Purnamawati, Zulfa
Ilmu Sastra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

IDEOLOGI PERLAWANAN DALAM ANTOLOGI PUISI FĪ ṬARĪQI AL-FAJRI KARYA ABDULLAH AL-BARADDUNI Zulfa Purnamawati; Sangidu Sangidu; Fadlil Munawwar; Taufiq Dardiri
POETIKA Vol 7, No 1 (2019): Issue 1
Publisher : Literary Studies, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/poetika.v7i1.44452

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengungkap ideologi perlawanan dalam antologi Puisi Ilā Ṭarīqi al-Fajri (Menyongsong Fajar) yang diciptakan pada tahun 1960-1979 oleh Abdullah al-Baraddūnī seorang penyair buta asal Yaman Utara. Untuk mengungkapkan Ideologi perlawanan dalam antologi tersebut digunakan kritik sastra materialistik yang disampaikan oleh Terry Eagleton. Adapun meteode yang digunakan adalah metode dialektik, yaitu pembacaan timbal balik antara elemen internal puisi tersebut dengan elemen-elemen eksternal. Puisi-puisi dalam antologi ini diciptakan saat Yaman Utara berada di bawah kekuasaan dengan ideologi Imamah Zaidiyyah yang bertindak sewenang-wenang dalam menjalankan kekuasaannya. Puisi dipilih sebagai genre untuk mengungkapkan ideologi perlawanan karena kondisi pengarang yang buta, produksi sastra di Yaman Utara yang menjadikan puisi sebagai sastra rakyat, dan kondisi sosial Yaman yang sebagian besar penduduknya masih buta huruf. Perlawanan dalam puisi-puisi tersebut adalah perlawanan rakyat terhadap pemerintahan imamah yang telah berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat sehingga hak kebebasan, hak politik, dan hak ekonomi rakyat tidak terpenuhi. Sebagai puncaknya adalah revolusi yang menuntut digantinya ideologi imamah dengan ideologi republik yang memberikan ruang kepada rakyat untuk terlibat dalam persoalan negara dan kehidupan yang lebih baik.Kata kunci: ideologi perlawanan; kritik sastra materialistik; Imamah Zaidiyyah; Yaman Utara This article attempts to explore the ideology of resistance in the poetry anthology Ilā Ṭarīqi al-Fajri (On the Path of Dawn) was created in 1960-1979 by Abdullah al-Baraddūnī, a blind poet from North Yemen. The ideology of resistance in this anthology was analyzed by using materialist literary criticism, which was used by Terry Eagleton. The method used in this study is the dialectical method, namely reciprocal reading between the internal elements of the poem with external elements. The poems were created  when Yemen was under control the Zaydi Imamate, who arbitrarily exercised his power. The poetry was chosen as a genre to express the ideology of resistance because of the conditions of blind poet, literary production in North Yemen which made poetry as a folk literature, and the social conditions of Yemen, where the majority of the population was illiterate. The ideology of resistance in this anthology is resistance to the arbitrariness of the ruling government, which did not recognize freedom rights, political rights and economic rights of the people of North Yemen. In addition, there was a resistance to the ideology of Imamate.The ideology of Imamate was replaced by an ideology of the republic which provided space for the people of North Yemen to participate in the management of the country and to pursue a more prosperous life.Keywords: ideology resistance; materialist literary criticism; Zaydi Imamate; North Yemen  
Criticism As A Resistance Strategy in Fārūq Juwaidah’s Poems Zulfa Purnamawati
Center of Middle Eastern Studies (CMES) Vol 14, No 1 (2021)
Publisher : Arabic Literature Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/cmes.15.1.50171

