Hamrin Hamrin
Universitas Negeri Makassar

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Ekonomi Kreatif Sebagai Materi Kewirausahaan Guna Meningkatkan Motivasi Wirausaha Mahasiswa Fakultas Seni Dan Desain Universitas Negeri Makassar Jalil Jalil; Hamrin Hamrin; Irfan Irfan
TANRA: Jurnal Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar Vol 4, No 2 (2017): Vernacularies Local Potencies Trought Art & Design
Publisher : Universitas Negeri makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/tanra.v4i2.4388

Abstract

Abstract. Creative Economy as Entrepreneurship Material To Improve Student Entrepreneurship Motivation Faculty Of Art And Design Universitas Negeri Makassar. Indonesia has great creative economic potential, but the number of entrepreneurs is still very low, therefore, through art education, art and design students need to be fostered to become creative young entrepreneurs in the field of creative economy. To make this happen it is necessary to draft the module / entrepreneurial learning materials based on the type of business in the field of creative economy in accordance with the arts and culture, learning tools for entrepreneurship courses that can be used in the Faculty of Arts and Design based on creative industry with the type of business of art and culture, and make various media based on creative economy business by raising the profile of creative economy effort with local wisdom then elaborated become part of the module and learning device can create more young entrepreneurs in the creative economy. This research is qualitative applied with data analysis using Miles and Huberman plot. Creative industry materials that become the advantages of the module that is composed of various local businesses in the field of art and design, such as art goods market, art craft by lifting the craft from Tana Toraja and textile craft in the form of silk weaving from Wajo Regency. Performing arts by raising the potential of various art galleries in Makassar City. Art and design as well as performing arts are the two pillars of art and culture, so it is expected that the modules can be applied in the environment of the Faculty of Arts and Design in particular, and the Arts College in Indonesia in generalAbstrak. Ekonomi Kreatif Sebagai Materi Kewirausahaan Guna Meningkatkan Motivasi Wirausaha Mahasiswa Fakultas Seni Dan Desain Universitas Negeri Makassar. Indonesia memiliki potensi ekonomi kreatif yang besar, namun jumlah wirausaha masih sangat  rendah, oleh sebab itu, melalui pendidikan tinggi seni, mahasiswa seni dan desain perlu dibina untuk menjadi wirausaha muda yang kreatif dibidang ekonomi kreatif. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu menyusun  draft modul/bahan pembelajaran kewirausahaan berbasis jenis usaha dibidang ekonomi kreatif yang sesuai dengan bidang seni budaya, merancang  perangkat pembelajaran mata kuliah kewirausahaan yang dapat digunakan di Fakultas Seni dan Desain berbasis industi kreatif dengan jenis usaha seni budaya, dan membuat berbagai media pembelajaran berbasis usaha ekonomi kreatif dengan mengangkat profil usaha ekonomi kreatif dengan kearifan lokal lalu dielaborasi menjadi bagian dari modul dan perangkat pembelajaran yang dapat menciptakan lebih banyak wirausaha muda dalam bidang ekonomi kreatif. Penelitian ini bersifat kualitatif terapan dengan analisis data menggunakan alur Miles dan Huberman. Materi industry kreatif yang menjadi kelebihan dari modul yang disusun adalah adanya beragam usaha local dibidang seni rupa dan desain, seperti pasar barang seni, seni kerajinan dengan mengangkat kerajinan dari Tana Toraja dan kerajinan tekstil berupa tenun sutra dari Kabupaten Wajo. Seni pertunjukan dengan mengangkat potensi berbagai sanggar-sanggar seni di Kota Makassar. Seni rupa dan desain maupun seni pertunjukan merupakan dua pilar ilmu seni budaya, sehingga diharapkan modul yang disusun dapat diterapkan dalam lingkungan Fakultas Seni dan Desain secara khusus, dan Perguruan Tinggi Seni di Seluruh Indonesia secara umum. 
Transformasi Model Gambusu’ Menjadi Gambusu’ Eletrik Pada Musik Batti’-Batti’ Di Kepulauan Selayar Sebagai Praktik Dekulturasi Hamrin Hamrin
JURNAL PAKARENA Vol 4, No 1 (2019): Vol 4, No 1 (2019): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.414 KB) | DOI: 10.26858/p.v4i1.12981

