Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Peningkatan Kemampuan Berbicara dengan Menerapkan Metode Role Playing pada Siswa Kelas IV Anggy Giri Prawiyogi; Sri Wulan Anggraeni; Dian Amalia; Annita Rosalina
Jurnal Sekolah Dasar Vol 7 No 2 (2022): Jurnal Sekolah dasar
Publisher : LPPM Universitas Buana Perjungan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/jurnalsekolahdasar.v7i2.3044

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil kemampuan berbicara siswa sebelum dan sesudah menerapkan metode Role Playing, serta penerapan metode Role Playing pada siswa kelas IV SDN Kondangjaya I. Penelitian ini tergolong ke dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini akan menciptakan kolaborasi peneliti dan guru kelas IV SDN Kondangjaya I. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan test. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data observasi dan analisis data hasil tes. Hasil penelitian menunjukan, hasil kemampuan berbicara siswa sebelum menerapkan metode Role Playing menunjukan bahwa aspek atau indikator kebahasaan berada pada posisi rendah dengan nilai 126 rata-rata 31,5%, sedangkan dalam aspek atau indikator non kebahasaan dengan nilai 191 rata-rata 31,83%. Penerapan metode Role Playing dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas IV di SDN Kondangjaya 1 mengalami peningkatan secara signifkan berdasarkan hasil belajar siswa selama menggunakan metode Role Playing. Oleh karena itu, penerapan metode Role Playing merupakan metode yang tepat dalam kemampuan berbicara siswa khususnya jenjang SD. Hasil kemampuan berbicara siswa setelah menerapkan metode Role Playing dengan 2 siklus yaitu hasil siklus I dengan 2 kali pertemuan angka dalam aspek atau indikator kebahasaan tersebut berubah naik menjadi 146 dengan rata-rata 36,5%, sedangkan dalam aspek atau indikator non kebahasaan dengan nilai 207 rata-rata 34,5%. Adapun pada siklus II dengan 2 kali pertemuan ternyata kemampuan berbicara siswa kelas IV di SDN Kondangjaya 1 ini ternyata naik lagi dengan aspek atau indikator kebahasaan menjadi 186, rata-rata 46,5% sedangkan aspek atau indikator non kebahasaan menjadi 288 dengan rata-rata 48.
Analisis Simbol Sisingaan Sebagai Kesenian Subang Anggy Giri Prawiyogi; Masdi Salimudin Ramdani; Annita Rosalina; Tarpan Suparman; Sinta Maria Dewi
Indonesian Research Journal on Education Vol. 2 No. 1 (2022): irje 2022
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.62 KB) | DOI: 10.31004/irje.v2i1.255

Abstract

Sisingaan is an art originating from Sunda Land, which is more precisely in Subang Regency, West Java. This art emerged from the time of the Dutch colonialists in Indonesia, where the initial purpose of this art was to show the manifestation of resistance to the invaders, which at that time the people of Subang were colonized by the Dutch colonialists. However, as time goes by, the art of Subang develops and preserves into the art ofSubang which is usually displayed at circumcision events in the Subang area. The method used in this research is descriptive qualitative with ethnopedagogic approach. Where ethnopedagogy is an approach in education that is based on culture (local wisdom) and emphasizes the importance of human relations which aims toexamine the pedagogical dimension through a sociological perspective of pedagogy. Data collection techniques are: 1) literature review by reviewing relevant literature such as articles in journals, youtube and books and various research results on Sisingaan; 2) On December 1, 2021, conduct direct interviews with sources with Kang Anggis as a comparison and increase knowledge about Sisingaan which is a typical art originating from Subang, followed by observations and documentation of artistic observations to the actors of Sisingaan art. The results of the study can be concluded that Sisingaan art is an art that emerged and developed in the Tanah Sunda area, namely in Subang Regency. Which was originally as a manifestation of resistance to Dutch colonialism. But over time this art developed into an art that is usually found in circumcision activities. Hopefully in the future Sisingan art will remain sustainable and become a cultural heritage in Subang Regency.