Ida Narulita
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Deteksi Perubahan Suhu Permukaan Menggunakan Data Satelit Landsat Multi-Waktu Studi Kasus Cekungan Bandung Ningrum, Widya; Narulita, Ida
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (838.105 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v19i2.2250

Abstract

ABSTRACTThe rapid population growth and development of infrastructure in the Bandung basin has triggered an uncontrolled land use changes. The changes of land use will impact on land surface temperature distribution. Finally, these changes will give influence on climate. Land surface temperature is one of the important climatic elements in the energy balance. Changes in land surface temperature variations will potentially change other elements of the climate. The purpose of this paper is to obtain and to analyze the changes of surface temperature distribution in Bandung basin using multi temporal satellite data processing that is Landsat 5 and Landsat 8 in 2004, 2009 and 2014. Near Infrared Channel (Near Infrared/NIR) and visible wave channels (Visible band) have used to obtain the value Normalized Difference Vegetation Index/NDVI index and Albedo. Land and vegetation emissivity value and thermal band have used to determine land surface temperature. The results showed that the surface temperature distribution of Bandung basin has been changes characterized by the presence of two hotspot characters i.e. hot areas in urban and hot areas in non-urban area. The area is characterized by decreasing vegetation index values, increasing albedo values and increasing on surface temperature.  Land Surface Temperatures average value increased by 1.3°C. Land surface temperature tends to rise supposed as a result of changes in vegetated area into open area and the build area  Keywords: land surface temperature, normalized difference vegetation index, albedoABSTRAKPesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan infrastruktur di cekungan Bandung telah memicu perubahan tutupan lahan yang tidak terkendali. Perubahan tutupan lahan akan mempengaruhi distribusi suhu permukaan. Hal tersebut pada akhirnya nanti akan mempengaruhi iklim. Suhu permukaan merupakan salah satu unsur iklim yang penting dalam neraca energi. Perubahan variasi suhu permukaan berpotensi mengubah unsur unsur iklim yang lainnya. Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perubahan distribusi suhu permukaan di cekungan Bandung melalui pengolahan data satelit multi waktu yaitu Landsat 5 dan Landsat 8 tahun 2004, 2009, 2014 dan 2016. Kanal Inframerah Dekat (Near Infrared/NIR) dan kanal gelombang tampak (Visible band) digunakan untuk memperoleh nilai Indeks Kehijauan Vegetasi (Normalized Difference Vegetation Index/NDVI) dan Albedo. Nilai emisivitas dari tanah dan vegetasi serta Band termal digunakan untuk menentukan nilai Suhu Permukaan Tanah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di cekungan Bandung telah terjadi perubahan distribusi suhu permukaan yang dicirikan oleh adanya dua karakter hotspot yaitu daerah panas di daerah urban dan daerah panas di daerah non-urban. Daerah tersebut dicirikan menurunnya nilai indeks vegetasi, menurunnya nilai albedo dan meningkatnya nilai suhu permukaan tanah. Nilai rataan Suhu Permukaan Tanah tahun 2005 - 2014 meningkat sebesar 1.3°C. Kecenderungan naik ini diduga sebagai akibat adanya perubahan tutupan lahan bervegetasi menjadi daerah yang lebih terbuka dan daerah terbangun.Kata kunci: suhu permukaan, indeks kehijauan vegetasi, albedo 
PENDUGAAN NERACA AIR SPASIAL UNTUK EVALUASI KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR STUDI KASUS: DAERAH ALIRAN SUNGAI CERUCUK, PULAU BELITUNG Narulita, Ida
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18 No. 1 (2017)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (792.557 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v18i1.543

