Abdan Rahim
STIT Ibnu Rusyd Tanah Grogot, Kabupaten Paser

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Full Day School dalam tinjauan Psikologi, Sosiologi, dan Ekonomi Pendidikan Abdan Rahim
At-Ta'dib Vol 13, No 2 (2018): Pesantren as a Center for Developing Arabic & English Teaching
Publisher : Fakultas Tarbiyah, Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/at-tadib.v13i2.2376

Abstract

Full day school comes from English Language. It means that full day school is a school which held in a day or education program that the activities held in school from morning to afternoon. The essential  meaning of full day school is not only add the time and give more learning materials. This policy raise pros and cons between education expert and the society as a subject and object in education. Nevertheless in the perspective of local wisdom, this program is one of institution which can solve moral decline in the country, since in fact it also apply the comprehensive teaching and learning activity. The discourse about FDS has got people’s attention, even it become polemic pros and cons among society, although the purpose of FDS is to built the better students’ character, it also help students’ parents who work full in a day and do not have time to handle their children, and parents able to prevent students’ activity from negativity or reduce negative influence outside from school, however there are some people who disagree with this plan.
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Abdan Rahim
Al-Falah: Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol 19, No 1 (2019): Published in March of 2019
Publisher : STAI AL FALAH Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (843.05 KB) | DOI: 10.47732/alfalahjikk.v19i1.106

Abstract

Every organization and all organizations of any kind must have and need a leader and the highest leader (top leader) or the highest manager (top manager) who must carry out leadership activities (leadership action) or management (management) for the whole organization as a whole. The leader is the first person, like a ship captain who must direct the course of the ship, in a container called the organization. Anti-corruption education can be interpreted as an effort to minimize and eradicate corruption through education. Education is chosen as one of the alternatives to eradicate corruption because education itself has two essential functions, namely growing creativity and instilling and socializing noble values. Islam as a religion and a system of values plays an important role in providing enlightenment, moral awareness, mental improvement, and moral improvement by utilizing existing potential. Therefore, existing Islamic leaders must be the main role models to move towards moral revolution through the enlightenment of religious thought which liberates human behaviors with a mentality of corruption. Keywords: Leadership, Anti-Corruption Education, Islamic Education Perspective
PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAH LUQMAN Abdan Rahim
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Al Qalam Vol. 12, No. 1, Januari-Juni 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (772.494 KB) | DOI: 10.35931/aq.v0i0.19

Abstract

Tujuan pendidikan Islam, tidaklah sekedar proses alih budaya atau ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi juga proses alih nilai-nilai ajaran Islam (transfer of Islamic values). Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya menjadikan manusia yang bertaqwa, manusia yang dapat mencapai al-falah, serta kesuksesan hidup yang abadi di dunia dan akhirat (muflihun).[1]Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap negara, pemerintah secara umum dan sekolah secara khususnya. Terlebih lagi pendidikan agama, karena dari orang tualah anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pendidikan yang ditekankan tidak lain adalah pendidikan dengan konsep Islami yang menjadikan masalah penghambaan kepada Allah SWT, dan ketaatan kepada-Nya menjadi poros segala kehidupan.[2]Dari kisah Luqman, dapat diambil pelajaran sebagai pedoman baik bagi orang tua maupun para pendidik dalam melaksanakan pendidikan. Al-Qur’an sebagi pedoman hidup umat Islam, memuat semua segi kehidupan dan berbagai kisah yang dapat dijadikan contoh pedoman dalam kehidupan.[1] A. Syafi’I Ma’arif, Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), h. 41[2]Muhammad Nasib, Ar-Rifa;I, Ringkasan Tafsir…, h. 789
PERAN WAKAF DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM Abdan Rahim
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Al Qalam Vol. 13, No. 1, Januari-Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.777 KB) | DOI: 10.35931/aq.v0i0.131

