Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Menanggulangi Kesalahan Pengobatan Bagi Pasien Peserta BPJS Di Depo Farmasi Rawat Jalan Salah Satu Rumah Sakit Bandung Eva Kusumahati; Ani Anggriani; Choirul Anik
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 3 No 1 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.597 KB) | DOI: 10.37874/ms.v3i1.65

Abstract

Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada semua tahap mulai dari peresepan, penyiapan dan penyerahan. Tujuan penelitian ini mengkaji kesalahan pengobatan yang terjadi pada proses pelayanan farmasi dan menganalisis akar masalah penyebab kegagalan untuk tindakan perbaikan dan menanggulangi kejadian kesalahan pengobatan. Metode Penelitian dilakukan secara observasional, pengambilan data secara konkuren terhadap resep rawat jalan pasien BPJS yang dilakukan pada bulan Maret-Mei 2018. Data yang diambil yaitu kelengkapan resep, frekuensi kejadian kesalahan penyiapan dan data kelengkapan pemberian informasi obat. Pada fase peresepan ditemukan tipe kesalahan KPC dan KNC. Pada fase penyiapan ditemukan 95 kejadian kesalahan, tahap penerimaan dan pengkajian resep tidak ditemukan kesalahan, dua temuan pada tahap pengkajian administrasi peraturan (2,11%), 49 temuan terjadi pada tahap entri data (51,58%), 25 temuan terjadi pada tahap pengambilan obat (26,32%), 4 temuan pada tahap pengisian obat (4,21%), dan 15 temuan terjadi pada tahap pemeriksaan akhir (15,79%). Berdasarkan tipe kesalahannya, tipe kesalahan KPC 9 temuan (9,5%), KNC 69 temuan (72,63%), dan KTC 17 temuan (17,89%). Pada fase penyerahan obat pemberian informasi cenderung tidak pernah diberikan seperti cara mengatasi terjadi efek samping. Analisis efek dan mode kegagalan dilakukan perhitungan kegawatdaruratan. Tahap yang paling beresiko adalah pengambilan obat (RPN 125) dan entri data (RPN 100) dan akan dianalisis akar masalah. Kesimpulan: Kesalahan yang paling beresiko adalah tahap pengambilan obat dan entri data, Cara menanggulangi kesalahan pengobatan yang terulang menandakan kesalahan system maka perlu monitoring untuk diuji coba didepo famasi rawat jalan terutama untuk pasien BPJS dalam mencegah terjadinya kegagalan di rumah sakit.
Pengembangan Organisasi Pemuda dan Olahraga cabang Wushu unit Jatinangor menjadi Organisasi Berprestasi yang Berwawasan Kesehatan dan Kewirausahaan Muhammad Nur Abdillah; Eva Kusumahati; Anas Bunyamin
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 5 No 1 (2020)
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.836 KB) | DOI: 10.30653/002.202051.245

Abstract

DEVELOPMENT OF YOUTH AND SPORTS ORGANIZATIONS OF JATINANGOR’S WUSHU BRANCH INTO ACHIEVEMENT ORGANIZATIONS WITH HEALTH AND ENTREPRENEURSHIP INSIGHT. Youth organization (Karang Taruna) located in Margamulya RT 02 RW 10 Jatinangor developed into a health-oriented youth organization in the field of sports, namely the Jatinangor Wushu Unit (Martial Arts Organization). Events and programs are carried out through sports & health as well as entrepreneurship approaches. A newly established organization with limited access to information and knowledge about the organization, health, and entrepreneurship to achieve outstanding organizations, assisted and facilitated by the STFB Community Service team in collaboration with Padjadjaran University to achieve access to information related to health such as understanding and knowledge about healthy lifestyle pattern, nutrition intake supporting optimal body performance, body anatomy, disease prevention, and others, to support sports achievements, as well as coaching, by providing workshops on health & sports, organizational management also provides assistance in activating the formation of business units by utilizing potential local resources through the design thinking approach. Facilitation activities carried out in 3 main programs: A. Health Improvement Program: 1) Improvement of health knowledge and fitness conditions by training health vital signs and counseling the proper drug’s consumption, accompanied by assessments and monitoring of fitness programs through; 2) Health and Fitness Test; 3) Individual Health Counseling; B. Improvement of Organizational Achievement for Wushu athletes cadre: 4) Counseling of Organization and Leadership; 5) Enhancement of Entrepreneurial Insights, by assisting the activation of business units/entrepreneurs with design thinking approaches: 6) Organizational Business Model Workshops. Based on health and fitness tests, the fitness parameters of prospective wushu athletes must always be measured and mixed in a fitness improvement program through individual health counseling.
Menanggulangi Kesalahan Pengobatan Bagi Pasien Peserta BPJS Di Depo Farmasi Rawat Jalan Salah Satu Rumah Sakit Bandung Eva Kusumahati; Ani Anggriani; Choirul Anik
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 3 No 1 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v3i1.65

