Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Peranan Wisdom terhadap Subjective Well-Being pada Dewasa Awal Zahra Frida Intani; Aisah Indati
Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP) Vol 3, No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.47 KB) | DOI: 10.22146/gamajop.44105

Abstract

Subjective well-being is one of the topics of positive psychology studies related to one’s quality of life, while wisdom is the highest ability that one can have from their life experiences. This study aimed to determine the contribution of wisdom on subjective well-being in early adulthood. The hypothesis proposed in this study was wisdom contributes positively toward subjective well-being in early adulthood. Participants of the study (N = 158) were undergraduate students (female = 98, male = 60) who are working on their final project (thesis). Data was collected using Skala Kesejahteraan Subjektif developed by Utami and the adaptation of The Three Dimensional Wisdom Scale (3D-WS). The result showed that wisdom significantly predicted subjective well-being in a positive direction.
Pelatihan Fathering untuk Meningkatkan Kualitas Pengasuhan pada Ayah yang Memiliki Anak Usia Prasekolah Zahra Frida Intani; Muhana Sofiati Utami
Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP) Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/gamajpp.73577

Abstract

Ayah memiliki peran dalam pengasuhan sehingga memerlukan pengetahuan serta keterampilan tentang bagaimana mengasuh anak dengan baik. Ketika ayah memiliki kualitas pengasuhan yang baik dapat mengurangi faktor risiko munculnya permasalahan dalam perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas Pelatihan Fathering dalam meningkatkan kualitas pengasuhan ayah yang memiliki anak usia prasekolah (3-5 tahun). Semakin ayah terlibat dalam pengasuhan, diharapkan ayah akan semakin memahami bagaimana pengasuhan yang tepat untuk anak sehingga kualitas pengasuhannya meningkat. Pengujian efektivitas pelatihan dilakukan dengan penelitian eksperimen dengan untreated control group design with dependent pretest-posttest samples. Partisipan penelitian adalah 11 orang ayah di mana 6 orang dimasukkan ke kelompok eksperimen dan 5 orang di kelompok kontrol. Instrumen pengukuran menggunakan Skala Kualitas Pengasuhan. Analisis statistik yang digunakan adalah Mann-Whitney’s U, dilengkapi dengan analisis deskriptif terhadap hasil observasi dan lembar kerja lima orang partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelatihan Fathering tidak dapat meningkatkan kualitas pengasuhan ayah yang memiliki anak usia prasekolah secara signifikan. Bagian diskusi mengelaborasi temuan ini.
Terapi Bermain Kognitif-Perilaku untuk Penanganan Anak dengan Penolakan Sekolah: Sebuah Studi Kasus Zahra Frida Intani; Idei Khurnia Swasti
Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP) Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/gamajpp.88836

Abstract

School refusal merupakan masalah psikososial yang dapat ditemui pada anak usia sekolah. Masalah ini merupakan manifestasi dari rasa cemas dan upaya penghindaran dari situasi atau peristiwa yang menimbulkan stres. Perlu adanya upaya untuk menangani permasalahan ini sehingga tidak menjadi faktor risiko gangguan mental di masa dewasa. Sebuah studi kasus tunggal dilakukan untuk menguji efektivitas terapi bermain kognitif-perilaku berbasis permainan untuk meningkatkan keterampilan koping anak dengan school refusal. Asesmen dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan tes psikologi. Terdapat delapan sesi terapi yang diberikan kepada anak dan orangtua. Hasilnya menunjukkan perubahan pada sikap dan perilaku partisipan anak dalam menghadapi stresor sekolah. Selain keterampilan relaksasi, partisipan mampu beraktivitas kembali di sekolah dan mau berinteraksi dengan temannya. Penting untuk memberikan intervensi yang efektif untuk permasalahan ini guna menjamin kesejahteraan anak di masa depan