Abstract

Neraca air spasial DAS Cerucuk, pulau Belitung telah dikembangkan untuk mengevaluasi ketersediaan sumberdaya air dalamrangka pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan. Pendugaan neraca airspasial bulanan dilakukan dengan metoda SCS, distribusi tegangan pori dan perbedaan konduktivitas hidraulik berdasarkanpenggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG). Data dasar yang digunakanyaitudata curah hujan harian dari 5 (lima) stasiun pencatat hujan yang berasal dari milik BMKG (2 stasiun) dan milik perkebunan kelapa sawit (3 stasiun), data citra satelit Landsat 8 tahun 2013, peta tanah dan peta geologi pulau Belitung. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa air permukaan dan airtanah dangkal cukup tersedia untuk keseluruhan DAS Cerucuk. Airtanah dangkal tersedia pada setiap bulan sepanjang tahun,bahkan pada bulan Agustus ketersediaan air masih cukup banyak. Pengisian airtanah dalam relatif sedikit karena sebagian besar DAS Cerucuk tersusun oleh formasi granit Tanjung pandan yang hampir tidak memiliki kelulusan. Akifer airtanah dalam tidak ditemukan. Total curahhujan yang jatuh di DAS Cerucuk akan lepasmelalui evapotranspirasi (36%), menjadi air larian (34%), mengisi airtanah dangkal (28%) dan mengisi airtanah dalam (1,7%). Hasil penerapan model terhadapsetiap jenis tutupan lahan memperlihatkan bahwa air hujan yang jatuh pada jenis tutupan lahan hutan, perkebunan dan pertanian lahan kering menghasilkan jumlah imbuhan airtanah dangkal cukup besar, sedangkan untuk lahan basah, pemukiman dan kolong area tambang sebagian besar mengalir sebagai air larian.Hal ini menyebabkandi daerah pemukiman pada musim kemarau dirasakan adanya periodedefisit air.Pengendalian daerah pemukiman dan pelestarian daerah bervegetasi di selatan DAS Cerucuk sangat diperlukan untuk menjamin kelestarian sumberdaya air.Kata kunci: neraca air, spasial, metode SCS, ketersediaan sumberdaya air.
KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH PENGALIRAN SUNGAI (WPS) CILIWUNG - CISADANE Ida Narulita; Rizka Maria; M. Rahman Djuwansah
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1431.771 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2010.v20.37

Abstract

ABSTRAK Studi karakteristik curah hujan di WPS Ciliwung-Cisadane dilakukan untuk menyediakan informasi dasar bagi mitigasi bencana yang berhubungan dengan air. Karakteristik hujan yang dipelajari meliputi distribusi spasial dan temporal curah hujan bulanan, lama dan intensitas hujan. Distribusi hujan disusun dengan menggunakan metode isohyet. Data dasar yang digunakan adalah data curah hujan harian dari 13 stasiun hujan di daerah kajian untuk periode 1997 – 2006. Variabilitas fenomena iklim global (ENSO dan Dipole Mode) ternyata mempengaruhi jumlah curah dan distribusi temporal hujan di WPS Ciliwung-Cisadane. Interaksi anomali ENSO dan IOD yang kuat dapat menjadi penyebab terjadinya banjir di Jakarta. Tetapi banjir juga terjadi ketika indeks ENSO dan Dipole Mode menunjukkan keadaan normal, yang menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang dapat menjadi penyebab banjir di Jakarta. Hujan intensitas rendah dengan waktu panjang yang sering terjadi pada bulan basah perlu diwaspadai karena hujan dengan karakter ini berpotensi menjadi penyebab bencana banjir dan longsor. Pada bulan kering, dominan terjadi hujan dengan intensitas yang lebih tinggi dengan durasi lebih singkat.
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK MENDUGA KUANTITAS KOMPONEN SUMBERDAYA AIR BULANAN SECARA SPASIAL DENGAN METODA CN-NRCS, TEGANGAN AIRTANAH DAN KONDUKTIVITAS HIDRAULIK DI HULU DAS CITARUM M. Rahman Djuwansah; Ida Narulita
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 21, No 2 (2011)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.154 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2011.v21.49