Abstract

Kesalahan pengobatan dapat terjadi pada semua tahap mulai dari peresepan, penyiapan dan penyerahan. Tujuan penelitian ini mengkaji kesalahan pengobatan yang terjadi pada proses pelayanan farmasi dan menganalisis akar masalah penyebab kegagalan untuk tindakan perbaikan dan menanggulangi kejadian kesalahan pengobatan. Metode Penelitian dilakukan secara observasional, pengambilan data secara konkuren terhadap resep rawat jalan pasien BPJS yang dilakukan pada bulan Maret-Mei 2018. Data yang diambil yaitu kelengkapan resep, frekuensi kejadian kesalahan penyiapan dan data kelengkapan pemberian informasi obat. Pada fase peresepan ditemukan tipe kesalahan KPC dan KNC. Pada fase penyiapan ditemukan 95 kejadian kesalahan, tahap penerimaan dan pengkajian resep tidak ditemukan kesalahan, dua temuan pada tahap pengkajian administrasi peraturan (2,11%), 49 temuan terjadi pada tahap entri data (51,58%), 25 temuan terjadi pada tahap pengambilan obat (26,32%), 4 temuan pada tahap pengisian obat (4,21%), dan 15 temuan terjadi pada tahap pemeriksaan akhir (15,79%). Berdasarkan tipe kesalahannya, tipe kesalahan KPC 9 temuan (9,5%), KNC 69 temuan (72,63%), dan KTC 17 temuan (17,89%). Pada fase penyerahan obat pemberian informasi cenderung tidak pernah diberikan seperti cara mengatasi terjadi efek samping. Analisis efek dan mode kegagalan dilakukan perhitungan kegawatdaruratan. Tahap yang paling beresiko adalah pengambilan obat (RPN 125) dan entri data (RPN 100) dan akan dianalisis akar masalah. Kesimpulan: Kesalahan yang paling beresiko adalah tahap pengambilan obat dan entri data, Cara menanggulangi kesalahan pengobatan yang terulang menandakan kesalahan system maka perlu monitoring untuk diuji coba didepo famasi rawat jalan terutama untuk pasien BPJS dalam mencegah terjadinya kegagalan di rumah sakit.
KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN ASMA RAWAT JALAN DI RSAU dr. M. SALAMUN BANDUNG Eva Kusumahati; Siti Nurhasanah; Deki Rifa Elvano
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No 3 (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 No. 3, 2017
Publisher : Universitas Bhakti Kencana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada saluran udara yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas. Pengobatan asma pada beberapa pasien masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam pengobatan saat ini memungkinkan terjadinya interaksi obat yang dapat mempengaruhi status klinis pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran peresepan obat, dan potensi terjadinya interaksi obat pada pasien asma rawat jalan. Ini adalah penelitian observasional non-experimental menggunakan data retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 160 dari 210 resep (76,19%) mengandung potensi interaksi obat. Obat anti asma yang paling sering diresepkan adalah salbutamol 186 peresepan (18,49%). Pola mekanisme interaksinya adalah interaksi farmakokinetika (67,78%), dan interaksi yang tidak diketahui (32,22%). Tingkat keparahan potensi interaksi obat yang terjadi dari 180 kejadian interaksi obat yang tertinggi adalah tingkat minor sebanyak 169 kejadian (93,89%), moderate 10 kejadian (5,56 %), dan mayor 1 kejadian (0,56%). Obat yang paling sering mengalami potensi interaksi adalah formoterol dan budesonid sebanyak 87 kasus (48,33%, n = 180).