Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Komunikasi Nonverbal Guru Dan Murid Dalam Pemahaman Pesan Pada Anak Autids Di TKLB Aisyiyah Krian Hartopo Eko Putro
ETTISAL : Journal of Communication Vol 2, No 2 (2017): ETTISAL Journal of Communication
Publisher : Universitas Darussalam Gontor collaboration with ISKI (Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ettisal.v2i2.1454

Abstract

AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi guru dan murid dalam pemahaman pesan pada anak autis di TKLB Aisyiyah Krian. Penelitian ini menggunakan deskripsi kualitatif yang mana hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Data yang nantinya dihadirkan berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang yang diamati dan dipaparkannya. Informan pada penelitian ini ada 7 (tujuh) orang yang terdiri dari 1(satu) orang guru TKLB, 3 (tiga) orang tua anak autis dan 3 (tiga) murid autis di TKLB Aisyiyah Krian. Dalam penelitian ini dapat dilihat guru sering memberikan pemahaman pesan dengan murid autis dengan komunikasi verbal dan non-verbal. Namun komunikasi yang sering diperlihatkan oleh murid autis adalah komunikasi non-verbalnya. Disini pemahaman pesan yang disampaikan oleh guru terhadap murid autis yang lainnya berbeda-beda. Dalam penelitian ini komunikasi non-verbal sering digunakan oleh guru dalam memberikan penyampaian pesan terhadap anak autis. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa gerakan dan sentuhan siswa autis lebih dominan digunakan sebagai cara berkomunikasi sehari-hari mereka. AbstractThis study uses qualitative descriptions, which only describe the situations and events. Data that will be presented is in the form of speech or writing and behavior of people observed and exposed. The informants in this study are 7 (seven) people consisting of 1 (one) teacher TKLB, 3 (three) parents of children with autism and 3 (three ) students autism in TKLB Aisyiyah Krian. In this study it can be seen teachers frequenlty provide an understanding of the message with autistic students with verbal and non-verbal communication. But the communication often shown by autistic students is non-verbal communication. Hence, the understanding of messages provided by teachers to other autistic are students varies. In this study, interpersonal communication is very helpful in giving teachers delivering messages to children with autism. From the results of this study it can be seen that the movement and touch of autistic students are more dominantly used as a way of their daily communication. 
DESENTRALISASI WISATA RELIGI INDONESIA MELALUI CITY BRANDING WISATA KABUPATEN BANGKALAN MADURA Farida Farida; Zulaikha Zulaikha; Hartopo Eko Putro
Bricolage : Jurnal Magister Ilmu Komunikasi Vol 6, No 02 (2020): Accredited by Kemenristekdikti RI SK No. 36/E/KPT/2019
Publisher : Universitas Bunda Mulia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30813/bricolage.v6i02.2149

Abstract

ABSTRACT                 Bangkalan people are attached to Islamic culture. Their daily life is influenced by Islamic teachings and is evident in their social behavior, including in the arts and seeking solace. One of the consolations known in the community is to travel. Of course, Islamic travel and does not violate Islamic law. For the people of Bangkalan, the pilgrimage to the tombs, in addition to being one of the rituals believed to seek blessings, is also a place to tour. Therefore, the pilgrimage to the graves of scholars and community leaders in Bangkalan becomes a sight that can be seen every day. Religious tourism then developed into an opportunity in the development and improvement of people's welfare. Unfortunately, this has not yet become the focus of interest of the Bangkalan district government. Through building city branding as a religious tourism destination opens up opportunities for Bangkalan to compete with other regions in getting tourist visits. This study tries to identify the problem of tourism development and produce output in the form of religious tourism branding draft for Bangkalan district. The method used is observation and in-depth interviews. Although the results of this study indicate that the Bangkalan district is not ready to build a religious tourism brand, but the data obtained in the field shows that Bangkalan has a lot of religious tourism potential. The results of this study are expected to be input for the district government, scholars and tourism stakeholders. Further hope is to be able to help the Bangkalan district government to build city branding and create marketing communication concepts for their region as a part of decentralization strategy.Keywords: city branding, decentralization, tourism, religious, bangkalan ABSTRAK Masyarakat Bangkalan lekat dengan kultur Islam. Kehidupan keseharian mereka dipengaruhi ajaran Islam, termasuk dalam berkesenian dan mencari penghiburan. Salah satu penghiburan yang dikenal dalam masyarakat adalah melakukan perjalanan wisata. Tentu perjalanan wisata yang Islami dan tidak melanggar syariat Islam. Bagi masyarakat Bangkalan, ziarah ke makam, selain menjadi salah satu ritual yang dipercayai untuk mencari berkah, juga menjadi ajang berwisata. Karena itu, ziarah ke makam-makam ulama dan tokoh masyarakat di Bangkalan menjadi pemandangan yang bisa dilihat setiap harinya. Wisata religi kemudian berkembang menjadi satu peluang dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sayangnya, hal ini belum menjadi focus of interest pemerintah kabupaten Bangkalan. Padahal membangun city branding sebagai destinasi wisata religi membuka kesempatan bagi Bangkalan untuk bersaing dengan wilayah lain dalam mendapatkan kunjungan wisatawan. Penelitian mengidentifikasi problema pembangunan wisata dan menghasilkan output berupa draft branding wisata religi untuk kabupaten Bangkalan. Metode yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kabupaten Bangkalan belum siap membangun brand wisata religi, tetapi data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa Bangkalan punya banyak potensi wisata religi. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah kabupaten, ulama, dan stake holder pariwisata. Harapan lebih jauh adalah membantu pemerintah kabupaten Bangkalan membangun city branding dan membuat konsep komunikasi pemasaran bagi wilayahnya sebagai bagian dari strategi desentralisasi.Kata Kunci: city branding, desentralisasi, wisata, religi, bangkalan