Slamet, Slamet
Dance Arts Study Program, Faculty Of Performing Arts, Institut Seni Indonesia Surakarta, Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KEDUDUKAN TARI MACANAN DALAM MASYARAKAT BLORA Slamet Slamet; Elinta Budy
JPKS (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni) Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.413 KB) | DOI: 10.30870/jpks.v2i2.2529

Abstract

Tari Macanan merupakan bagian dalam pertunjukan Barongan Blora yang menggunakan topeng besar berbentuk harimau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan tari Macanan dalam masyarakat Blora. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnokoreologi. Tari Macanan merupakan simbol totemisme dari masyarakat Blora. Tari Macanan berfungsi sebagai sarana masuk dan keluarnya roh yang diyakini masyarakat sebagai pelindung. 
Fungsi Ritual Tari Maulud Lengger Dalam Upacara Suran Di Desa Gandu Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung Anim Kartika Dilla; Slamet MD
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/glr.v19i1.3287

Abstract

This study explores the Maulud Lengger dance in the Suran ceremony. The problem is focused on discussing the form and function of the ritual. The problem of form is analyzed using Slamet MD's theory, while the problem of ritual function is analyzed using Soedarsono's theory. This research uses qualitative research methods. Data collection techniques were carried out by means of observation, interviews, and literature studies. The results of the study indicate that the Maulud Lengger dance has an important role in the implementation of the Suran ceremony, which is believed to have a major influence on the survival of the Gandu Village community. In terms of the form of the performance, this dance contains religious elements that can be seen from the poems that are played. 
MAKNA SIMBOLIK TOR-TO RSOMBAH DALAM UPACARA ADAT KEMATIAN SAYUR MATUA PADA MASYARAKAT SUKU BATAK SIMALUNGUN Febrina Athylata Purba; S Slamet
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 16, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.711 KB) | DOI: 10.33153/glr.v16i2.2490

Abstract

Penelitian yang berjudul “Makna Simbolik Tor-torsombah Dalam Upacara Adat Kematian Sayur Matua Pada Masyarakat Suku Batak Simalungun” merupakan bentuk pertunjukan tari yang terkait dalam upacara adat kematian sayur matua. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna simbolik Tor-tor Sombah dalam upacara adat kematian sayur matua, bagaimana hubungan antara Tor-tor Sombah Sombah dengan upacara adat kematian sayur matua pada masyarakat suku Batak Simalungun, serta bentuk pertunjukan Tor-tor Sombah Sombah dalam upacara adat kematian sayur matua. Permasalahan dalam penelitian ini diungkapkan dengan mendeskripsikan bentuk dari Tor-tor Sombah Tor-tor Sombah yang dilihat dari elemen-elemen koreografi dengan dibantu oleh notasi laban dan dianalisis dengan memakai teori dari Laban yaitu effort dan shape. Selain itu juga dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna simbolis Tor-tor Sombah yang dilihat dari dua bagian yaitu aspek dalam dan aspek luar dengan konsep dari Allegra Fuller Synder. Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnokoreologi. Teknik pengumpulan data lapangan menggunakan model dari Kurath dengan metode etnografi tari. Hasil penelitian menunjukan bahwa Tor-tor Sombah Tor-tor Sombah dalam upacara adat kematian sayur matua bagi masyarakat suku Batak Simalungun dilaksanakan sebagai penyampaian rasa hormat anak kepada orang tua yang sudah meninggal. Tor-tor Sombah dalam kehidupan masyarakat suku Batak Simalungun saling berkaitan dan merupakan bagian dari adat yang digerakkan secara simbolis pada upacara adat. Tor-tor Sombah memiliki makna dan simbol dalam unsur sajian yang ditampilkan yaitu: dalam gerak tangan, iringan musik, busana, tata rias, properti, dan umpasa. Gerakan pada tangan yang terdapat dalam Tor-tor Sombah mempunyai tigabentuk, yaitu :sombah, mangalo-alo, mamasu-masu. Selain menunjukkan bahwa Tor-tor Sombah memiliki makna simbolik, berkaitan juga sebagai media komunikasi, dan melalui gerak yang disajikan terjadi interaksi antar peserta upacara. Tor-tor Sombah menjadi bagian dari kebudayaan yang berfungsi untuk menjaga serta mempertahankan kelangsungan sistem sosialnya pada masyarakat suku Batak Simalungun. Kata kunci: or-tor Sombah, Upacara Adat Kematian Sayur Matua Batak Simalungun, Koreografi, Makna Simbolik. ABSTRACT The study entitled “Makna Simbolik Tor-tor Sombah Dalam Upacara Adat Kematian Sayur Matua Pada Masyarakat Suku Batak Simalungun” is a form of dance performance concerning the traditional ceremony of Sayur Matua death. This study aims to explore the symbolic meaning of Tor-tor Sombah in Sayur Matua death ceremony, how the relationship between Tor-tor Sombah and the traditional ceremony of Sayur Matua death in Batak Simalungun tribe, as well as the form of Tor-tor Sombah performance at the ceremony of Sayur Matua death. The problems in this study are expressed by describing the form of Tor-tor Sombah Tor-tor Sombah which is seen from the choreographic elements through Laban notation and is analyzed by using Laban theories, namely effort and shape. In addition, this study also aims to analyze the symbolic meaning of Tor-tor Sombah based on the inner and outer aspects with the concept of Allegra Fuller Synder. The data is collected by using qualitative method with an ethnochoreological approach. The Field data collection uses models fromKurath through dance ethnographic methods. The results of the study show that Tor-tor Sombah in Sayur Matua death ceremony in Batak Simalungun tribe represents the delivery of children’s respect towards their deceased parents. The Tor- tor Sombah is interrelated with the life of Batak Simalungun tribe and is part of the custom that is symbolically presented in traditional ceremonies. Tor-tor Sombah has meanings and symbols in the elements of presentation, namely: hand gestures, musical accompaniment, costume, make-up, property, and umpasa. There are three forms of hand gestures in the Tor-tor Sombah, namely: sombah, mangalo alo, mamasu-masu. Besides the symbolic meaning contained in Tor-tor Sombah, it also represents a medium of communication. The presented movement causes an interaction among the participants of the ceremony. The Tor-tor Sombah is part of a culture that serves to maintain the continuity of its social system in Batak Simalungun tribe. Keywords: Tor-tor Sombah, Traditional Ceremony of Sayur Matua Death of Batak Simalungun, Choreography, Symbolic Meanings.
REKONSTRUKSI TARI BEDHAYA SUKOHARJO OLEH M. TH. SRI MULYANI Ika Ayu Kuncara Ningtyas; Slamet MD
Greget Vol 15, No 1 (2016)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.273 KB) | DOI: 10.33153/grt.v15i1.1727

