Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Potensi Ekstrak Air Daun Sirsak sebagai Penurun Kolesterol dan Pengendali Bobot Badan Lelly Yuniarti; Miranti Kania Dewi; Uci Ary Lantika; Tryando Bhatara
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 4 No. 2 (2016): Juli 2016
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.893 KB) | DOI: 10.29244/avi.4.2.82-87

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak air daun sirsak terhadap bobot badan dan kadar kolesterol darah. Penelitian ini menggunakanrancangan acak lengkap dengan 5 kelompok perlakuan masing-masing sebanyak 3 ulangan. Hewan coba berupa tikus galur Wistar sebanyak 15 ekor dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberikan ekstrak air daun sirsak dengan dosis 200 mg/kgBB, 400mg/kgBB, kontrol positif, kontrol negatif, dan kontrol normal. Rerata bobot badan dan kadar kolesterol kemudian dianalisis menggunakan Sapphiro Wilk test, ANOVA dan Kruskall Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kelompok yang diberikan ekstrak daun sirsak memiliki efek menghambat peningkatan bobot badan jika dibandingkan dengan kontrol normal, sedangkan untuk kadar kolesterol darah didapatkan bahwa seluruh kelompok perlakuan menunjukkan kadar kolesterol darah yang sama dengan kelompok yang diberikan simvastatin. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa ekstrak air daun sirsak memiliki efek mengendalikan bobot badan dan kolesterol darah. Efek terhadap kolesterol darah serupa dengan simvastatin, karena ekstrak air daun sirsak mengandung fl avonoid yang mempunyai efek menghambat enzim HMG CoA reduktase, serupa dengan mekanisme kerja simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol darah.
Effect of carboxymethylcellulose sodium addition as stabilizer for physicochemical characteristic of purple sweet potato fortified yogurt (Ipomoea batatas L.) Uci Ary Lantika; Fitrianti Darusman; Widad Aghnia Shalannandia; Astrid Feinisa Khairani
Pharmaciana Vol 11, No 1 (2021): Pharmaciana
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.381 KB) | DOI: 10.12928/pharmaciana.v11i1.18088

Abstract

The yoghurt consisted of low-fat milk, three bacterial strains starter, which included: L. bulgaricus ATCC 11842, L. plantarum ATCC 8014, and B. longum (1:1:1); purple sweet potato puree (Ipomoea batatas, L.) and carboxymethylcellulose sodium with the concentration of 0.6%, 1.2%, and 1.8%. Purple sweet potato fortification in yogurt can prevent hypercholesterolemic conditions because it inhibits lipid and sugar absorption in the intestine. Unfortunately, there is one shortcoming in the production of yogurt which affects the final product quality. This shortcoming is in the decrease in the air holding capacity (whey off) during the production due to the pH level within the isoelectric point of casein. This causes precipitation and phase separation. This study will add a stabilizer to the formula to overcome it. The stabilizer used is carboxymethylcellulose sodium, which is semi-synthetic water-soluble ester polymer cellulose. This study aimed to determine the optimal concentration of carboxymethylcellulose sodium and its effect on purple sweet potato yogurt's physicochemical and organoleptic properties. The product quality evaluations were on organoleptic evaluation, density, viscosity, and pH level. Centrifugation and freeze-thaw tests were also performed to evaluate product stability. The results showed that carboxymethylcellulose sodium could maintain the stability of purple sweet potato yogurt by binding the air content, increasing consistency, and smoothing the texture even though it did not affect the freezing point of the product. This study gave the best results for purple sweet potato yogurt with 1.2% carboxymethylcellulose sodium concentration.
Efek Gel Kentang Kuning (Solanum tuberosum L.) terhadap Proses Penyembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus) Silvana Anggreini Rosa; Sudigdo Adi; Achadiyani Achadiyani; Astrid Feinisa Khairani; Uci Ary Lantika
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (852.381 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v6i1.2417

