Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan

KELEMBAGAAN PROGRAM CITARUM HARUM DALAM PENGELOLAAN SUB DAS CIRASEA, CITARUM HULU Farhana Nurysyifa; Kaswanto
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 8 No 3 (2021): Desember
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jkebijakan.v8i3.28064

Abstract

Sub DAS Cirasea merupakan daerah hulu DAS Citarum. Area ini memiliki indeks erosi yang sangat buruk akibat masifnya aktivitas pertanian, sehingga landuse hutan semakin terancam dari tahun ke tahun. Padahal daerah hulu DAS memiliki peran strategis dalam menjamin kualitas air di daerah yang lebih rendah. Oleh karena itu, penempatan sektor Satgas Kodam III dalam menunjang program Citarum Harum terdapat di beberapa kecamatran di kawasan Sub DAS Cirasea. Namun, pelaksanaan program Citarum Harum yang hanya dibatasi 7 tahun justru menimbulkan persoalan baru terkait keberlanjutan pengelolaan. Kawasan yang menjadi prioritas dalam penempatan sektor khusus menangani ppermasalahan erosi memiliki beberapa kriteria, seperti status lahan sebagai hutan lindung dan atau hutan konservasi, luasnya area lahan kritis, elevasi diatas 1000 m, dan memiliki topografi curam. Motivasi ekonomi, sebagai salah satu faktor agar masyarakat memiliki inisiatif dalam mengelola sungai, dipengaruhi oleh seberapa pentingnya fungsi sungai sebagai penunjang kehidupan sehari-hari. Analisis SWOT menghasilkan beberapa prioritas rekomendasi, yaitu perlu adanya kepastian koordinasi antarprogram maupun antarsektor secara riil di lapangan dan kepastian pascapanen untuk meningkatkan motivasi petani dalam menanam kopi.
POTENSI TUMBUHAN LIAR DI SEMPADAN TERBANGUN SUNGAI CILIWUNG DI KOTA BOGOR SEBAGAI UPAYA RESTORASI EKOSISTEM SUNGAI Amarizni Mosyaftiani; Regan L Kaswanto; Hadi Susilo Arifin
RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan Vol 5 No 1 (2018): April
Publisher : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jkebijakan.v5i1.29781

Abstract

Tumbuhan liar di sempadan sungai dapat berupa tumbuhan asing/introduksi yang memiliki adaptasi yang tinggi untuk bisa tumbuh dan berkembang lebih cepat sehingga dapat mengganggu tumbuhan lokal. Di ekosistem perkotaan, tumbuhan asing/introduksi sering ditemukan tumbuh di sempadan sungai perkotaan sebagai ekosistem yang terganggu oleh aktivitas manusia. Tumbuhan tersebut mempunyai adaptasi dan ketahanan atau resiliensi untuk tumbuh di habitat yang berubah/terganggu/non-alami, baik akibat manusia atau alam. Pada umumnya, tumbuhan liar di sempadan sungai tersebut kehadirannya tidak dipedulikan. Namun, tumbuhan tersebut dapat bermanfaat bagi ekosistem sungai, diantaranya sebagai input biomasa/energi, fitoremediasi polutan dan filtrasi air sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji spesies tumbuhan liar yang ada di sempadan Sungai Ciliwung yang terbangun oleh tebing batu, semen/beton dan potensinya dalam mendukung restorasi Sungai Ciliwung di Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode random sampling menggunakan plot untuk mengeksplorasi spesies dan tutupan (coverage) spesies di empat lokasi sempadan sungai perkotaan yang berbeton/semen dan terbangun oleh permukiman penduduk di Sungai Ciliwung, Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan tumbuhan liar yang ditemukan di sempadan terbangun Sungai Ciliwung Kota Bogor sebanyak 28 spesies: spesies introduksi/asing sebanyak 21 spesies dan spesies lokal sebanyak 7 spesies. Tiga spesies yang mempunyai tutupan terbesar berturut-turut yaitu Pogonatherum crinitum, Mikania micrantha, Chromolaena odorata. Spesies ini merupakan tanaman liar yang memiliki kemampuan fitoremediasi polutan di air sehingga dapat berfungsi untuk memperbaiki kualitas air dengan adanya pemulihan ekosistem sungai dengan melakukan rekayasa ekologi.