IGB Indro Nugroho
Sebelas Maret University

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Disertai Komplikasi dengan Tanpa Komplikasi di RSUD Dr. Moewardi Anggarani, Nia; Nugroho, IGB Indro; Setyawan, Sigit
Nexus Kedokteran Klinik Vol 3, No 3 (2014): Nexus Kedokteran Klinik
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.046 KB)

Abstract

Background: Diabetes mellitus (DM) is referred to as growing epidemic. The prevalence of type 2 diabetes mellitus in Indonesia is 18.6% in urban areas and 9.2% in rural areas. It is estimated that in 2030 the prevalence of DM in Indonesia reached 21.3 million people. Chronic diseases such as diabetes mellitus are associated with the emergence of anxiety disorders. It has been reported that anxiety disorders associated with age, gender, occupation and complications of diabetes mellitus. In addition, an increase in the symptoms of anxiety disorder related to the number and the type of complications suffered by patients with diabetes mellitus. This study aimed to analyze the differences of anxiety level in type 2 diabetes mellitus patients with and without complications in Dr. Moewardi Hospital. Method: 91 type 2 diabetes mellitus patients of Internal Medicine Clinic Dr. Moewardi Hospital participated in a cross-sectional study. 40 patients with complications and 51 patients without complications were recruited with non-probability sampling methods, which was consecutive sampling. Each respondent was given a standard TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) questionnaire and LMMPI (Lie-scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory) questionnaire. The TMAS questionnaire contains 50 questions, which has "yes" or "no" options, and LMMPI questionnaire contains 10 questions, which has "yes" or "no" options. The TMAS questionnaire was employed to estimate the patients’ symptoms of anxiety. Research data were tested by Chi Square test. Result: The results showed 90% and 70.59% type 2 diabetes mellitus patients with and without complication had anxiety respectively. 8 samples of patients with complications of type 2 diabetes mellitus had severe anxiety, 21 samples had moderate anxiety, and 7 samples had mild anxiety. While in type 2 diabetes mellitus patients without complications, one sample has severe anxiety, 16 samples have moderate anxiety, and 19 samples had mild anxiety. The results of Chi Square test for anxiety in type 2 diabetes mellitus patients showed p < 0.05 (p = 0.024) and for the anxiety level in type 2 diabetes mellitus patients with and without complications showed p < 0.05 (p=0.003). Conclusion: There was difference of anxiety level among type 2 diabetes mellitus patients with and without complications in Dr. Moewardi Hospital. Keywords: type 2 diabetes mellitus with complications, type 2 diabetes mellitus without complications, anxiety level 
Menggabungkan Neurofeedback dan Dzikir dalam Terapi Supportif untuk Depresi Remaja Suwito, Djoko; Hidayattullah, Luqman; Nugroho, IGB Indro; Ahmad, Ahmad
Bima Nursing Journal Vol 6, No 1 (2024): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/bnj.v6i1.1646

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Masa remaja, sebagai periode kritis yang ditandai oleh perubahan signifikan, membuat individu sangat rentan terhadap masalah kesehatan mental, termasuk depresi. Sekitar 14% remaja di seluruh dunia terkena kondisi kesehatan mental yang sering tidak terdeteksi dan tidak diobati. Depresi pada masa remaja memerlukan diagnosis dan penanganan yang efektif, yang umumnya dimulai dari perawatan primer. Neurofeedback, yang memberikan umpan balik secara real-time tentang aktivitas otak, dan Dzikir, sebuah praktik spiritual mengingat Tuhan, masing-masing telah menunjukkan manfaat dalam pengobatan kesehatan mental. Laporan Kasus: Laporan kasus ini mengkaji penggunaan gabungan neurofeedback dan dzikir dalam mengobati seorang remaja perempuan berusia 17 tahun dengan depresi berat berulang yang tidak responsif terhadap pengobatan konvensional. Meskipun memiliki prestasi akademik yang tinggi, perundungan dan hubungan keluarga yang tegang menyebabkan gejala depresi yang signifikan dan perilaku melukai diri sendiri. Rencana pengobatan selama 8 sesi yang mengintegrasikan neurofeedback dan dzikir diterapkan. Pengumpulan data meliputi wawancara, masukan dari pengasuh, kuesioner PHQ-A, dan hasil Brain Mapping/QEEG. Hasil: QEEG awal menunjukkan aktivitas yang menurun pada gelombang Theta, Alpha, dan Beta, yang merupakan ciri khas depresi. Sepanjang terapi, subjek menunjukkan kerja sama dan melaporkan efek positif dari Dhikr. Setelah terapi, QEEG menunjukkan aktivitas gelombang otak yang normal, dan skor PHQ-A meningkat dari 20 (depresi berat) menjadi 5 (depresi ringan hingga sedang). Subjek dan keluarganya melaporkan peningkatan emosional dan perilaku yang signifikan, penghentian tindakan menyakiti diri sendiri, dan peningkatan motivasi. Diskusi: Menggabungkan neurofeedback dengan Dhikr menawarkan pendekatan holistik untuk depresi remaja, yang mencakup aspek neurologis dan spiritual dari kesejahteraan. Terapi integratif ini dapat mengurangi stigma terhadap perawatan kesehatan mental dan memberikan kerangka pemulihan yang komprehensif. Kesimpulan: Integrasi neurofeedback dan Dhikr dalam terapi suportif untuk depresi remaja menunjukkan pendekatan holistik yang menjanjikan. Penelitian lebih lanjut harus mengeksplorasi efektivitas metode ini dan mengembangkan protokol klinis yang terstandarisasi.
Treating Adolescent Depression: Exploring Neurofeedback Training, Dhikr, and Community Stigma in Complementary Therapies (A Case Study) Oktaviyantini, Tri; Nugroho, IGB Indro; Suwito, Djoko; Putra Perdana, Dennada Bagus
Preventia : The Indonesian Journal of Public Health Vol 9, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um044v9i22024p77-85

