Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Pola Konsumsi Kudapan dengan Stunting pada Anak Kelas 1-2 SDN 036 Ujungberung Kota Bandung Salma Raudhatusabrina Basuki; Herri S Sastramihardja; Wiwiek Setiowulan
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.121-8

Abstract

Latar belakang. Prevalensi anak dengan stunting di kota Bandung pada 2018 mencapai 25,8%, melebihi ambang batas WHO (20%). Rendahnya kualitas gizi asupan merupakan salah satu penyebab stunting. Konsumsi makanan kudapan dengan nilai gizi rendah pada anak di kota Bandung cukup tinggi, tetapi penelitian mengenai hubungan antara konsumsi kudapan dan stunting masih terbatas.Tujuan. Mengetahui hubungan pola konsumsi kudapan dengan stunting pada anak kelas 1-2 SDN 036 Ujungberung Kota Bandung. Metode. Penelitian analitik observasional dengan pendekatan potong lintang dilakukan pada 268 responden dengan teknik consecutive sampling. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi dan usia mulai mengonsumsi kudapan dengan stunting. Hasil. Frekuensi konsumsi kudapan berhubungan dengan kejadian stunting, p=0,032 (PR 1,61 (95% CI 1,133-1,317)). Usia saat mulai mengonsumsi kudapan saja tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Frekuensi konsumsi kudapan ≥1x per hari dan usia mulai mengonsumsi kudapan kurang dari 5 tahun berhubungan dengan kejadian stunting yang lebih tinggi, p<0,01 (PR: 2,02 (95% CI 1,272-1,435)).Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara pola konsumsi makanan kudapan dan stunting pada anak. 
Daya Hambat Ekstrak Kopi Robusta terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes Sofyan Al Fauzi; Hendro Sudjono Yuwono; Wiwiek Setiowulan
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.1289

Abstract

Abstract. Streptococcus pyogenes is a major human pathogen causing a broad spectrum of clinical illnesses from mild ones such as pharyngitis and skin infections, to more severe diseases such as sepsis, streptococcal toxic shock syndrome, post-streptococcal glomerulonephritis, acute rheumatic fever, and rheumatic heart disease. It has reported the failure of ampicillin therapy against S. pyogenes. Therefore, new antibacterial agents with high potency are needed. One of the plants that empirically have antibacterial activity is robusta coffee. Roasted robusta coffee bean extract (Coffea canephora) contains several antibacterial agents. Such as chlorogenic acid, flavonoids, trigonelline, caffeine and hydrogen peroxide (H2O2). The purpose of the study was to determine the comparison of the inhibitory effect of robusta coffee extract and ampicillin in agar media culture of Streptococcus pyogenes. The method used was Kirby-Bauer disc diffusion which consisted of treatment groups with 100%, 50%, 25%, and 12.5% concentrations of robusta coffee extract, a positive control group (ampicillin 10 µg) and a negative control group (aquadest). The results showed that the average value of the largest inhibition zone was found in the positive control of ampicillin which was 38.49 mm (very sensitive), followed by 100% coffee extract was 15.24 mm (sensitive), 50% coffee extract was 11.38 mm (moderately sensitive), and 25% coffee extract was 8.13 mm (moderately sensitive). Robusta coffee extract 12.5% did not form an inhibition zone, similar to aquadest as a negative control. In conclusion, 100%, 50%, 25%, and 12,5% robusta coffee extract has a good inhibitory effect against the growth of Streptococcus pyogenes bacteria but is still lower than ampicillin. Abstrak. Streptococcus pyogenes adalah patogen penting pada manusia sebagai penyebab penyakit dengan spektrum klinis luas, mulai dari yang ringan seperti faringitis dan infeksi kulit hingga yang berat seperti sepsis, sindrom syok toksik streptokokus, glomerulonefritis akut pasca streptokokus, demam rematik akut, dan penyakit jantung rematik. Kegagalan terapi ampisilin terhadap S. pyogenes telah banyak dilaporkan, sehingga diperlukan produk antibakteri baru yang memiliki potensi tinggi. Salah satu tanaman yang secara empiris memiliki aktivitas antibakteri adalah kopi robusta. Ekstrak biji kopi robusta (Coffea canephora) yang telah dipanggang mengandung berbagai zat antibakteri seperti asam klorogenat, flavonoid, trigonelin, kafein, dan hydrogen peroksida (H2O2). Tujuan penelitian adalah membandingkan daya hambat ekstrak kopi robusta dengan ampisilin terhadap kultur bakteri Streptococcus pyogenes. Metode yang digunakan adalah difusi cakram Kirby-Bauer yang terdiri dari kelompok perlakuan ekstrak kopi robusta konsentrasi 100%, 50%, 25%, dan 12,5%, kelompok kontrol positif (ampisilin 10 µg) dan kontrol negatif (akuades). Hasil nilai rerata zona hambat terbesar terdapat pada kontrol positif ampisilin yaitu 38,49 mm (sangat sensitif), kemudian diikuti dengan zona hambat pada ekstrak kopi robusta 100% yaitu 15,24 mm (sensitif), ekstrak kopi robusta 50% yaitu 11,38 mm (cukup sensitif), dan 25% yaitu 8,13 mm (cukup sensitif). Pada ekstrak kopi robusta 12,5% tidak terbentuk zona hambat, setara dengan kontrol negatif. Simpulan: ekstrak kopi robusta 100%, 50%, 25%, dan 12,5% memiliki daya hambat yang baik, namun lebih lemah dibandingkan ampisilin terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.
Manfaat Bedside Teaching bagi Pendidikan Klinis Dokter Muda di Laboratorium Klinik Ilmu Kesehatan Anak RS Pendidikan FK Unisba Wiwiek Setiowulan; Lisa Adhia Garina; Diana Rahmi; Mia Kusmiati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12534