Abstract

Gambusu’ digolongkan sebagai alat musik petik berjenis dawai. Gambusu’ digunakan di pertunjukan Batti’-Batti’ di Kepulauan Selayar. Fenomena sekarang ini terdapat perubahan signifikan yang ditemukan pada bentuk instrumen gambusu’, yakni berbentuk gitar elektrik. Perubahan tersebut dianggap oleh masyarakat sebagai sesuatu yang bersifat tradisional karena spirit dari ke-tradisonalannya masih hadir, tetapi dalam bentuk fisik dan perilaku sudah dekulturasi. Bentuk instrument Gambusu’ model gitar elektrik tidak hadir begitu saja, hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan sosial masyarakat. Pada praktik yang terindikasi dekulturasi pada instrument Gambusu’ mulai berubah secara signifikan pada bentuk organologi serta di sisi lain kebiasaan-kebiasaan musikal mengalami perkembangan di mana teks lagunya sudah agak longgar yakni terdapat pencampuran bahasa daerah, bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris. Dengan demikian, kesenian ini tidak hanya dimainkan di tempat yang sakral seperti di acara pernikahan tetapi juga dilaksanakan di acara seremonial. Hal demikian terjadi karena diduga karena masuknya kebudayaan Barat, di mana anak muda di era itu kebanyakan menggunakan gitar elektrik yang sangat marak digunakan baik itu di acara pertunjukan seni dan festival seni musik yang berimplikasi pada praktik kesenian batti’-batti’. Atas dasar fenomena itu sehingga para pengrajin dan pemain musik Gambusu’ menginisasi gerakan untuk mentransformasikan bentuk Gambusu’ dengan model gitar elektrik yang akhirnya praktik tersebut sebagai praktik dekulturasi.
EKSISTENSI TEATER AMPAT DI KABUPATEN MAJENE Hamrin Hamrin
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 1 (2018): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.144 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i1.14206

Abstract

Sanggar teater Ampat atau biasa disebut Teater Ammana Pattolawali terus melestarikan budaya dan memperluas jaringan diwilayah kabupaten Majene. Teater Ampat terus berupaya menjaga kelestaraian budaya suku mandar dengan melakukan berbagai kegiatan dan menghasilkan karya-karya seni kreasi. Teater Ampat lebih mengedepankan pembinaan kepada para pelaku seni yang ada di Kabupaten Majene, agar bisa lebih kreatif dan mengekspresikan diri melalui sebuah karya tentunya tidak meninggalkan budaya para pendirinya seperti mengikuti berbagai kegiatan di Kabupaten Majene dan kegiatan nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis kiat Teater Ampat dalam pengembangan seni tari di Kabupaten Majene, mendeskripsikan Teater Ampat di undang mewakili Kabupaten Majene dalam kegiatan berkesenian, dan mendeskripsikan Teater Ampat tetap eksis di Kabupaten Majene. Metode penelitian dengan enggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data menggunakan teknik  observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah menupayakan pelestarian dan perkembangan dari pihak pengurus dengan pendekatan ke sekolah-sekolah dan mengajak siswa-siswi di berbagai sekolah dengan pelaksanaan pelatihan secara rutin, kepercayaan dari instansi/lembaga pemerintah, sanggar seni dan masyarakat membuat Sanggar Teater Ampat menjadi sanggar yang paling menonjol atau menjadi pelopor untuk pelestarian budaya, dan menunjukan potensi yang dimiliki dengan berbagai prestasi yang diraih disetiap tahunnya
BENTUK PENYAJIAN MUSIK RAWANA GRUP TOMARENDENG LAWARANG DALAM ACARA PERNIKAHAN DI DESA LEKOPA’DIS KECAMATAN TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR Nahrawi Nahrawi; Khaeruddin Khaeruddin; Hamrin Hamrin
JURNAL PAKARENA Vol 4, No 2 (2019): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1540.49 KB) | DOI: 10.26858/p.v4i2.12171

