Rivan Virlando Suryadinata
Department of Public Health, Faculty of Medicine, Universitas Surabaya, Surabaya

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pilot Study of Lung Function Improvement in Peak Expiratory Flow (PEF) Value Using Fish Oil Containing Omega-3 Therapy in Asthma Amelia Lorensia; Rivan Virlando Suryadinata; Richa Ratnasari
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.845 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i3.5783

Abstract

Fish oil contains omega-3 as an anti-inflammatory effect that can inhibit the production of arachidonic acid 5-lipoxygenase (ALOX5), an enzyme that aggravates the inflammation of the lungs that cause asthma. This study aims to determine the effect of omega-3 from fish oil on improving lung function with peak expiratory flow (PEF) value in patients with outpatient asthma in Surabaya. The research design used in this research is pre-post test design and lung function examination by using a peak flow meter. Then follow up every week for four weeks during the use of fish oil, and the results of his research were analyzed by t test. The study was conducted from April 2017 until January 2018 in Surabaya. The sample of the study was 27 adult asthma patients. The results showed that most of the study subjects had an increase in PEF value every week. Besides, there was a significant increase of PEF values gradually at T0 (before intervention) to T4 (intervention for four weeks), indicating an improved effect after the use of fish oil in a four-week study sample. In conclusion, fish oil containing omega-3 is effective in improving lung function in outpatient asthma patients. PILOT STUDI PERBAIKAN FUNGSI PARU MENURUT NILAI PEAK EXPIRATORY FLOW (PEF) MENGGUNAKAN TERAPI MINYAK IKAN MENGANDUNG OMEGA-3 PADA ASMAMinyak ikan mengandung omega-3 sebagai efek antiinflamasi yang dapat menghambat produksi asam arakidonat 5-lipoksigenase (ALOX5) merupakan enzim yang memperburuk peradangan paru yang menyebabkan asma. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh omega-3 dari minyak ikan  terhadap perbaikan fungsi paru dengan nilai peak expiratory flow (PEF) pada pasien asma dewasa rawat jalan di Surabaya. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-post test dan pemeriksaan fungsi paru menggunakan peak flow meter. Kemudian dilakukan follow up setiap minggu selama empat minggu selama penggunaan minyak ikan dan hasilnya dianalisis dengan uji t. Penelitian dilakukan pada April 2017 hingga Januari 2018 di Surabaya. Sampel penelitian sebanyak 27 pasien asma dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian mengalami peningkatan nilai PEF setiap minggunya. Selain itu, terdapat peningkatan signifikan nilai PEF secara bertahap pada T0 (sebelum intervensi) sampai T4 (intervensi selama empat minggu) yang menunjukkan efek membaik setelah penggunaan minyak ikan pada sampel penelitian selama empat minggu. Simpulan, minyak ikan yang mengandung omega-3 terbukti efektif dalam perbaikan fungsi paru pada pasien asma rawat jalan.
Effectiviness of Lime Peel Extract (Citrus aurantifolia Swingle) against C-Reactive Protein Levels in Alloxan-Induced Wistar Rats Rivan Virlando Suryadinata; Amelia Lorensia; Kezia Sefania
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.739 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v9i1.6227