Abstract

Perawatan luka yang baik diperlukan dalam proses penyembuhan luka. Salah satu metodenya adalah pemberian obat topikal. Gel kentang kuning (Solanum tuberosum L.) memiliki kandungan antosianin yang berperan dalam meningkatkan vaskularisasi, menginisiasi sintesis DNA, dan menstimulus sintesis fibronektin dari fibroblas. Dengan demikian, dimungkinkan gel kentang kuning dapat membantu proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan melihat efek gel kentang kuning pada jumlah fibroblas, tebal epitel, dan luas luka eksisi. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik dengan rancangan acak lengkap yang dilakukan di kandang hewan Divisi Biologi Sel Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Biologi Sel, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran; Laboratorium Patologi Anatomi, Universitas Padjadjaran; dan Laboratorium Farmasi Singaperbangsa, Universitas Padjadjaran, Bandung. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Oktober 2015. Tiga puluh enam mencit (Mus musculus) jantan galur Swiss Webster dieksisi pada kulitnya kemudian dibagi menjadi dua kelompok: kelompok perlakuan (n=18) dan kelompok kontrol (n=18). Dilakukan pengamatan luas luka dan histologi pada hari ke-7, 14, dan 25. Dibuat sediaan preparat histologi untuk menghitung jumlah fibroblas, pembuluh darah, dan tebal epitel. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian gel kentang kuning dapat meningkatkan efektivitas pembentukan fibroblas dan pembuluh darah pada hari ke-7. Selain itu, gel kentang kuning juga berefek pada peningkatan tebal epitel dan penurunan diameter luas luka pada hari ke-7, 14, dan 25. Simpulan, pemberian gel kentang kuning dapat meningkatkan efektivitas penyembuhan luka eksisi. THE EFFECT OF YELLOW POTATO (SOLANUM TUBEROSUM L.) GEL ON WOUND HEALING PROCESS IN MICE (MUS MUSCULUS)Adequate wound care is needed on wound-healing process. Applying topical agent is one of the wound care methods. Yellow potato (Solanum tuberosum L.) gel’s content an anotsianin antioxidant that could improve vascularization, initiation DNA synthesis, and stimulate synthesis of fibronectin. Therefore, it is possible that yellow potato gel could help on wound healing process. This study examined the effect of yellow potato gel on wound healing. This study was laboratory experiment with completely randomized design conducted in Department of Anatomy, Physiology and Cell Biology, Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran; Anatomical Pathology Laboratory, Universitas Padjadjaran; and Singaperbangsa Pharmacy Laboratory, Universitas Padjadjaran, Bandung. The study was conducted from May to October 2015. Thirty six male Swiss Webster mice (Mus musculus) were divided into 2 groups: the experimental group, which received a topical application of yellow potato gel and the control group without gel application. The observationsscar width and histological were conducted on days 7, 14, and 25. Histological preparation was made to calculate the fibroblasts, blood vessels, and epithelial thickness. The result of this study showed that topical application of the yellow potato gel evidently increased effectiveness of fibroblasts and blood vessels development on days 7. More over, it was also shown improvement in epithelial thickness and scar width on days 7, 14, and 25. In conclusion, yellow potato gel treatment can improve the effectiveness of wound healing
Gambaran Sistem Skoring Tuberkulosis Anak di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu Tahun 2019 Aisyah Putri Rejeki; Uci Ary Lantika; Sadeli Masria
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i2.7346