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola ritme musik rawana dan bentuk penyajian musik rawana pada grup tomarendeng Lawarang dalam acara pernikahan di Desa Lekopa’dis Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe deskriptif dimana data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pola ritme musik rawana oleh Grup Tomarendeng Lawarang yang disajikan dalam acara pernikahan di Desa Lekopa’dis Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar terbagi menjadi empat yaitu: tabuhan buru’da, tabuhan ya rabbana, tabuhan kanjar dan tabuhan tama-tama, (2) Bentuk penyajian musik rawana oleh Grup Tomarendeng Lawarang dalam acara pernikahan di Desa Lekopa’dis Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar terbagi dalam dua kategori yaitu penyajian pada malam hari dan penyajian pada pagi/siang hari (a) Penyajian musik rawana pada malam hari dilakukan di dalam rumah calon mempelai laki-laki atau perempuan setelah ritual melattigi, formasi berbentuk setengah lingkaran dengan durasi waktu yang cukup lama dan disertai dengan atraksi ma’dego yaitu berjoget sambil mengikuti irama musik rawana yang dilakukan oleh beberapa parrawana, (b) Penyajian musik rawana pada pagi/siang hari dilakukan di dalam rumah mempelai laki-laki sebelum berangkat metindor dan dilakukan di luar rumah pada saat metindor. Apabila acara metindor dilakukan dengan berjalan kaki maka formasi dilakukan dalam bentuk barisan dan apabila menggunakan kendaraan maka dibentuk formasi duduk melingkar di atas mobil pickup. Durasi waktu yang digunakan bergantung kepada jarak yang ditempuh metindor.
GANDANG PADA UPACARA MA’PASONGLO PADA PESTA PEMAKAMAN RAHEL RAE’ PAEBONAN DI DESA ULUSALU KECAMATAN SALUPUTTI KABUPATEN TANA TORAJA Andika Daniel; Hamrin Hamrin; Andi Ihsan
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 1 (2018): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.218 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i1.14204

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Gandang Pada Upacara Ma’pasonglo pada Pesta Pemakaman Rahel rae paembonan di Desa Ulusalu, Kecamatan Saluputti, Kabupaten Tana Toraja. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, metode observasi dan metode dokumentasi. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang mana sasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Gandang sebagai media komunikasi, 2. Gandang sebagai pengiring 3.Tempat penyajian Gandang, 4. Waktu penyajian Gandang, 5.kostum 6. Pelaku, 7 pola tabuhan. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pemangku adat, pelaku Gandang dan masyarakat yang dianggap mengetahui Gandang tersebut. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis dan non statistik. Hasil penelitian di lapangan menjelaskan bahwa: 1. Gandang sebagai media komunikasi, yaitu sebagai media untuk memberikan simbol atau kode kepada keluarga atau masyarakat yang hadir pada awal upacara untuk mengangkat jenasah ke tongkonan jenasah untuk segera di arak arakkan menuju lakkaen tempat dimana jenasah di semayamkam selama upacara berlangsung dan. Gandang sebagai pengiring, yaitu untuk mengiringi para tamu atau keluarga yang hadir di pelataran duka saat upacara penerimaan tamu berlangsung dengan membawa ternak mereka yang nantinya akan di sembeli pada saat memasuki puncak acara. 3.Tempat penyajian Gandang yaitu dilaksanakan di area rumah duka saat jenasah akan akan di arak arakkan menuju lakkean dan ditana lapang yang cukup luas tempat jenasah disemanyamkan selama upacara berlangsung yang dibuat khusus untuk tempat pelaksanaan upacara dan hanya sekali pakai. 4. Waktu penyajian Gandang yaitu Gandang dilaksanakan pada siang hari samapai sore hari sepanjang Upacara Pemakaman Rahel rae’ paembonan berlangsung. 5. Pelaku Gandang yaitu masyarakat yang sudah mengenal budaya Toraja. 6. Kostum yang dipakai yaitu baju warna hitam dan sarung warna hitam, dan sepa tallung buku Dari hasil penelitian ini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Gandang pada upacara pesta pemakaman Rahel rae’ paembonan merupakan simbol komunikasi terhadap keluarga atau masyarakat akan pelaksanaan upacara dan juga sebagai media mengiringi kedatangan para tamu pada pesta upacara tersebut.
MUSIK PATROL PADA MALAM MAPPACCI DESA SEMPANG TIMUR KABUPATEN PINRANG Hamrin Hamrin
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 1 (2018): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.154 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i1.14205

