Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Pembangunan Perumahan Swadaya Terhadap Peningkatan Kualitas Lingkungan di Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Nuraeni Basir; Andi Asmuliany
Jurnal Linears Vol 4, No 1 (2021): Jurnal LINEARS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v4i1.4704

Abstract

ABSTRAK: Rumah merupakan hal yang sangat penting dan menjadi pokok bagi setiap masyarakat. Rumah berfungsi sebagai tempat hunian, selain itu harus aman,nyaman, bersih dan sehat ketika ditempati. Terpenuhinya kebutuhan dasar rumah layak huni diharapkan mampu meningkatkan ketahanan hidup masyarakat. Kenyataannya untuk mewujudkan rumah yang layak huni bukan perkara mudah. Ketidaksanggupan masyarakat memenuhi kebutuhan rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan masyarakat tentang fungsi rumah itu sendiri. Rumah tidak layak huni adalah hunian yang tidak memenuhi persyaratan untuk dihuni baik secara teknis maupun non teknis. Kelayakan rumah sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, sehingga Pemerintah mengadakan program pembangunan perumahan swadaya. Saat ini masih banyak rumah yang tidak layak huni dan masyarakat lebih memperhatikan pembangunan perumahan ketimbang kondisi lingkungan sekitarnya. Segala permasalahan tersebut apabila tidak segera ditindak lanjuti oleh pemerintah maupun masyarakat dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang lebih serius, maka dari itu diperlukan studi tentang pengaruh pembangunan perumahan swadaya terhadap peningkatan kualitas lingkungan di Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pembangunan perumahan swadaya terhadap lingkungan dan pengaruh pembangunan perumahan swadaya terhadap kualitas lingkungan di Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif-kuantitatif dengan menggunakan analisis crosstabulation dan regresi linear. Hasil penelitian ini didapatkan dari 16 variabel yang dilakukan penelitian, untuk kategori berpengaruh sedang yaitu terdapat 13 variabel yang diperlukan upaya lebih lanjut terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman sedangkan kategori berpengaruh baik yaitu lokasi, kondisi tanah dan tumbuhan hijau diperlukan untuk mempertahankan peningkatannya. ABSTRACT: The house is very important and becomes a staple for every society. The house functions as a place to live, besides that it must be safe, comfortable, clean and healthy when occupied. The fulfillment of the basic needs of a livable house is expected to be able to increase community survival. In fact, to create a livable house is not an easy matter. The inability of the community to meet the needs of a decent house for habitation is directly proportional to the income and knowledge of the community about the function of the house itself. A house that is not suitable for habitation is a house that does not meet the requirements for occupation, both technically and non-technically. The feasibility of a house is needed to improve the welfare of the family, so that the Government held a self-help housing development program. Currently, there are still many houses that are unfit for habitation and the community pays more attention to housing construction than the surrounding environment. If all these problems are not immediately followed up by the government and the community it can lead to a more serious decrease in environmental quality, therefore a study is needed on the effect of self-help housing development on improving environmental quality in Galesong Selatan District, Takalar Regency. This study aims to determine the factors that influence the development of self-help housing on the environment and the effect of self-help housing development on the quality of the environment in Galesong Selatan District, Takalar Regency. The method used is descriptive qualitative-quantitative using crosstabulation analysis and linear regression. The results of this study were obtained from 16 variables carried out by the study, for the moderate effect category, namely there were 13 variables that needed further efforts to improve the quality of the residential environment while the good effect categories namely location, soil conditions and green plants were needed to maintain the increase.
PENATAAN PERMUKIMAN NELAYAN BERBASIS EKOKULTUR DI KELURAHAN BAROMBONG KOTA MAKASSAR [ECOCULTURE DEVELOPMENT OF A FISHERMEN SETTLEMENT IN BAROMBONG VILLAGE, MAKASSAR] Andi Asmuliany; Andi Annisa Amalia; Mutmainnah Mutmainnah
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 4, No 2 (2020): April
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/jspc.v4i2.2419