Abstract

Indonesia menjadi negara endemis TB dengan prevalensi TB paru anak yang cukup tinggi. Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kepadatan penduduk, tingkat pendidikan rendah, pola hidup bersih dan sehat, serta status gizi buruk menjadi risiko tinggi penularan penyakit ini terutama pada anak. Terdapat kesulitan dalam penegakan diagnosis disebabkan oleh kesulitan pengambilan sampel dahak pada anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia menggunakan pendekatan sistem skoring dalam mendiagnosis TB paru pada anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran sistem skoring tuberkulosis pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Bhayangkara Indramayu bulan Januari–Desember tahun 2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari 69 rekam medis pasien TB anak mengenai parameter sistem skoring. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 74% pasien didiagnosis TB anak dengan skoring TB ≥6 dan 26% skoring TB <6. Hal ini kemungkinan karena sebagian besar anak yang didiagnosis mengalami gizi buruk. Imunitas yang belum matur juga menjadi salah satu faktor risiko sistem skoring rendah. Simpulan, sistem skoring masih dapat menjadi pendekatan diagnosis TB pada anak. OVERVIEW OF THE CHILDREN’S TUBERCULOSIS SCORING SYSTEM AT THE BHAYANGKARA HOSPITAL INDRAMAYU IN 2019Indonesia is one of the endemic countries for tuberculosis, with a high prevalence of pulmonary tuberculosis in children. Tuberculosis is a chronic disease caused by Mycobacterium tuberculosis. The density of population, low level of education, low hygiene and healthy lifestyle, and poor nutritional status are the cause of transmission of this disease, especially in children. Diagnosis of tuberculosis in children is quite hard due to the difficulty of taking sputum samples in children. For this reason, the Indonesian Pediatric Society uses a scoring system approach in diagnosing pulmonary TB in children. This study aims to determine the tuberculosis scoring system in outpatients at the Bhayangkara Hospital Indramayu in January–December 2019. This study used secondary data obtained from 69 medical records of pediatric TB patients regarding the scoring system parameters. The results showed that patients were diagnosed with TB in children with TB scoring ≥6 (74%) and TB scoring <6 (26%). These are presumed because most children diagnosed with TB have malnutrition. Immature immunity is also a risk factor for low-scoring system parameters. In conclusion, scoring can still be a diagnostic approach for TB in children.
Gambaran Keluhan Nyeri Muskuloskeletal pada Tenaga Kebersihan di Universitas Islam Bandung Tahun 2020 Agistha Novta Auliya; Uci Ary Lantika
Jurnal Riset Kedokteran Volume 1, No.1, Juli 2021, Jurnal Riset Kedokteran (JRK)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.861 KB) | DOI: 10.29313/jrk.v1i1.318

Abstract

Abstract. Musculoskeletal pain is the most common complaint among workers around the world. Musculoskeletal pain can cause muscle damage due to several factors such as heavy load carrying, wrong position, in a long period, which can cause damage to muscles, joints, ligaments and tendons. This study aims to determine symptoms of musculoskeletal pain among cleaning services at Universitas Islam Bandung in 2020. This study was descriptive research which used the Nordic Body Map (NBM) questionnaire. The research was conducted from November-December 2021 with 40 respondents. The results showed that the level of pain among workers was no pain (75%), mild pain (17%), and moderate pain (8%). The regions of the body that most often complained were waist, back, right ankle, left and right calf. This is caused by awkward posture and lifting heavy weights for a long period. Complaints of musculoskeletal pain are also caused by working period, working duration, and individual factors such as age. As conclusion, most of the workers did not complain of musculoskeletal pain, but there are only a few workers who feel musculoskeletal pain in the back and waist area. Abstrak. Keluhan nyeri muskuloskeletal merupakan keluhan paling umum yang dialami pada pekerja di seluruh dunia. Nyeri muskuloskeletal dapat dipicu akibat otot yang menerima beban statis secara berulang, posisi yang salah, dan dalam waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada otot, sendi, ligamen dan tendon. Keluhan nyeri muskuloskeletal dapat timbul pada pekerja terutama tenaga kebersihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keluhan nyeri muskuloskeletal pada tenaga kebersihan di Universitas Islam Bandung tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). Penelitian dilakukan dari bulan November-Desember 2021 dengan jumlah responden sebanyak 40 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkatan nyeri yang dikeluhkan pekerja yaitu: tidak nyeri sebesar 75%, agak sakit (17%), dan sakit (8%) berdasarkan Nordic Body Map. Adapun area yang dikeluhkan nyeri adalah pinggang, punggung, pergelangan kaki kanan, betis kiri, dan betis kanan. Hal ini disebabkan oleh postur yang salah dan mengangkat beban berat dalam jangka waktu yang lama. Keluhan nyeri muskuloskeletal juga disebabkan oleh masa kerja, lama bekerja, dan faktor individu seperti usia. Simpulan, sebagian besar pekerja tidak mengeluhkan nyeri muskuloskeletal. Sebagian kecil pekerja yang mengeluhkan nyeri muskuloskeletal pada area punggung dan pinggang.