Rahayu Supanggah
Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

“NYORA” RE-INTERPRETASI REALITAS SOSIAL PASCA PANEN DALAM SENI PERTUNJUKAN Gempur Santosa; Rahayu Supanggah
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 11, No 2 (2016)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2602.802 KB) | DOI: 10.33153/dewaruci.v11i2.2562

Abstract

Tulisan ini tentang karya seni pertunjukan “Nyora” yang secara etimologi berasal dari istilah Sunda, yaitu nyora. Dalam Bahasa Indonesia nyora dapat diartikan bersuara dan berbunyi. Dalam karya ini, “Nyora” diartikan sebagai persenyawaan dari aktivitas dan interaksi musikal yang berangkat dari suara lingkungan, kesenian setempat, dan suara batiniah sebagai doa atau persembahan yang ditujukan ke Pernyai atau Dewi Sri dalam dimensi ruang dan waktu. Komposisi musik dibangun atas penelaahan yang berangkat dari dua macam realitas, yakni realitas sosial objektif dan realitas sosial subjektif. Realitas sosial objektif dapat diterjemahkan dari spirit masyarakat dengan latar belakang peladang dan pesawah ketika syukuran panen di lingkungan masyarakat Subang bagian tengah. Realitas sosial subjektif diterjemahkan melalui kesadaran terhadap suara-suara atas realitas yang tampak atau aktivitas sehingga menimbulkan persepsi untuk mencari makna atau nilai lokal di dalam masyarakat.Kata Kunci : Seni Pertunjukan, Pernyai, Realitas SosialABSTRACTThe text is about performing art of “Nyora”. Nyora etymology is if followed by Sundanese language. These are nyora. In Indonesia nyora means voice and sound. Referred by “Nyora” means compound of activity and musical interaction that comes from soundscape, local art, and inmost voice as a prayer or inscription to shown of a Pernyai or Dewi Sri in the dimensions of space and time away. Music’s composition built on review that’s comes of two kind realness, those are; objective social reality is society’s spirit with a background of cultivator or a farmer when the people’s harvest within the society on the Central Subang Region. Subtractive social reality in action or activity. As a result it gives to responses for meaning or value in the local society.Key word : Performing Art, Pernyai, Social Reality
RENTAK NANDUNG FORESTS IN FRAME COMPOSITION MUSIC Uswan Hasan; Rahayu Supanggah
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 11, No 2 (2016)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.68 KB) | DOI: 10.33153/dewaruci.v11i2.2561

Abstract

AbstractForests are a source of life for living beings. Especially humans, forests serve as a place for food, medicine and “education”. Forests currently experiencing damage done by parties who are not responsible. This has led some aspects is hurt, such as; economic aspects and aspects of nature, and also have a negative impact on the life and culture to grow and flourish in it. This raises concerns, sadness, disappointment, and anger the people who live in the forest. This problem pengkarya lift and present in the works of the musical composition entitled “Forest In Frame Composition Music”. Performing the musical composition is also working with some actors who brought the traditional art of their traditional arts. This musical composition entitled “Rentak Nandung”3, which consists of four parts, the work, namely; “Nandung Tanah Tanjung”, “Satang Rimbo”, “Membentang Jolo”, and “Tabuh Tutup”. Each of these works gives a moral message about the importance of maintaining forest preservation. Musical composition is presented in Taman Budaya Jambi with a duration of 50 minutes.Keywords : Forests, work is a musical composition “Rentak Nandung”IntisariHutan merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Khususnya manusia, hutan dijadikan sebagai tempat mencari makanan, obat-obatan dan “pendidikan”. Hutan saat ini sedang mengalami kerusakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menyebabkan beberapa aspek ikut dirugikan, seperti; aspek ekonomi dan aspek alam, serta juga berdampak negatif terhadap kehidupan dan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang didalamnya. Hal ini menimbulkan keprihatinan, kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan masyarakat yang tinggal di dalam hutan. Permasalahan ini pengkarya angkat dan hadirkan dalam karya komposisi musik yang bertajuk “Hutan Dalam Bingkai Komposisi Musik”. Pertunjukan komposisi musik ini juga berkerja sama dengan beberapa pelaku kesenian tradisi yang membawakan kesenian tradisi mereka. Komposisi musik ini diberi judul “Rentak Nandung”6, yang terdiri dari empat bagian, karya, yaitu; “Nandung Tanah Tanjung”, “Satang Rimbo”, “Membentang Jolo”, dan “Tabuh Tutup”. Masing-masing dari karya tersebut memberikan pesan moral akan pentingnya menjaga menjaga kelestarian hutan. Komposisi musik ini disajikan di Taman Budaya Jambi dengan durasi 50 menit.Kata Kunci : Hutan, Karya komposisi musik “Rentak Nandung”