Rizka Maria
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS KERENTANAN PENCEMARAN AIR TANAH DENGAN PENDEKATAN METODE DRASTIC DI BANDUNG SELATAN Khori Sugianti; Dedi Mulyadi; Rizka Maria
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (930.871 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v7i1.91

Abstract

AbstrakPertumbuhan penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia yang berkelanjutan. Penanganan pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan oleh pemerintah melalui PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan dengan regulasi pembatasan pemakaian air tanah. Pencemaran merupakan salah satu penyebab utama penurunan kualitas air tanah, terutama di daerah perkotaan seperti halnya di Kabupaten Bandung bagian Selatan. Penurunan kualitas air tanah ditandai dengan terdeteksinya kehadiran beberapa polutan diantaranya logam berat, nitrit, nitrat, dan bakteri coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran kerentanan dan menentukan tingkat kerentanan pencemaran dengan metode DRASTIC yang mencerminkan kerentanan statis. Parameter yang digunakan dalam pengklasifikasian tingkat kerentanan, antara lain: kedalaman permukaan air tanah, curah hujan, jenis akuifer, tekstur tanah, kemiringan lereng, jenis zona tak jenuh, dan konduktivitas hidrolik akuifer. Berdasarkan hasil analisis parameter DRASTIC, Bandung Selatan memiliki dua tingkat kerentanan, yaitu rendah (52,83%) dan sedang (47,17%). Faktor yang dominan memengaruhi tingkat kerentanan pada masing–masing wilayah berbeda, faktor yang paling dominan adalah kondisi geologi, kemiringan lereng, dan jenis akuifer.Kata kunci: kerentanan, air tanah, metode DRASTIC, pencemaranABSTRACTPopulation growth leads to an increase in need for clean water as one of the continuing basic human needs. The handling of the need of clean water is carried out by the government through the Water Local Government Owned Company (PDAM) and by the restriction regulatory on the use of groundwater. Pollution is one of the main causes of groundwater quality deterioration in urban areas as in the southern part of Bandung Regency. The decline in the quality of groundwater is characterized by the presence of several pollutants including heavy metals, nitrite, nitrate, and coli bacteria. This study aims to determine the distribution of vulnerability and to determine the level of vulnerability of contamination using DRASTIC methods that reflect the static susceptibility. The parameters used in the classification of the degree of vulnerability among others: the depth of groundwater level, rainfall, aquifer type, soil texture, slope, type of unsaturated zone, and hydraulic conductivity of the aquifers. Based on the DRASTIC parameter analyses, the southern part of Bandung Regency has two levels of vulnerability: low (52,83 %) and moderate (47,17 %). The dominant factor affecting the level of vulnerability in each different region, the dominant factor are geological condition,slope, and aquifer types.Keywords: vulnerability, groundwater, DRASTIC method, contaminant
Imbuhan Airtanah Buatan untuk Konservasi Cekungan Airtanah Bandung-Soreang Ananta Purwoarminta; Rachmat Fajar Lubis; Rizka Maria
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 29, No 1 (2019)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3733.722 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2019.v29.1004

Abstract

Airtanah saat ini telah menjadi isu di dunia dan Indonesia akibat terjadinya degradasi airtanah. Tingginya pertumbuhan penduduk dan industri di wilayah kota telah meningkatkan eksploitasi airtanah, sementara laju pengisian airtanah (infiltrasi) terus menurun. Penurunan laju infiltrasi diakibatkan oleh adanya perubahan tutupan lahan. Berdasarkan permasalahan ini maka konservasi airtanah harus dilakukan untuk menjaga ketahanan air. Cekungan Bandung-Soreang sebagai wilayah perkotaan telah mengalami penurunan muka airtanah sebagai akibat adanya pengambilan airtanah yang berlebih. Tulisan ini adalah telaah dari berbagai metode teknis yang telah diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut di atas khususnya metode imbuhan buatan untuk konservasi airtanah di Cekungan Bandung. Berbagai teknik telah diterapkan baik oleh masyarakat, industri maupun pemerintah dengan sumber utama adalah air hujan. Namun penurunan muka airtanah masih terus terjadi meskipun upaya-upaya tersebut telah dilakukan. Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa metode imbuhan buatan hanya mampu mengurangi penurunan muka airtanah. Jika hasil yang diharapkan adalah kembalinya muka airtanah ke kondisi awal maka diperlukan pengembangan metode dan atau penambahan jumlah imbuhan buatan yang sangat banyak. Groundwater becomes an issue globally due to groundwater degradation. The high population and industry growth in the cities had increased the exploitation of groundwater. On the other hand, the rate of infiltration is lower due to city development. Therefore, groundwater conservation is required to maintain water resistance. The Bandung-Soreang Basin, as an urban area, has experienced a decline in groundwater as a result of excessive groundwater extraction. This paper presented a review of various technical methods that have been applied to overcome the problem. Artificial recharge method for groundwater conservation in the Bandung-Soreang Basin has been used by the community, industry, and government, with rainwater as the main source. The most recent condition indicated that the groundwater level has been still decreasing despite these efforts. The results of the latest research suggested that artificial recharge has only  reduced the groundwater depletion. To restore the groundwater to its initial condition, we need to develop a new method or simply add a lot more artificial recharges.
KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH PENGALIRAN SUNGAI (WPS) CILIWUNG - CISADANE Ida Narulita; Rizka Maria; M. Rahman Djuwansah
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 20, No 2 (2010)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1431.771 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2010.v20.37