Abstract

This study aims to reveal the resistance strategy used by Faruq Juwaidah, an Egyptian poet who has high concern for the fate of the Palestinians who are under Israeli Zionist rule. The object of this research material is Risalatun Ila Sarun I and II in which there are resistance values. The method used is a semiotic reading which consists of heuristic and hermeneutic reading. The results of this study indicate that the resistance strategy in Faruq Juwaidah's poetry is criticism. This form of criticism is expressed in characterization which in psychological terms is called labeling. In this term used  tasybīh and isti'ārah, which are the likeness of a pig, dog and cobra. In addition, criticism is also carried out by directly pinning negative traits, such as qabīh "bad", al-mal'un "the cursed", jabbanun "coward" al-fāsiqu "people who do bad things", and al- ' irbidu "a bad person in character". In addition, criticism is also expressed by the satire. The use of satire is a considered effective way to make political and social criticism, especially at the actions taken by Israeli Zionists who have tormented the Palestinian people.Keywords: criticism, characterization, satire, zionist israel, palestine
Pikiran Bawah Sadar Tokoh Utama Novel Aḍa‘tu Nafsī Karya Marwān Ismā‘īl: Analisis Psikologi Sastra Irianti, Pristitan Alken Setyo; Purnamawati, Zulfa
Middle Eastern Culture & Religion Issues Vol 3 No 1 (2024): Edisi 1 - 2024
Publisher : Middle Eastern Studies Program, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mecri.v3i1.12395

Abstract

Saat ini subjek psikologi tengah menjadi isu yang sedang ramai dibincangkan dan dianggap penting bagi masyarakat. Hal tersebut menjadikan banyaknya karya sastra yang bermunculan dengan mengangkat isu psikologi. Dalam konsep psikologi, kehidupan manusia tidak terlepas dari pikiran bawah sadarnya. Bahkan, pikiran bawah sadar dianggap memiliki peran dalam perilaku seseorang. Dalam hal ini, dalam novel Aḍa‘tu Nafsī karya Marwān Ismā‘īl ditemukan adanya peristiwa pikiran bawah sadar yang terjadi pada tokoh utamanya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengungkap pikiran bawah sadar tokoh utama novel Aḍa‘tu Nafsī karya Marwān Ismā‘īl dalam ketidaksadarannya berupa keadaan koma. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud dan teori struktural sebagai teori bantu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh utama pada novel tersebut adalah Aḥmad Faḥmī yang merupakan seorang mahasiswa yang mengalami kecelakaan dan mengharuskannya melewati keadaan koma. Dalam keadaan tersebut, muncul pikiran bawah sadar yang terjadi tidak lepas sebagai akibat dari konflik yang terjadi pada dirinya sendiri ketika dalam kesadarannya. Peristiwa pikiran bawah sadar Aḥmad dalam keadaan koma condong mengikuti idnya sehingga memunculkan pikiran bawah sadar berupa: perasaan bersalah, kecemasan terhadap masa depan, dan hasrat seksual yang terpendam. Adapun bentuk mekanisme pertahanan yang dilakukan Aḥmad, yaitu berupa pengalihan, substitusi (pergantian), dan represi yang paling dominan. Dengan demikian, peristiwa yang muncul pada pikiran bawah sadar tokoh utama merupakan pengaruh dari segala perasaan yang dipendam ketika sadar.
Bridging family language policy and Arabic language acquisition by Indonesian Muslim community: A conceptual approach Arifianto, Muhammad Lukman; Purnamawati, Zulfa; Izzudin, Iqbal Fathi; Mujahidah, Zulfa Azalia
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya Vol 52, No 2 (2024)
Publisher : Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um015v52i22024p159

Abstract

Family language policy encompasses various aspects, such as identity, cultural heritage, communi-cation, education, and social integration within a family or community. Previous research has pri-marily focused on the use and preservation of native languages within multilingual societies, leav-ing a gap in understanding the relationship between family language policies and the acquisition of foreign languages in a familial setting. Consequently, this study presents a conceptual approach that explores key concepts and variables relevant to the family language policy approach, specifical-ly regarding the acquisition of Arabic by the Indonesian Muslim community. By analyzing the con-nection between the family language policy approach and variables related to foreign language acquisition, we hypothesized that the learning or acquisition of Arabic among Indonesian Muslims can be influenced by the language policy implemented within their families. Muslim parents play a crucial role in this process, both ideologically and practically, by providing an optimal learning envi-ronment and motivation for their children. As the family language policy involves decisions and practices governing language use and learning within the family context, it encompasses Muslim parents' choices regarding the Arabic language used at home, its application in specific activities, and their support for their children’s learning.
Seksualitas Perempuan dan Bahasa Perempuan Dalam Novel Larung Karya Ayu Utami Dan Banat Al-Riyadh Karya Rajaa Alsanea: Kajian Postfeminisme Luce Irigaray Fitriani, Diah; Purnamawati, Zulfa
Al Mi'yar: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa Arab dan Kebahasaaraban Vol 8 No 2 Oktober 2025
Publisher : STIQ Amuntai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/am.v8i2.5321