Abstract

Hyperglycemia is a metabolic disease that is most often found and continuously increasing. Various complications due to hyperglycemia in the blood can cause tissue damage. It will increase free radicals that can trigger an inflammatory response characterized by an increased C-reactive protein in the blood. Prevention can be done by administering flavonoid antioxidant and lime peel containing high flavonoid. This study aims to analyze the efficacy of lime peel extract against C-reactive protein level with hyperglycemia through alloxan-induced Wistar rats (140 mg/kgBW). It is an experimental study using a post-test control group design that was carried out at the Pharmacology Laboratory of the Universitas Surabaya for the period July–August 2020. Experimental Wistar rats were divided into a negative control group, a positive control group, and three groups with different doses of lime peel extract (2.35 mg, 4.7 mg, and 9.4 mg). Treatment was carried out for 30 days before measuring the C-reactive protein levels in the blood using ELISA. The results showed a difference in C-reactive protein level between groups (Man-Whitney, p=0.004). The increase in the dose of lime peel extract (9.4 mg) showed the lowest C-reactive protein level. Therefore, it can be concluded that the administration of lime peel extract in hyperglycemia conditions can reduce the inflammatory process in the body. EFEK EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA SWINGLE) TERHADAP KADAR C-REACTIVE PROTEIN PADA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI ALOKSANHiperglikemia merupakan penyakit metabolik yang paling sering dijumpai dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berbagai komplikasi akibat hiperglikemia dalam darah dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Hal ini dikarenakan hiperglikemia akan meningkatkan radikal bebas sehingga memicu respons inflamasi yang ditandai dengan peningkatan C-reactive protein dalam darah. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian asupan antioksidan flavonoid. Kulit jeruk nipis memiliki kandungan flavonoid yang tinggi. Penelitian ini bertujuan menganalisis efikasi ekstrak kulit jeruk nipis terhadap kadar C-reactive protein pada tikus Wistar dengan kondisi hiperglikemia melalui induksi aloksan (140 mg/kgBB). Metode pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan post-test control group yang dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Universitas Surabaya periode Juli–Agustus 2020. Hewan coba tikus Wistar dibagi menjadi kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan tiga kelompok perlakuan dengan pemberian dosis ekstrak jeruk nipis yang berbeda (2,35 mg; 4,7 mg; dan 9,4 mg). Pemberian perlakuan dilakukan selama 30 hari, selanjutnya akan dilakukan pengukuran kadar C-reactive protein dalam darah dengan menggunakan ELISA. Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan kadar C-reactive protein antarkelompok (Mann-Whitney, p=0,004). Peningkatan pemberian dosis ekstrak kulit jeruk nipis (9,4 mg) menunjukkan penurunan kadar C-reactive protein paling rendah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kulit jeruk nipis pada kondisi hiperglikemia dapat menurunkan proses inflamasi dalam tubuh.
Relation between Vitamin D Level and Knowledge and Attitude Towards Sunlight Exposure among Asthma Outpatients in Surabaya Amelia Lorensia; Rivan Virlando Suryadinata; Gebriella Ayuni Amir
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.135 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i3.3094

Abstract

Asthma has become one of the health problems in the world. Asthma is characterized by chronic inflammation of the respiratory tract which leads to breathlessness, wheezing, and airflow limitation. Inflammatory reaction in asthma is related to inadequate vitamin D level. Vitamin D is a vitamin produced naturally by the body when exposed to sunlight that has immunomodulatory properties can reduce inflammation. Knowledge and positive attitude to sun exposure are necessary to prevent severe asthma attacks. This was a cross-sectional study involving 26 subjects in a private university in east Surabaya during January–June 2017 that was aimed to determine the relation between vitamin D and knowledge and attitude towards sunlight exposure. Data were collected by measuring the vitamin D level in blood serum and through the use of a questionnaire that consisted of two aspects, level of knowledge and attitude to sun exposure. Chi-square test was used to analyze the relationship between vitamin D level, knowledge, and attitude. No relationship was found between blood vitamin D level of asthma respondents and level of knowledge of sun exposure related to vitamin D (p=0.444, p>0.05). The same was also true for the relationship between blood vitamin D level of asthma respondents and attitude to sun exposure related to vitamin D (p=0.768, p>0.05). The closeness of the relationship between knolwedge and attitude was also relatively low (0.093). In conclusion, there is no correlation between vitamin D level, knowledge, and attitude. In addition, there is also no correlation between knowledge and attitude with low relationship between the two variables. HUBUNGAN KADAR VITAMIN D DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PAPARAN SINAR MATAHARI PADA PASIEN ASMA RAWAT JALAN DI SURABAYAAsma telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Asma ditandai oleh peradangan kronis pada saluran pernapasan yang menyebabkan sesak napas, mengi, dan keterbatasan aliran udara. Reaksi peradangan pada asma terkait dengan kadar vitamin D yang tidak memadai. Vitamin D merupakan vitamin yang diproduksi secara alami oleh tubuh ketika terkena sinar matahari yang memiliki sifat imunomodulator dapat mengurangi peradangan. Pengetahuan dan sikap positif terhadap paparan sinar matahari diperlukan untuk mencegah risiko keparahan asma. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional yang melibatkan 26 subjek di sebuah universitas swasta di Surabaya Timur pada Januari–Juni 2017 yang bertujuan menentukan hubungan vitamin D dengan pengetahuan dan sikap terhadap paparan sinar matahari. Data dikumpulkan dengan mengukur kadar vitamin D dalam serum darah dan melalui penggunaan kuesioner yang terdiri atas dua aspek, tingkat pengetahuan dan sikap terhadap paparan sinar matahari. Uji chi-square digunakan untuk menganalisis hubungan antara kadar vitamin D, pengetahuan, dan sikap. Tidak ada hubungan yang ditemukan antara kadar vitamin D darah responden asma dan tingkat pengetahuan paparan sinar matahari yang terkait dengan vitamin D (p=0,444; p>0,05). Hal yang sama juga berlaku untuk hubungan antara kadar vitamin D darah responden asma dan sikap terhadap paparan sinar matahari yang terkait dengan vitamin D (p=0,768; p>0,05). Kedekatan hubungan antara pengetahuan dan sikap juga relatif rendah (0,093). Simpulan, tidak ada hubungan antara kadar vitamin D, pengetahuan, dan sikap. Selain itu, juga tidak ada hubungan yang rendah antara pengetahuan dan sikap.
Identification of Health Knowledge of Lung Function in Predicting Respiratory Disorders in Smokers Amelia Lorensia; Rivan Virlando Suryadinata; Lalita Tirsa
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.762 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v9i2.7673