Abstract

ABSTRAK Studi karakteristik curah hujan di WPS Ciliwung-Cisadane dilakukan untuk menyediakan informasi dasar bagi mitigasi bencana yang berhubungan dengan air. Karakteristik hujan yang dipelajari meliputi distribusi spasial dan temporal curah hujan bulanan, lama dan intensitas hujan. Distribusi hujan disusun dengan menggunakan metode isohyet. Data dasar yang digunakan adalah data curah hujan harian dari 13 stasiun hujan di daerah kajian untuk periode 1997 – 2006. Variabilitas fenomena iklim global (ENSO dan Dipole Mode) ternyata mempengaruhi jumlah curah dan distribusi temporal hujan di WPS Ciliwung-Cisadane. Interaksi anomali ENSO dan IOD yang kuat dapat menjadi penyebab terjadinya banjir di Jakarta. Tetapi banjir juga terjadi ketika indeks ENSO dan Dipole Mode menunjukkan keadaan normal, yang menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang dapat menjadi penyebab banjir di Jakarta. Hujan intensitas rendah dengan waktu panjang yang sering terjadi pada bulan basah perlu diwaspadai karena hujan dengan karakter ini berpotensi menjadi penyebab bencana banjir dan longsor. Pada bulan kering, dominan terjadi hujan dengan intensitas yang lebih tinggi dengan durasi lebih singkat.
Aplikasi Sistem Informasi Geografi Untuk Menentukan Daerah Prioritas Rehabilitasi di Cekungan Bandung Ida Narulita; Arif Rahmat; Rizka Maria
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 18, No 1 (2008)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3167.796 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2008.v18.9

Abstract

Sistem pengolahan data spasial dengan memanfaatkan sistem informasi geografi digunakan untuk menentukan daerah prioritas rehabilitasi di cekungan Bandung. Rehabilitasi lahan diperlukan untuk mengurangi degradasi fungsi hidrologi yang sedang terjadi. Peta tingkat kekritisan air dihasilkan melalui analisis spasial (tumpang susun (overlaying),tumpang tindih (intersecting) serta operasi scoring) pada topografi, peta tataguna lahan, peta tanah dan peta distribusi hujan. Daerah prioritas rehabilitasi di cekungan Bandung ditentukan dengan cara menumpang susunkan peta tematik tingkat kekritisan resapan air dengan hasil pemodelan airtanah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografi dapat ditentukan daerah prioritas rehabilitasi di cekungan Bandung. Daerah prioritas rehabilitasi di cekungan Bandung adalah hulu Majalaya, hulu Soreang, Lembang, Tanjungsari, Cimahi (Batujajar) dan daerah sekitar Gununghalu. Rehabilitasi yang disarankan untuk mengurangi degradation hidrologi adalah perbaikkan tutupan lahan di hulu daerah problematik.
Hidrogeologi dan Potensi Resapan Air Tanah Sub Das Cikapundung Bagian Tengah Rizka Maria
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 18, No 2 (2008)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.817 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2008.v18.13

Abstract

ABSTRAK DAS Cikapundung adalah salah satu bagian dari sub DAS Citarum dan  merupakan sungai yang  berfungsi sebagai drainase utama di pusat kota Bandung. Hingga saat ini sub DAS Cikapundung masih sangat potensial bagi penyediaan air baku untuk kebutuhan penduduk, namun kini debit bulanannya telah menurun hingga 20-30% dari debit normal. Kondisi Hidrogeologi di daerah penelitian menunjukkan sistem air tanah di daerah penelitian merupakan sitem air tanah bebas dan sebagian kecil sistem air tanah setengah tertekan. Litologi penyusun akuifer pada daerah penelitian berupa breksi vulkanik dan batu pasir tufaan. Akuifer yang terdapat pada daerah penelitian diduga bukan merupakan aquifer yang potensial. Berdasarkan hasil penelitian maka daerah resapan alamiah ditinjau dari kondisi tanah, kemiringan lereng, litologi, dan daerah luahan memiliki luas 6 juta m2, atau 36% dari total luas daerah penelitian. Jumlah air yang menjadi cadangan air tanah berdasarkan perhitungan neraca air adalah sebesar 4,3 juta m3/tahun atau 12% dari total curah hujan yang masuk, dan sebesar 6,2 juta m3/tahun jika di asumsikan daerah penelitan berada pada kondisi alamiahnya. Hal ini menunjukkan luas daerah resapan air tanah yang ada sekarang sudah mengalami perubahan. Jumlah air yang meresap dan menjadi cadangan air tanah pada daerah penelitian hanya memberikan kontribusi sebesar 2% dari total kebutuhan  cadangan air tanah di cekungan Bandung.