Agastya Wardhana
Universitas Airlangga

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Grand Strategy Obama: Pivot to Asia Agastya Wardhana
Global Strategis Vol. 12 No. 1 (2018): Global Strategis
Publisher : Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unair

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.987 KB) | DOI: 10.20473/jgs.12.1.2018.59-77

Abstract

Kebijakan luar negeri Amerika Serikat memiliki dampak yang besar dalam konstelasi internasional. Oleh karena itu, pemahaman akan kebijakan luar negeri pada setiap era akan membantu kita dalam memahami tujuan dan kepentingan yang ingin dicapai oleh Amerika Serikat. Dalam setiap implementasinya, kebijakan luar negeri Amerika Serikat dapat dianalisis menggunakan kajian Grand Strategy, siapapun presiden yang sedang menjabat pada masa itu. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan luar negeri Obama pada periode kedua. Menggunakan kombinasi Grand Strategy milik Cristopher Lyne serta Possen & Ross, penulis berargumen bahwa kebijakan luar negeri Obama dilaksanakan berdasar corak selective engagement. Selective engagement ini ditunjukkan melalui adanya upaya pencapaian kepentingan nasional dengan merespon terhadap ancaman yang ada. Dalam konteks ini kepentingan yang ingin dicapai oleh Obama adalah restorasi kepemimpinan Amerika Serikat oleh karena itu ancaman paling nyata yang hadir adalah naiknya Cina maka pemerintahan Obama lantas mengeluakan kebijakan Pivot to Asia. Hal ini dikarenakan Cina memiliki kekuatan cukup besar di kawasan Asia sehingga Amerika Serikat sehingga Amerika Serikat memilih Asia sebagai target kebijakannya.
Grand Strategy Isolasionisme Selektif : Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di Era Trump Agastya Wardhana; Vinsensio Marselino Arifin Dugis
Global Strategis Vol. 13 No. 2 (2019): Global Strategis
Publisher : Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unair

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.964 KB) | DOI: 10.20473/jgs.13.2.2019.141-156

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai pola kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump melalui analisis Grand Strategy di tengah kondisi turunnya hegemoni AS. Penuruan hegemoni sesungguhnya telah dialami AS semenjak periode kepemimpinan Presiden Barrack Obama. Berbeda dengan pendahulunya, penulis berargumen bahwa, Presiden Trump merespons situasi penurunan hegemoni AS dengan Grand Strategy kebijakan luar negeri yang berpola Isolasionisme Selektif, yang memiliki dua indikasi utama yaitu adanya definisi kepentingan nasional yang sempit dan pengurangan komitmen internasional. 
Willfull Ignorance : Trump and the Failure of US Pandemic Response Agastya Wardhana
Global Strategis Vol. 14 No. 2 (2020): Global Strategis
Publisher : Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unair

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jgs.14.2.2020.331-348

Abstract

Respons terhadap COVID-19 dilakukan secara berbeda oleh negara di dunia, namun satu yang pasti adalah bahwa penanganan terhadap isu ini bergantung pada kebijakan yang dikeluarkan oleh negara. Hal ini dikarenakan COVID-19 tidak hanya merupakan permasalahan kesehatan tetapi juga permasalahan kebijakan. Dalam konteks ini, salah satu negara yang menjadi sorotan adalah Amerika Serikat. Sebagai negara yang memiliki berbagai keunggulan baik material maupun imaterial, Amerika Serikat tidak berhasil merespons COVID-19 dengan kebijakan yang tepat. Tulisan ini berangkat dari premis tersebut, bahwa parahnya pandemi COVID-19 di Amerika terjadi karena adanya kegagalan pemerintahan Trump untuk memformulasikan kebijakan respons yang tepat. Dalam menguraikan argumentasi tersebut, Tulisan ini terbagi dalam  tiga bagian, bagian pertama berisi kondisi umum COVID-19 di Amerika, bagian kedua berisi tentang analisis kegagalan pemerintahan Trump, dan bagian terakhir berisi simpulan serta pelajaran yang bisa kita ambil dari kegagalan penanganan COVID-19 di Amerika.Kata-kata Kunci: COVID-19, Amerika Serikat, Trump, Kegagalan, Ketidaktahuan yang disengaja Throughout the world, countries use different strategies to curb the COVID-19 spread. The one constant feature is that it is as much a policy problem as it is a medical one. The policy becomes increasingly important due to the infectious nature of the virus. Should a country failed to employ a working strategy, human lives are at stake. In this context, the United States became increasingly important to show that policy is essential to curb the virus. The United States had a vast array of resources ranging from medical experts to a well-prepared institution. Despite all that, the US is currently the worst country in the world in terms of the number of cases and death. This paper argues that this condition is the result of the Trump administration's failure to formulate a suitable and working strategy to curb the virus. The author will explore the argument in three sections. The first section gives a glimpse of COVID-19 in the US, the second section describes the US response to the virus, the third section explains the Trump administration failure, and the last part consists of the conclusion and lesson that we can learn from US failure.Keywords: COVID-19, United States, Trump, Failure, Willful Ignorance
Strategi Pembelajaran Diplomasi Siswa Muhammadiyah 10 Gresik Melalui Simulasi Sidang ASEAN Hennida, Citra; Pratiwi, Fadhila Inas; Wardhana, Agastya
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 5 No 4 (2025): JPMI - Agustus 2025
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.3701

Abstract

Program pengabdian masyarakat ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan diplomasi dan negosiasi di kalangan pemuda, khususnya siswa SMA, dengan tujuan utama mengatasi rendahnya pengetahuan tentang diplomasi multilateral di Indonesia. Penelitian sebelumnya menyoroti bahwa pemuda Indonesia memiliki keterbatasan pengetahuan tentang cara kerja diplomasi di forum-forum multilateral dan minimnya pemahaman mengenai ASEAN. Kondisi ini menyebabkan Indonesia sering kali tidak optimal dalam memanfaatkan forum-forum multilateral dan isu-isu yang relevan bagi pemuda kurang diakomodasi. Untuk menanggulangi masalah ini, program ini menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas dan gamifikasi, yang memungkinkan siswa mempelajari konsep dan keterampilan melalui simulasi peran yang interaktif dan menyenangkan. Metode ini mencakup asesmen awal, seminar oleh pakar, dan simulasi sidang formal. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dalam aspek literasi siswa terhadap ASEAN, kemampuan menyusun argumentasi sebagai delegasi negara, pemahaman prosedur persidangan, keterampilan menjalankan sidang secara formal, dan kemampuan menyusun draf resolusi. Dampak dari kegiatan ini adalah peningkatan kesiapan dan daya saing pemuda Indonesia untuk berpartisipasi secara aktif dalam forum multilateral tingkat internasional, serta memberikan model yang dapat diterapkan di sekolah-sekolah lain.