil: Persepsi sebagian besar (53%) mahasiswa profesi kesehatan terhadap IPE di UNAIR berkategori baik dan kesiapan mahasiswa profesi kesehatan berkategori sangat baik (60%) terhadap IPE di UNAIR. Analisa: Persentase persepsi kategori baik tertinggi (59%) yaitu pemahaman terhadap profesi lain dan kategori baik terendah (41%) yaitu kebutuhan untuk bekerja sama. Persentase kesiapan kategori sangat baik tertinggi (53%) yaitu identitas profesi, kategori sangat baik terendah (36%) yaitu teamwork dan kolaborasi. Kesimpulan: Persepsi dan kesiapan mahasiswa profesi kesehatan tentang IPE di UNAIR berkategori baik sehingga IPE dapat dikembangkan secara terintegrasi di UNAIR.AbstractBackground: Health professionals collaboration is an effective way to optimize health care. It is the basis for Interprofessional Education (IPE) curriculum to be applied to health students. Airlangga University has not implemented the IPE curriculum in 5 of its health study programs yet. Therefore, the research data on health students’ perception and readiness about IPE will support to develop the curriculum to be applied among the needs of prospective health professionals. Methods: This is a descriptive observational study with a quantitative approach and cross sectional design. The population is from students at professional programs. A total of 91 participants were taken as sample based on inclusion criteria using purposive sampling. The variables were perception and readiness of health students about IPE in Airlangga University which were evaluated by giving some questioners based on Interdisciplinary Education Perception Scale (IEPS) and The Readiness for Interprofessional Learning Scale (RIPLS). Results: The perception of most of health college students (53%) about IPE in Airlangga University were in good category and the readiness of almost all of the students (60%) about IPE in Airlangga University were in excellent category. Analysis: The highest good category of perception percentage (59%) was understanding other profession’s roles, the lowest good category of perception percentage (41%) was perceived need for cooperation. The highest excellent category of readiness (53%) was profession identity, the lowest excellent category of readiness percentage (36%) was teamwork and collaboration. Conclusion: Health college students’ perception and readiness about IPE in Airlangga University were averagely good so that the IPE curriculum can be developed integrated in Airlangga University.