Abstract

Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a high risk for active smokers. Early assessment of the condition of lung function is needed to prevent a decrease in lung function. Knowledge of self-management that determines lung health. The purpose of this study was to determine the knowledge of lung function health in predicting respiratory disorders. The study design was a case-control from August 2018 to January 2019. Data was collected through a questionnaire, namely a lung health knowledge questionnaire consisting of categories: risk factors, symptoms, and therapy for respiratory disorders. The research sample was adult men who work in the transportation sector in Surabaya city using purposive sampling. Data analysis using chi-square. The data obtained were 300 people, consisting of 126 people without lung function disorders and 174 people with pulmonary function disorders. The risk factor knowledge category showed a significant difference (p=0.000) between the group, with the most disorders at the low knowledge level (42.0%). The symptom knowledge category showed a significant difference (p=0.000) between groups, and most of the groups with disorders were at a low knowledge level (55.8%). The category of knowledge of respiratory symptoms showed a significant difference (p=0.000) between groups, with the knowledge level in both of them mostly at a sufficient level. Therefore, low lung function health knowledge reflects low lung function conditions. IDENTIFIKASI PENGETAHUAN KESEHATAN FUNGSI PARU DALAM MEMPREDIKSI GANGGUAN PERNAPASAN PADA PEROKOKPenyakit paru obstruktif kronik (PPOK) berisiko tinggi dialami oleh perokok aktif. Pengkajian dini terhadap kondisi fungsi paru diperlukan untuk mencegah penurunan fungsi paru. Pengetahuan tentang manajemen diri yang menentukan kesehatan paru. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengetahuan kesehatan fungsi paru dalam memprediksi gangguan pernapasan. Desain penelitian adalah case-control dari Agustus 2018 hingga Januari 2019. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, yaitu kuesioner pengetahuan kesehatan paru yang terdiri atas kategori: faktor risiko, gejala, dan terapi gangguan pernapasan. Sampel penelitian adalah laki-laki dewasa yang bekerja di sektor transportasi di Kota Surabaya dengan menggunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan chi-square. Data yang diperoleh sebanyak 300 orang, terdiri atas 126 orang tanpa gangguan fungsi paru dan 174 orang dengan gangguan fungsi paru. Kategori pengetahuan faktor risiko menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,000) antarkelompok dengan gangguan terbanyak pada pengetahuan tingkat rendah (42,0%). Kategori pengetahuan gejala menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,000) antarkelompok dan sebagian besar kelompok dengan gangguan berada pada pengetahuan tingkat rendah (55,8%). Kategori pengetahuan gejala pernapasan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,000) antarkelompok dengan tingkat pengetahuan keduanya sebagian besar pada tingkat cukup. Oleh karena itu, pengetahuan kesehatan fungsi paru yang rendah mencerminkan kondisi fungsi paru yang rendah.
Relationship of Vitamin D Intake with Obesity in Adolescents Amelia Lorensia; Rivan Virlando Suryadinata; Gesti Nurulalita Arganitya
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 10, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.877 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v10i2.9024

Abstract

Vitamin D deficiency is a problem worldwide, with the primary source of it being sun exposure, which activates the skin's vitamin D substrate. A diet lacking in vitamin D can put people at risk for obesity. The study aimed to determine the relationship between the risk of vitamin D deficiency and obesity in adolescents in Surabaya. It is a case-control research design conducted from March 2018 to January 2019 in a private university in Surabaya, East Java. Respondents were 200 students divided into two groups. The data collection method used the Food Frequency Questionnaire with Spearman correlation analysis to determine the relationship between vitamin D intake and obesity. The results are that the relationship between intake of vitamin D in food and obesity was very strong (0.816). The comparison between the two groups of respondents was 0.666, indicating that the non-obese group had an increased risk of vitamin D deficiency by 0.6 times compared to the obese group. There was a significant relationship between vitamin D intake in food and obesity. It is necessary to investigate further the intake of other foods and the factors that influence obesity in students.