Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH LATIHAN BARIER HOPS TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PADA TIM SEPAK TAKRAW GEMILANG JAYA PEKANBARU Darmawan Abdullah; Zainur Zainur; Alimandan Alimandan
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol 7, No 2 (2020): EDISI 2 JULI-DESEMBER 2020
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The problem in this research is that athletes are less than optimal at jumping blocks and strokes (spikes), even though the football pulling game really needs leg muscle strength to jump, when blocks and hitting the ball are rarely unstoppable and does not hit the legs, so the opponent can easily hit looking for points. This type of research is a kind of experimental study to see the effect of the form of exercise, the aim of this research is to look at the effect of barrier hop training on leg muscle strength in the Takraw Gemilang Jaya Pekanbaru Team. The population in this research was the Takraw Gemilang Jaya team, good for 8 people. The sampling technique is the use of total sampling, where the total population is sampled. Data collection techniques were obtained from the pre-test and the post-test. The instrument in this study used vertical jump as an aid to measure leg muscle strength. The data is then statistically processed to test normality using the lilifours test at a significance level of 0.05α. Based on the analysis of the normality of the data X, it gives a LoMax of 0.183 and an Ltable of 0.285, which means LoMax <Ltable. while the variable Y produces LoMax of 0.152 and Ltable of 0.285. This means LoMax <L table. The analysis was performed with a t-test. Based on data analysis and discussion, it can be concluded that there is an effect of hop bary exercise against limb muscle strength in the Takraw Gemilang Jaya Pekanbaru football team, as shown by a Tcount of 6,790 and a table of 1,895. Means Thitung> Ttable At the level ɑ = 0.05.Key Words: Barier Hop exercise, Leg muscle strength
KONSTRUKSI IDENTITAS ORANG KATOBENGKE (Kontruksi Realitas Sosial dan Komunikasi Menuju Kemapanan Politik) Darmawan Abdullah; Nur Kholisoh
MediaKom : Jurnal Ilmiah Komunikasi Vol 12, No 2 (2022): Mediakom Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini merupakan hasil penelitian kami tentang Konstruksi Realitas Sosial Orang Katobengke sebagai Sub Etnis Buton yang bermukim diwilayah Kelurahan Katobengke, Lipu, Sulaa dan Waborobo, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagai kelompok termajirnalkan dalam interaksi dengan kelompok-kelompok masyarakat buton, Orang Katobengke disematkan Stereotip dan prasangka oleh kelompok lain sebagai kelompok bodoh, kotor, kuat makan, bahkan Budak (papara) sebagai beban sejarah. Hal tersebut didukung oleh situasi dan kondisi sosial Orang Katobengke dalam kesehariannya yang memiliki ciri-ciri tertentu seperti, ciri fisik, cara berpakaian, bahasa, pekerjaan, yang membedakan kelompok mereka dengan kelompok lain dalam lapis-lapis sosial masyarakat Buton. Sebagai kelompok yang termarginalkan, Orang Katobengke membangun kesadaran berpikirnya (conciousness mind), melakukan perlawanan atas stereotip dan prasangka tersebut dimulai dengan melahirkan kesadaran identitas dalam upaya melepaskan diri dari keterisolasian di berbagai sendi kehidupan serta membangun negosiasi pada berbagai panggung-panggung politik dalam tingkat lokal baik pemilihan anggota legsilaltif maupun pemilihan Kepala Daerah di Kota Baubau. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 1). Orang Katobengke memahami stratifikasi sosial masyarakat Buton terdiri atas tiga kelompok yakni kaomu, walaka, dan papara yang menjadi dasar tindakan dalam memahami dunia sosial sebagai status sosial masyarakat Buton sebagai realitas Objektif sekaligus menjadi realitas Subjektif. 2). Stereotipe dan prasangka yang lekatkan pada orang Katobengke sebagai kelompok sosial lapisan bawah, masih tetap direproduksi sebagai  strategi  kelompok-kelompok tertentu dalam upaya menutup peluang orang Katobengke di pangung-panggung politik lokal. 3). dalam proses internalisasi dan objektifikasi melahirkan kesadaran identitas Orang Katobengke sebagai kelompok yang didominasi dan disematkan citra negatif, maka  orang  Katobengke  melakukan  perlawanan (resistensi) sebagai bentuk penolakan terhadap sematan citra negatif atas kelompoknya dalam bentuk Wacana “Saliwu Bersatu”, namun pada realitas internal masyarakat Katobengke belum melahirkan sebuah kekuatan politik dikarenakan belum ada aktor-aktor yang mampu menyatukan hal tersebut. Parabela sebagai pranata adat hanya berfungsi lembaga sosial yang bersifat non politis. 4) Orang Katobengke sebagai sebuah realitas subjektif dalam moment eksternalisasi, melakukan resistensi lewat jalur pendidikan dan jalur  politik, sehingga kini Orang katobengke dalam setiap kontestasi politik menjadi diperhitungkan dan melahirkan ruang negosiasi baru bagi status orang Katobengke dalam struktur masyarakat Buton.