Abstract

Secara konseptual, Islam mengenal lembaga wakaf sebagai sumber asset yang memberi kemanfaatan sepanjang masa. Wakaf telah diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai peran yang cukup signifikan dalam rangka mensejahterakan kehidupan masyarakat. Peranan wakaf sangat besar dalam menunjang pelaksanaan pendidikan. Dengan wakaf, umat Islam mendapatkan kemudahan dalam menuntut ilmu. Dengan wakaf, pendidikan Islam tidak terlalu menuntut banyaknya biaya bagi pelajar, sehingga bagi mereka baik miskin atau kaya mendapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Wakaf bertujuan untuk mendapatkan sumber-sumber dana yang tetap dan stabil bagi kebutuhan-kebutuhan umat, pada bidang agama, sandang, pangan, papan, pendidikan, ekonomi, kesehatan dan keamanan. Wakaf juga bertujuan memperkuat persaudaraan dan menanamkan nilai-nilai kesetiakawanan dan solidaritas sosial dalam rangka meraih keridhaan Allah SWT.
SISTEM DAN KELEMBAGAAN PENDIDIKAN ISLAM DI MASA DINASTI MUGHAL INDIA SERTA RELEVANSINYA PADA MASA SEKARANG Abdan Rahim
Darul Ulum: Jurnal Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan Vol 10 No 1 (2019): Darul Ulum, Volume 10 Nomor 1, 2019
Publisher : STIT DARUL ULUM KOTABARU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62815/darululum.v10i1.31

Abstract

Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan Safawi, diantara ke tiga kerajaan besar Islam tersebut (Kerajaan Safawi, Kerajaan Turki Ustmani, dan Kerajaan Mughal), kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu. Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Mughal atau Moghul sudah berkiblat pada dunia barat yang dikenal dengan zaman renaissance (14-17 M). Dinasti ini mulai dari abad pertengahan sampai awal abad modern dengan dua kerajaan besar lainnya yaitu Dinasti Turki-Usmani dan Safawi. Dinasti ini menunjukkan aliran Sunni seperti Dinasti Turki-Usmani, berbeda dengan Dinasti Syawafi yang menunjukkan kesyi’ahannya. Dinasti yang didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur bertahan selama 332 tahun. Berbagai persoalan meliputi, politik, sosial, budaya dan pendidikan membuat dinasti ini memiliki pergantian penguasa atau kaisar yang banyak. Dinasti ini memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan sistem dan kelembagaan pendidikan Islam, dan peninggalannya masih berkembang pada masa saat ini, dan menjadi sintesa bagi beberapa pondok pesantren di Indonesia.
Internalizing Wasatiyah Values in Islamic Education for Religious Moderation Rahim, Abdan; Zulhijra, Zulhijra; Almakki, M. Arsyad; Mardani, Mardani
SYAMIL: Journal of Islamic Education Vol 13 No 1 (2025): SYAMIL: Journal of Islamic Education
Publisher : Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21093/sy.v13i1.10745

Abstract

This study explores the implementation of wasatiyah (Islamic moderation) principles within Islamic Religious Education (PAI) Indonesia. In response to rising religious intolerance among youth and the national imperative to promote social cohesion, this research examines how moderation is internalized through educational practices. Religious moderation is critical in multicultural societies, yet its implementation in Islamic education remains understudied. Utilizing a qualitative case study approach, data were collected via interviews, classroom observations, focus group discussions, and document analysis over one academic semester. Findings indicate that has systematically incorporated wasatiyah through interactive teaching methods, contextual discussions, and value-based modeling. Students demonstrated cognitive understanding, affective alignment, and behavioral expression of moderate Islamic values. The integration of Islamic educational philosophy, Bloom’s Taxonomy, and Bandura’s Social Learning Theory facilitated a comprehensive pedagogical framework. Key enabling factors included strong school leadership, teacher competence, and parental support, while challenges such as limited instructional time and digital radicalism persist. This research contributes a theoretical model and practical roadmap for embedding religious moderation into PAI curricula, offering replicable insights for similar educational contexts. The study affirms the transformative potential of wasatiyah-based education in fostering tolerant, reflective, and socially responsible Muslim youth.