Abstract

Artikel ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa Rekonstruksi tari Bedhaya Sukoharjo oleh M.Th. Sri Mulyani yang fungsinya sebagai penyambutan tamu resmi, telah mengalami rekonstruksi melalui (1) penggalian tari, (2) pemadatan tari, (3) peningkatan karyakarya tari dan penyebarluasan. Rekonstruksi tari Bedhaya Sukoharjo mengalami sentuhan kreativitas oleh M.Th. Sri Mulyani salah satu seniman tari di Kraton Surakarta. Bentuk koreografinya dikemas lebih padat dan menarik dikarenakan tari Bedhaya Sukoharjo dalam konteks penyambutan tamu. Perubahan ini lebih ditata pada komponen gerak, tata rias dan busana, desain lantai dan musik tari. Kegiatan penggalian dimaksudkan untuk merekonstruksi tari yang bersumber dari masyarakat, melibatkan penari, pemusik dan penata busana serta seniman di daerah Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat kualitatif dengan bentuk deskriptif analisis, sehingga ruang lingkup pembahasan meliputi 1) bagaimana proses rekonstruksi tari Bedhaya Sukoharjo oleh M.Th. Sri Mulyani, 2) bagaimana bentuk hasil rekonstruksi tari Bedhaya Sukoharjo oleh M.Th. Sri Mulyani, 3) bagaimana faktor-faktor yang mendukung rekonstruksi tari Bedhaya Sukoharjo oleh M.Th. Sri Mulyani. Analisis data dilakukan dari setiap bagian yang ditemukan. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan studi pustaka dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan secara kualitatif sesuai dengan pokok bahasannya. Konsep yang digunakan dalam merekonstruksi tari Bedhaya Sukoharjo adalah konsep bentuk dalam kajian tari: teks dan konteks dengan memberi inovasi yaitu pertunjukan yang singkat, padat dan menarik. Maka berdasarkan konsep di atas, tari Bedhaya Sukoharjo dapat menjadi aset seni pertunjukan di Kota Surakarta. Dengan demikian, imajinasi dan realitas kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari komunitas pemiliknya sehingga akan selalu muncul sebagai identitas baru sebagai jati diri personal melalui produksi karya tari visualisasi baru. Kata kunci: rekonstruksi, Tari Bedhaya Sukoharjo, koreografi.
PROSES PENCARIAN IDENTITAS GERAK GECUL GARENG OLEH SUMAR BAGYO Dewi Wulandari; Slamet MD
Greget Vol 15, No 1 (2016)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.218 KB) | DOI: 10.33153/grt.v15i1.1725

Abstract

Sumar Bagyo yang dikenal sebagai Gareng Ngesti Pandowo merupakan salah satu pelawak yang populer dengan membawakan karakter Gareng. Gerak gecul merupakan karakter dan identitas panggungnya. Karakter gerak gecul Gareng yang dibawakan oleh Sumar Bagyo merupakan pencitraan akan dirinya dan merupakan ciri khas yang akan sulit ditiru oleh orang lain.Fenomena inilah yang menjadi perbedaannya dengan para pelawak lainnya yang lebih mengedepankan guyon maton. Muncul pertanyaan bagaimana proses kesenimanan Sumar Bagyo dalam mencari gerakgecul Gareng sebagai identitasnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitataif dengan pendekatan sejarah. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara, dan pendokumentasian, yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teori perubahan sosial A. Boskof. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kesuksesan karir dan dalam mencari gerak gecul meliputi faktor internal 1) Bagyo memiliki gen seorang Gareng. 2) Bagyo memiliki bakat ndagel dan menari yang terus diasah. 3) mampu menabuh gamelan. 4) sebagai staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 5) pengalaman pentas diberbagai tempat dan kalangan. 6) kreatifitas. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu 1) Bagyo hidup dilingkungan seni. 2) Bagyo selalu up to date. 3) mempersiapkan bahan lawakan berbeda. 4) mengerti berbagai disiplin ilmu. Kata kunci: gecul, Gareng, karakter.