Abstract

The locus of community service activities is a residential corridor node by exploring the communal space of fishermen in the Biringkassi Barombong Village. The concept of ecoculture is a concept that combines ecological aspects, namely the fishermen's environmental ecosystem and the culture of the community, namely Bugis Makassar in managing fishermen settlements towards livable and sustainable livelihood. The method used in this community service is the Regional Arrangement Method with a participatory ecocultural approach. making mockups of existing areas, FGD identification of communal spaces, drafting of concepts, agreement on the arrangement of communal spots, and activities of structuring communal spots. The structuring of the Biringkassi Barombong Fishermen Village is a result of the community's contribution in increasing the environmental assets of the settlements owned by the fishing community through he adoption of the Bugis Makassar ornament and the setting of the shared area and the use of natural colors as a symbol of closeness to the sea.Bahasa Indonesia Abstrak: Lokus kegiatan pengabdian adalah node koridor permukiman dengan mengeksplorasi ruang komunal nelayan Kampung Biringkassi Barombong. Konsep ekokultur merupakan konsep yang mengkombinasikan aspek ekologi yaitu ekosistem lingkungan nelayan dan budaya masyarakat yaitu Bugis Makassar dalam menata permukiman nelayan menuju layak huni dan sustainable livelihood. Metode yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah Metode Penataan Kawasan dengan pendekatan partisipatif yang ekokultur. pembuatan maket eksisting kawasan, FGD identifikasi ruang komunal, penyusunan konsep, penyepakatan spot komunal penataan, dan kegiatan aksi penataan spot komunal. Penataan Kampung Nelayan Biringkassi Barombong merupakan hasil kontribusi masyarakat dalam peningkatan aset-aset lingkungan permukiman yang dimiliki oleh komunitas nelayan melalui adopsi ornamen Bugis Makassar dan setting area yang digunakan secara bersama dan penggunaan warna alami sebagai simbol kedekatan dengan laut.  
Identifikasi Aspek Perancangan Masjid Ramah Anak Berbasis Community Score Card Andi Asmuliany; Mutmainnah Sudirman; Andi Annisa Amalia
Journal of Green Complex Engineering Vol. 2 No. 1 (2024): Agustus
Publisher : Gio Architect

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59810/greenplexresearch.v2i1.125

Abstract

ABSTRAKDesain masjid yang inklusif dan ramah anak berperan penting dalam mendukung perkembangan spiritual, sosial, dan emosional anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan konsep desain masjid ramah anak di Kota Makassar dengan menggunakan pendekatan berbasis Community Score Card (CSC). Pendekatan ini memungkinkan keterlibatan aktif masyarakat dalam perencanaan dan evaluasi desain, memastikan kebutuhan anak-anak terpenuhi dengan optimal. Metodologi penelitian mencakup analisis kombinasi kuantitatif dan kualitatif melalui observasi desain masjid, wawancara mendalam dengan pemangku kepentingan, survei komunitas, dan studi kasus di dua masjid, yakni Masjid Cheng Ho dan Al-Markaz Al-Islami. Analisis data dilakukan untuk mengidentifikasi fasilitas ramah anak yang dibutuhkan, seperti ruang bermain, taman edukasi, dan perpustakaan mini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kedua masjid telah memiliki elemen desain ramah anak, seperti area salat khusus, fasilitas pendukung lain masih terbatas. Partisipasi masyarakat melalui CSC terbukti efektif dalam mengidentifikasi kebutuhan spesifik, meningkatkan rasa kepemilikan komunitas, dan menciptakan desain yang lebih inklusif. Temuan ini memperkuat urgensi untuk mengintegrasikan desain masjid ramah anak dalam perencanaan fasilitas publik. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan desain arsitektur Islam dan mendukung kebijakan perlindungan anak. Implikasi utama adalah perlunya pedoman desain ramah anak untuk memastikan masjid tidak hanya menjadi ruang ibadah, tetapi juga pusat edukasi dan interaksi sosial bagi anak-anak. Penelitian lanjutan dapat mengeksplorasi implementasi di daerah pedesaan atau masjid dengan kapasitas terbatas. ABSTRACTMosques play a pivotal role not only as places of worship but also as centers for education and community development. However, their design often neglects the specific needs of children, limiting their potential as inclusive spaces for fostering spiritual, social, and emotional growth. This study aims to explore how community participation can enhance mosque designs to better serve children in urban areas like Makassar, Indonesia. Using a mixed-methods approach, the research integrates quantitative analysis of mosque facilities and qualitative insights from observations, interviews, and participatory methods like the Community Score Card (CSC). Two case studies, Masjid Cheng Ho and Al-Markaz Al-Islami, were analyzed to evaluate existing child-friendly elements and identify design gaps. The findings reveal that while some mosques provide basic child-friendly features, such as designated prayer areas, most lack vital facilities like playgrounds, educational spaces, and child-focused libraries. The CSC approach enabled direct community input, emphasizing the need for inclusive designs that balance the requirements of children and other mosque users. This participatory model fostered a sense of ownership among stakeholders and ensured relevance to local needs. This study contributes to Islamic architecture by providing practical guidelines for designing child-friendly mosques, with implications for policy and community-based planning. Future research should explore rural settings and assess the long-term impact of such designs on child development. Implementing these recommendations could transform mosques into vibrant spaces that nurture children’s holistic growth.