Abstract

Abstract. Bedside teaching (BST) is an essential method in clinical learning for medical students which enables them to practice clinical skills and professional behavior through direct interaction with patients. However, a process that supposed to be patient examination by the student, observed and given feedback by the preceptor, now has been transformed into case presentation and discussion of the examination result being performed without preceptor’s observation. This results in the lack of feedback that is needed as correction and learning modality. The aim of this study is to obtain evaluation from medical students regarding efficacy and benefit of BST where the patient examination is observed and given feedback by preceptor. This study uses a descriptive observational method with medical students assigned to Pediatric Department FK Unisba RS Muhammadiyah Bandung during July – October 2023 recruited as the subjects. Using a total sampling method, we obtained 36 medical students. Study results: BST with patient examination being observed and given feedback by preceptor is effective and highly beneficial according to the students. This method is still preferred under time constraint of the preceptor, compared to case presentation and discussion of patient examination result. If the preceptor is unable to observe patient examination completely, half of the subjects suggest ward round as BST method, while the rest prefer case presentation and discussion. Conclusion: BST with patient examination being observed and given feedback by preceptor is considered very important by the medical students. Abstrak. Bedside teaching (BST) adalah metode pembelajaran yang esensial pada pendidikan tahap profesi kedokteran sebagai sarana melatih keterampilan klinis dan perilaku profesional melalui interaksi langsung dengan pasien. Namun demikian, BST yang seharusnya berupa pemeriksaan pasien oleh dokter muda yang didampingi oleh preseptor kini banyak beralih menjadi presentasi dan diskusi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan secara mandiri. Akibatnya, dokter muda tidak memperoleh umpan balik saat memeriksa pasien, yang dibutuhkan sebagai bentuk koreksi dan sarana pembelajaran. Penelitian ini bertujuan memperoleh evaluasi dokter muda mengenai efektivitas dan manfaat BST dengan didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor saat pemeriksaan pasien serta preferensi metode BST dalam kondisi terbatas. Penelitian menggunakan metode observasional deskriptif dengan subjek penelitian dokter muda yang menjalani rotasi di Lab Klinik Ilmu Kesehatan Anak FK Unisba RS Muhammadiyah Bandung periode Juli – Oktober 2023 yang diambil dengan tehnik total sampling. Didapatkan subjek dokter muda 36 orang. Hasil penelitian: BST berupa pemeriksaan pasien yang didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor memiliki efektivitas dan manfaat yang tinggi menurut dokter muda. Metode ini lebih dipilih dalam kondisi keterbatasan waktu preseptor, dibandingkan presentasi dan diskusi hasil pemeriksaan pasien. Bila preseptor berhalangan mendampingi pemeriksaan pasien secara lengkap, sebagian dokter muda memilih ronde besar sebagai metode BST, sedangkan sebagiannya lagi memilih metode presentasi kasus. Simpulan: BST berupa pemeriksaan pasien dengan didampingi dan diberi umpan balik oleh preseptor memiliki manfaat penting bagi dokter muda.