Abstract

Musik patrol dalam upacara mappacci pada masyarakat Bugis di Sempang Timur Kabupaten Pinrang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan permasalahan penelitian dijelaskan dalam bentuk aspek yaitu (1) Latar belakang musik patrol dalam upacara mappacci di desa Sempang timur Kabupaten Pinrang dan (2) Bentuk penyajian musik patrol dalam upacara mappacci pada masyarakat bugis di Sempang Timur Kabupaten Pinrang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Adapun dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan studi pustaka. Adapun wawancara dan dokumentsi termasuk perekaman kegiatan penelitian. Sehingga teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif sebagai cara untuk menganalisis rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Metode. Hasil penelitian sebagai berikut. (1) Latar belakang musik patrol dalam upacara mappacci masyarakat bugis di Sempang Timur Kabupaten Pinrang ini sebagai hiburan yang mendidik masyarakat. (2) Bentuk penyajian musik patrol pada acara malam mappaci yaitu dengan melakukan sebuah pertunjukan musik dan ceramah dengan diiringi gerakan kekanan kiri ataupun depan belakang mengikuti irama musik yang dimainkan dengan intrumen musik seperti keyboard, kentongan, toms drum. Dengan pakaian yang lengkap seperti kemeja dan celana hitam tidak lupa memakai kopia hitam. Lagu yang mereka bawakanpun beragam dan syairnyapun berisi lagu puji-pujian terhadap keindahan dan bersifat islami.
KESENIAN MA’RONGGENG DI DESA PAROMBEAN KABUPATEN ENREKANG Hamrin Hamrin
JURNAL PAKARENA Vol 3, No 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.47 KB) | DOI: 10.26858/p.v3i2.13056

Abstract

       Penelitian ini mengangkat masalah tentang bagaimana latar belakang kesenian ma’ronggeng serta fungsi kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean Kabupaten Enrekang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean Kabupaten Enrekang serta fungsi kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean Kabupaten Enrekang. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif, sedangkan pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut: Jauh sebelum islam masuk di Parombean, barutung atau bambu yang biasa disebut suke oleh masyarakat sekitar, digunakan sebagai media penghubung dalam ritual penolak bala kepada dewata. Barutung yang hadir pada setiap sendi kehidupan masyarakat Parombean, secara alami mengekspresikan karya kesenian yang menjadi kultur dalam masyarakatnya. Sejarah kesenian ma’ronggeng berawal dari kebiasaan masyarakat sekitar yang mengantri menunggu giliran mengambil air pada satu-satunya sumber mata air di Desa Parombean. Aktivitas ketika menunggu air adalah menghentak-hentakkan bambu panjang yang disebut lampa dan pongke yang kemudian menimbulkan ide dan gagasan untuk menjadikannya sebuah kesenian tradisional. Lampa, pongke, dan suke digabungkan sehingga menghasilkan bunyi khas bambu yang kemudian dinamai dengan kesenian ma’ronggeng atau ma’barutung. Adapun 4 fungsi kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean yaitu fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi ritual, danfungsi pengintegrasian masyarakat.