Abstract

ABSTRAK Keberadaan metodologi pendugaan yang lebih rinci tentang ketersediaan sumberdaya air secara spasial telah menjadi keperluan mendesak. Selama beberapa dekade terakhir terjadi perluasan pesat daerah urban, utamanya di Pulau Jawa, dimana beberapa diantaranya kini mengalami krisis air.  Sistem Informasi Geografi telah dimanfaatkan untuk menduga kuantitas komponen sumberdaya air di hulu DAS Citarum. Data yang digunakan adalah model elevasi digital (DEM), citra satelit, data curah hujan dari 22 stasiun yang tersebar di daerah kajian, peta tanah dan peta geologi. Pendugaan kuantitas komponen sumberdaya air didasarkan pada metoda CN (SCS/NRCS), distribusi tegangan airtanah (pF) dan perbedaan konduktifitas hidraulik. Hasil penelitian menghasilkan basis data spasial kuantitas komponen sumberdaya air yang dapat disajikan baik sebagai data tabular, diagram, maupun peta tematik  untuk keseluruhan daerah penelitian maupun khusus untuk daerah yang dipilih. Validasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil pendugaan dengan hasil pengukuran luah aliran Sungai Citarum di Stasiun Nanjung. Model pendugaan memperlihatkan validitas yang baik untuk kuantifikasi air larian bulanan. Untuk air infiltrasi serta total aliran, validitas baik hanya diperoleh untuk waktu kumulatif tahunan. Hasil pendugaan ini memadai untuk disajikan  setara dengan informasi peta pada skala 1: 50 000. Pemahaman tentang keterbatasan model diperlukan untuk meminimalkan kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan atas informasi hasil pendugaan.
Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Menentukan Daerah Prioritas Rehabilitasi di Cekungan Bandung Ida Narulita; Arif Rahmat; Rizka Maria
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 18, No 1 (2008)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3167.796 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2008.v18.9

Abstract

Sistem pengolahan data spasial dengan memanfaatkan sistem informasi geografi digunakan untuk menentukan daerah prioritas rehabilitasi di cekungan Bandung. Rehabilitasi lahan diperlukan untuk mengurangi degradasi fungsi hidrologi yang sedang terjadi. Peta tingkat kekritisan air dihasilkan melalui analisis spasial (tumpang susun (overlaying),tumpang tindih (intersecting) serta operasi scoring) pada topografi, peta tataguna lahan, peta tanah dan peta distribusi hujan. Daerah prioritas rehabilitasi di cekungan Bandung ditentukan dengan cara menumpang susunkan peta tematik tingkat kekritisan resapan air dengan hasil pemodelan airtanah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografi dapat ditentukan daerah prioritas rehabilitasi di cekungan Bandung. Daerah prioritas rehabilitasi di cekungan Bandung adalah hulu Majalaya, hulu Soreang, Lembang, Tanjungsari, Cimahi (Batujajar) dan daerah sekitar Gununghalu. Rehabilitasi yang disarankan untuk mengurangi degradation hidrologi adalah perbaikkan tutupan lahan di hulu daerah problematik.
Assessing Future Spatial Distribution of the Seasonal Rainfall in Bintan Islansd using the Downscaled CORDEX-SEA models Narulita, Ida; Dwita Sutjiningsih; Eko Kusratmoko; Muhamad Rahman Djuwansah; Faiz Rohman Fajary; Widya Ningrum
International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences Vol. 21 No. 2 (2024)
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30536/ijreses.v21i2.9068

Abstract

Sustainable water resource management must consider climate change to minimize climate disasters. The water resources of Bintan island are limited, although rainfall is quite high, but the small catchment area and the component rocks of the island of Bintan have low water retention capacity. Currently, Bintan Island is experiencing an increase in water needs due to population growth and economic activities. Therefore, understanding changes in seasonal rainfall in the future is important on this island. This paper aims to study the chances of future seasonal rainfall variability using long-term projection climate modeling. Currently, a high-resolution climate model is available for historical and future periods, namely CORDEX-SEA for the Southeast Asia region. Because the study area is a small island with an area of around 1170 km2, the resolution of the CORDEX-SEA projection climate model data is insufficient. This study uses a statistical downscaling method with quantile mapping to detail the spatial resolution. The results of the analysis show that rainfall on Bintan Island is likely to change in the future due to climate change. Rainfall in Bintan Island in the future will likely be below normal rainfall in all seasons, except in the northern part of Bintan in the SON season. The greatest posibility of rainfall is below normal rainfall in the JJA season. The analysis results show that the eastern part of Bintan Island is a suitable area to build a water reservoir for managing water shortages in Bintan island caused by potentially decreasing rainfall in the future.