Abstract

The repression of female sexuality by the patriarchal system hinders women in recognising and expressing their sexuality fully. In response to this, Luce Irigaray emphasises the importance of creating a ‘female language’ that originates from the experiences of women's bodies and sexuality. This study analyses the construction of sexuality and female language in two novels, namely Larung by Ayu Utami (Indonesia) and Banat Al-Riyadh by Rajaa Alsanea (Saudi Arabia), which critically break the taboo of sexuality through the representation of female protagonists from different backgrounds. The research methods used were descriptive qualitative and comparative American approaches. The results show that Larung depicts sexuality as an autonomous right of women to enjoy and explore their sexuality freely and independently of patriarchal norms. The language of women in this novel uses metaphors that affirm women's subjectivity in sexual relationships. Meanwhile, sexuality in Banat Al-Riyadh is reduced to a mere form of service in marriage, and the language used by women displays subtle resistance and awareness stemming from wounds and trauma as victims in sexual relationships.
Women as Mother and Machine in Patriarchy: A Reading of Mince and Zawj Taghiya Nadillah, Nada; Purnamawati, Zulfa
Nady Al-Adab : Jurnal Bahasa Arab Vol. 22 No. 2 (2025): Nady al-Adab
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jna.v22i2.45221

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peran dan posisi perempuan dalam sistem patriarki sebagaimana direpresentasikan dalam cerpen karya Fanny J. Poyk dan Abbas Hafidz. Fokus kajian diarahkan pada relasi perempuan dalam ranah domestik, terutama dalam hubungan pernikahan dan peran sebagai ibu. Kedua cerpen secara eksplisit merefleksikan pengalaman perempuan yang hidup dalam tekanan struktur sosial patriarkis, sehingga relevan dianalisis menggunakan perspektif feminisme, khususnya teori Rosi Braidotti mengenai perempuan sebagai mother (ibu) dan machine (mesin) di dunia patriarki. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan metode simak catat dalam pengumpulan data dan melalui tiga tahap analisis data berupa mengidentifikasi dan mengkategorikan data, mengklasifikasi data, kemudian menginterpretasikan data guna menggali bagaimana kedua konstruksi tersebut bekerja dalam narasi dan bagaimana perempuan mengalami serta merespons penindasan. Konstruksi mother memperlihatkan posisi perempuan yang direduksi pada ranah domestic diharuskan melayani keluarga, mengurus anak, dan tunduk pada suami. Dalam kondisi ini, perempuan mengalami beban ganda bahkan beban tiga lapis (triple burden), karena tidak hanya dituntut untuk bekerja di ranah domestik, tetapi juga di ranah publik, sekaligus menjadi objek pengawasan moral. Sementara itu, konstruksi machine merujuk pada pandangan perempuan sebagai alat reproduksi dan objek seksual, di mana tubuh perempuan dikontrol dan didefinisikan oleh norma-norma sosial patriarkis. Tubuh perempuan tidak dilihat sebagai subjek, melainkan sebagai alat produksi biologis bagi kepentingan laki-laki dan masyarakat. Kedua cerpen ini menunjukkan bahwa meskipun perempuan ditempatkan dalam posisi yang tertindas, tetap terdapat ruang-ruang perlawanan yang dimunculkan melalui tindakan simbolik maupun pilihan hidup yang menantang norma dominan. Dengan demikian, karya-karya ini tidak hanya mengkritisi sistem patriarki, tetapi juga memperlihatkan potensi transformasi sosial melalui resistensi perempuan.