Apsanti Djokosujatno
Universitas Indraprasta PGRI

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kesantunan Kritik Sosial dalam Rubrik Parodi di Surat Kabar Kompas Nuring Wahyu Bayu Ratri; Apsanti Djokosujatno; Bambang Sumadyo
Diskursus: Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia Vol 4, No 1 (2021): Diskursus: Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.378 KB) | DOI: 10.30998/diskursus.v4i1.9035

Abstract

Penelitian bertujuan menjelaskan isi dan sasaran kritik sosial dan menguraikan manifestasi kesantunan dalam kritik sosial yang disampaikan Samuel Mulia pada rubrik Parodi. Hipotesis penelitian tersebut adalah Samuel Mulia memiliki gaya yang khas dalam menyampaikan kritik sosial kepada masyarakat. Kritik sosial yang disampaikan memenuhi prinsip-prinsip kesantunan. Penelitian dilakukan dengan metode analisis wacana kritis. Objek penelitian adalah masalah sosial yang tertuang dalam rubrik Parodi. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data. Pertama, pendekatan analisis wacana kritis milik Fairclough dan Teun A. van Dijk. Kedua, pendekatan pragmatik, yaitu prinsip kesantunan Geoffrey N. Leech (1983). Hasil pengujian hipotesis diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Samuel Mulia sebagai penulis mencoba mengangkat masalah sosial, seperti peduli lingkungan, adanya pembagian kelas-kelas dalam masyarakat yang juga menyebabkan adanya dominasi kekuasaan dalam masyarakat. 2) Kritik sosial disampaikan dengan cara menjadikan dirinya sebagai objek tulisan sekaligus subjek tulisan. 3) Sasaran tulisannya jelas secara eksplisit ditujukan kepada dirinya sendiri. Namun, sebenarnya penulis juga menyasar masyarakat pembaca Parodi, khususnya mereka yang memiliki jabatan kekuasaan, kekayaan, atau kekuatan besar. 4) Samuel Mulia memberikan contoh kritik sosial yang tidak menyinggung pihak lain sehingga tidak melukai perasaan karena merasa disudutkan atau dihakimi. Samuel menggunakan cara mengkritik pihak lain dengan cara membuat analogi. 5) Kritikan tidak cukup dengan menggunakan analogi atau metafora. Setiap kalimat yang dipilih dan digunakan untuk mengkritik harus memenuhi maksim kebijaksanaan, kedermawanan, penghargaan, kesederhanaan, dan simpati. 6) Samuel dapat dikatakan sebagai pengkritik yang cukup santun. Meskipun dirinya dan banyak orang mengakui bahwa Samuel Mulia memiliki mulut yang tajam dan kritis, namun Samuel mampu menunjukkan bahwa ia dapat mengendalikan dirinya. Kata Kunci: Kritik Sosial, Kesantunan, Teori Norman Fairclough dan Teun A. van Dijk.
Kekhasan Penokohan Mandeh dalam Novel Limpapeh Karya A.R Rizal (Sebuah Kajian Semiotika) Riska Shannia; Apsanti Djokosujatno; Restoeningroem Restoeningroem
Diskursus: Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia Vol 3, No 02 (2020): Diskursus: Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.4 KB) | DOI: 10.30998/diskursus.v3i02.6978

Abstract

Karya sastra adalah hasil kreasi artistik yang masuk ke dalam seluruh aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah novel. Gambaran kehidupan manusia pada masyarakat di daerah tertentu di dalam novel membentuk sebuah penyajian yang khas. Novel Limpapeh menceritakan sebuah keluarga yang sarat dengan adat dan istiadat Minangkabau. Keluarga ini dipimpin oleh seorang Bundo Kanduang yang dipanggil Mandeh. Dalam kehidupannya, Mandeh banyak menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan keluarga dan tradisi adat. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kekhasan kedudukan Mandeh dalam alur cerita dan kekhasan penyajian tokoh dalam novel Limpapeh karya A.R Rizal. Penelitian ini menggunakan penelitain kualitatif dengan metode analisis isi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semiotik Todorov. Teori tiga tataran semantik Todorov membagi cerita ke dalam tiga aspek, yaitu aspek semantik, aspek sintaksis, dan aspek verbal. Novel ini terbagi menjadi dua puluh enam episode. Dari dua puluh enam episode tersebut, terlihat bahwa Mandeh selalu muncul dalam tiap episode sebagai pusat peristiwa. Itu menunjukan bahwa peran utama dalam novel Limpapeh adalah Mandeh. Sifat-sifat Mandeh terlihat lebih menonjol ketika dibandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya. Sifat-sifat Mandeh tersebut disimpulkan melalui tindakan-tindakannya yang dimunculkan pada setiap episode. Hal itu disebut dengan teknik ragaan. Mandeh digambarkan sebagai orang yang memegang erat adat, bijaksana, menyayangi keluarga, pekerja keras, penuh empati dan pereda konflik. Sosoknya merupakan contoh ideal untuk perannya sebagai Bundo Kanduang. Hal ini sesuai dengan judul novel, Limpapeh, yaitu tiang utama menyangga rumah.Kata Kunci: Minangkabau, Bundo Kanduang, Penokohan, Pendekatan Semiotika Todorov