Abstract

Adolescent depression, particularly when complicated by psychotic features, presents significant challenges in treatment due to its complex and multifaceted nature. This case study explores the integration of neurofeedback training and Dhikr, an Islamic meditative practice, as complementary therapies alongside traditional pharmacotherapy in treating a 15 years old male diagnosed with severe recurrent depression. Despite initial reluctance and skepticism influenced by community stigma surrounding mental health and spiritual practices, both therapies contributed to noticeable improvements in the patient's symptoms and overall well-being. Neurofeedback was utilized to regulate brainwave activity, while Dhikr provided a meditative and spiritual component that promoted mindfulness and inner peace. The case highlights the importance of addressing community stigma, personalized treatment plans, and holistic approaches in managing adolescent depression, ultimately leading to better engagement and therapeutic outcomes.
Menggabungkan Neurofeedback dan Dzikir dalam Terapi Supportif untuk Depresi Remaja Suwito, Djoko; Hidayattullah, Luqman; Nugroho, IGB Indro; Ahmad, Ahmad
Bima Nursing Journal Vol. 6 No. 1 (2024): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/bnj.v6i1.1646

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Masa remaja, sebagai periode kritis yang ditandai oleh perubahan signifikan, membuat individu sangat rentan terhadap masalah kesehatan mental, termasuk depresi. Sekitar 14% remaja di seluruh dunia terkena kondisi kesehatan mental yang sering tidak terdeteksi dan tidak diobati. Depresi pada masa remaja memerlukan diagnosis dan penanganan yang efektif, yang umumnya dimulai dari perawatan primer. Neurofeedback, yang memberikan umpan balik secara real-time tentang aktivitas otak, dan Dzikir, sebuah praktik spiritual mengingat Tuhan, masing-masing telah menunjukkan manfaat dalam pengobatan kesehatan mental. Laporan Kasus: Laporan kasus ini mengkaji penggunaan gabungan neurofeedback dan dzikir dalam mengobati seorang remaja perempuan berusia 17 tahun dengan depresi berat berulang yang tidak responsif terhadap pengobatan konvensional. Meskipun memiliki prestasi akademik yang tinggi, perundungan dan hubungan keluarga yang tegang menyebabkan gejala depresi yang signifikan dan perilaku melukai diri sendiri. Rencana pengobatan selama 8 sesi yang mengintegrasikan neurofeedback dan dzikir diterapkan. Pengumpulan data meliputi wawancara, masukan dari pengasuh, kuesioner PHQ-A, dan hasil Brain Mapping/QEEG. Hasil: QEEG awal menunjukkan aktivitas yang menurun pada gelombang Theta, Alpha, dan Beta, yang merupakan ciri khas depresi. Sepanjang terapi, subjek menunjukkan kerja sama dan melaporkan efek positif dari Dhikr. Setelah terapi, QEEG menunjukkan aktivitas gelombang otak yang normal, dan skor PHQ-A meningkat dari 20 (depresi berat) menjadi 5 (depresi ringan hingga sedang). Subjek dan keluarganya melaporkan peningkatan emosional dan perilaku yang signifikan, penghentian tindakan menyakiti diri sendiri, dan peningkatan motivasi. Diskusi: Menggabungkan neurofeedback dengan Dhikr menawarkan pendekatan holistik untuk depresi remaja, yang mencakup aspek neurologis dan spiritual dari kesejahteraan. Terapi integratif ini dapat mengurangi stigma terhadap perawatan kesehatan mental dan memberikan kerangka pemulihan yang komprehensif. Kesimpulan: Integrasi neurofeedback dan Dhikr dalam terapi suportif untuk depresi remaja menunjukkan pendekatan holistik yang menjanjikan. Penelitian lebih lanjut harus mengeksplorasi efektivitas metode ini dan mengembangkan protokol klinis yang terstandarisasi.