Aris Wiji Utami
Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

THE ANTIDIPHTHERIA ANTIBODIES OF SEROEPIDEMIOLOGY SURVEY AMONG ADOLESCENTS IN BANGKALAN AND KEDIRI DISTRICTS Dominicus Husada; Kristina Marbun; Desy Primayani; Leny Kartina; Dwiyanti Puspitasari; Parwati Setiono Basuki; Ismoedijanto Moedjito; Aris Wiji Utami; Eveline Irawan
Jurnal Berkala Epidemiologi Vol. 7 No. 2 (2019): Jurnal Berkala Epidemiologi (Periodic Epidemiology Journal)
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.595 KB) | DOI: 10.20473/jbe.V7I22019.94-102

Abstract

Background: An increase in diphtheria cases has occurred in East Java Province since 2011. The resistance level to diphtheria is considered as the most important cause. Purpose: The study aims analyzed the immunity level immunity to diphtheria in adolescents aged 16-18 years old in Bangkalan and Kediri Districts. Methods: This study was a cross-sectional study, conducted on students in eleven grade of senior high schools (SMAN) from both districts. The inclusion criteria included being 16-18 years old and students in eleven grades of senior high schools in Bangkalan and Kediri. This study was approved by their parents/guardians. The exclusion criteria included immunocompromised students and those who have a history of diphtheria infection. The data were obtained from 204 samples, 89 samples in Bangkalan, and 115 samples in Kediri. The antidiphtheria antibodies examination was carried out by the Vero cell method. The antibodies levels were grouped according to WHO standard, consist of vulnerable, basic, full, and long-term. Further analysis was done with 2 tiers of immunity, consist of immune and vulnerable. Results: The immunization coverage for basic and booster diphtheria vaccine is better in Kediri than in Bangkalan. In contrast, levels of antibodies samples in Bangkalan District is better. The participants who were immune in Bangkalan were higher than those in Kediri (91% vs. 44.3%). Conclusion: The immunity adolescents of Bangkalan is higher than in adolescent Kediri District. The adolescents in Kediri have a greater risk to get infected by the disease
Outbreak Keracunan Makanan Di Kecamatan Purwosari Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur Tahun 2020 Isti Handayani; Yahya Benyamin Bebengu; Atik Choirul Hidajah; Totok Ismanto; Antonius Ratgono; Aris Wiji Utami
Jurnal Kesehatan Vol. 16 No. 2 (2023): Jurnal Kesehatan
Publisher : UPPM Poltekkes Kemenkes Ternate

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32763/5gqpdj96

Abstract

Latar Belakang: Pada tanggal 14 Januari 2020 Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro menerima laporan dugaan keracunan makanan setelah seminar hasil Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diadakan suatu perguruan tinggi negeri di Surabaya. Tujuan: Mengetahui gambaran outbreak dan menentukan agent dan sumber penularan. Metode: Agar dapat mengidentifikasi agen dan sumber penularan dilakukan penelitian dengan desain kohor. Populasi risiko berjumlah 101 orang yang hadir pada pertemuan tersebut. Investigasi outbreak dilakukan pada tanggal 16 Januari 2020.Data primer dikumpulkan melalui kegiatan wawancara pada 91 responden. Pemastian agen dengan pemeriksaan sisa makanan yang dikirimkan ke BBLK Surabaya. Variabel yang diteliti adalah gejala, jenis kelamin, umur, waktu kejadian, jenis makanan, dan masa inkubasi. Hasil: Jumlah kasus 38 (AR = 37,6%), terbanyak pada perempuan 37 (97,4%; AR=44,04%), berumur 20-14 tahun sebanyak 34 (89,4%; AR=40,00%). Seluruh kasus mengalami diare. Kurva epidemik berbentuk common source. Masa inkubasi 5-16 jam, tersering 13 jam 30 menit. Jenis makanan yang dicurigai sebagai media penularan adalah sambal (RR=3,84) dan kemangi (RR=2,18). Hasil laboratorium menunjukkan hasil positif nitrit pada nasi, daging ayam, dan timun. Kesimpulan: Telah terjadi outbreak keracunan makanan. Gejala klinis dan masa inkubasi mengarah pada dugaan penyebab adalah agen mikrobiologis. Namun, hasil pemeriksaan laboratorium pada spesimen sisa makanan menunjukkan hasil yang tidak sesuai