Andreas Sese Sunarko
Sekolah Tinggi Teologi El-Shadday

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Makna Dilahirkan Kembali Bagi Orang Percaya Masa Kini Suhadi Suhadi; Andreas Sese Sunarko
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.98

Abstract

Being born again or being born again is one of the important teachings (doctrines) of Christianity. Being born again or being born again is the most radical effect of God's work on the sinner's response to accepting God's redemptive work through Jesus Christ. The new birth is something that must be experienced by every person because it has a tremendous impact on his life, namely someone who is born again or is born again has the potential to see and enter the kingdom of God, become a new creation and gain the status of a child of God. But there are people who don't understand this. Through this paper the writer wants to describe using qualitative methods with a literature study approach. So it can be concluded that the contribution of being born again or the experience of being born again or being born again is important and must be experienced by believers because it has an impact on the eternal value of seeing and entering the kingdom of God. Kelahiran baru atau dilahirkan kembali merupakan salah satu pengajaran (doktrin) yang penting dalam kekristenan. Kelahiran baru atau dilahirkan kembali merupakan dampak pekerjaan Allah yang paling radikal atas respons orang berdosa dalam menerima karya penebusan Allah melalui Yesus Kristus. Kelahiran baru merupakan hal yang harus dialami oleh setiap orang karena membawa dampak yang luar biasa dalam hidupnya yaitu seseorang yang dilahirkan baru atau dilahirkan kembali mendapatkan potensi untuk melihat dan masuk dalam kerajaan Allah, menjadi ciptaan baru dan mendapatkan status sebagai anak Allah. Namun ada orang-orang yang belum memahami hal ini. Melalui tulisan ini penulis ingin mendeskripsikan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi kelahiran baru atau pengalaman dilahirkan kembali merupakan hal penting dan harus dialami oleh orang percaya karena berdampak pada nilai kekekalan yaitu melihat dan masuk dalam kerajaan Allah.
Implementasi Cara Hidup Jemaat Mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2: 41-47 bagi Pertumbuhan Gereja Masa Kini Andreas Sese Sunarko
KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta Vol 2, No 2 (2020): Januari 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.379 KB) | DOI: 10.47167/kharis.v2i2.33

Abstract

The growth of church has been one of crucial issues that becomes a concentration point to church leaders, which is priestas the senior pastor or church council as the representative of local church members. The growth of church perceived as one of paramaters stating the existence of church to the people who are served as well as to other churches as ministry partner. The growth of church can be seen from two aspect is the quality of church members in terms of spiritual maturity reflected from the faith to God they whorship and in term of their daily behavior bringing positive impact. The other aspect is the quantity of church members from time to time.   The growth of church can  be achieved by the method or serving system that is believed by priest or church council to be implemented. In academic terminology, that method is also known as church growth system or method . They are many system or method of church growth . One of them is Cell Church system that is a system of naturaly growing church growth method with the starting point from the way of life the eraly church taken from Act 2:41-47. This idea, later on, can be implemented by today’s churches is improving church growth.AbstrakPertumbuhan gereja menjadi salah satu isu penting yang terus menjadi konsentrasi bagi para pimpinan gereja, baik itu Pendeta sebagai Gembala Jemaat atau Majelis sebagai representasi jemaat lokal. Pertumbuhan gereja dinilai sebagai salah satu parameter eksistensi gereja tersebut dimata jemaat yang dilayaninya maupun dimata gereja-gereja lain sebagai mitra pelayanan. Pertumbuhan gereja bisa dilihat dari dua segi yaitu segi kualitas yang ditandai dengan kematangan jemaat atas nilai-nilai relegiositasnya yang terpancar dari tingkat keyakinannya terhadap pribadi Allah yang disembahnya dan terpancar dari perilaku sehari-harinya yang mendatangkan dampak positif. Adapun segi yang lain adalah segi kuantitas yang ditandai dengan pertumbuhan jemaat yang terlihat dari bertambahnya jumlah jemaat dari waktu ke waktu. Pertumbuhan gereja ini dapat terwujud dengan metode dan sistem pelayanan yang diyakini oleh Pendeta atau Majelis untuk diterapkan atau dalam dunia akademis disebut dengan metode atau sistem pertumbuhan gereja. Ada banyak metode atau sistem pertumbuhan gereja yang ada diantaranya metode atau sistem Gereja Sel, metode atau sistem pertumbuhan Gereja Modern dan lain sebagainya. Melalui tulisan ini penulis ingin menunjukan salah satu metode pertumbuhan gereja yang bertitik tolak pada cara hidup jemaat yang pertama sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 2 : 41-47 yang nantinya dapat diterapkan oleh gereja-gereja masa kini dalam melakukan proses pertumbuhan gereja.
Makna Dilahirkan Kembali Bagi Orang Percaya Masa Kini Suhadi Suhadi; Andreas Sese Sunarko
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.98

Abstract

Being born again or being born again is one of the important teachings (doctrines) of Christianity. Being born again or being born again is the most radical effect of God's work on the sinner's response to accepting God's redemptive work through Jesus Christ. The new birth is something that must be experienced by every person because it has a tremendous impact on his life, namely someone who is born again or is born again has the potential to see and enter the kingdom of God, become a new creation and gain the status of a child of God. But there are people who don't understand this. Through this paper the writer wants to describe using qualitative methods with a literature study approach. So it can be concluded that the contribution of being born again or the experience of being born again or being born again is important and must be experienced by believers because it has an impact on the eternal value of seeing and entering the kingdom of God. Kelahiran baru atau dilahirkan kembali merupakan salah satu pengajaran (doktrin) yang penting dalam kekristenan. Kelahiran baru atau dilahirkan kembali merupakan dampak pekerjaan Allah yang paling radikal atas respons orang berdosa dalam menerima karya penebusan Allah melalui Yesus Kristus. Kelahiran baru merupakan hal yang harus dialami oleh setiap orang karena membawa dampak yang luar biasa dalam hidupnya yaitu seseorang yang dilahirkan baru atau dilahirkan kembali mendapatkan potensi untuk melihat dan masuk dalam kerajaan Allah, menjadi ciptaan baru dan mendapatkan status sebagai anak Allah. Namun ada orang-orang yang belum memahami hal ini. Melalui tulisan ini penulis ingin mendeskripsikan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi kelahiran baru atau pengalaman dilahirkan kembali merupakan hal penting dan harus dialami oleh orang percaya karena berdampak pada nilai kekekalan yaitu melihat dan masuk dalam kerajaan Allah.
Retraksi: Eksistensi dan Kiprah Ahli Taurat pada Masa Intertestamental Andreas Sese Sunarko
Angelion Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini diretraksi pada tanggal 22 Februari 2021 karena sudah diterbitkan pada Jurnal Teologi Rahmat Vol. 6, No. 2, http://sttrem.co.id/e-journal/index.php/jtr/article/view/13
Fungsi Keluarga dalam Persepektif Alkitab sebagai Basis Pendidikan Agama Kristen Andreas Sese Sunarko
Jurnal Pendidikan Agama Kristen (JUPAK) Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.041 KB) | DOI: 10.52489/jupak.v2i1.15

Abstract

The family is an institution of God Himself (Genesis 2:18-25) aside from the church (Matthew 16:18) obtaining a glorious mandate through God's family to want the birth of Divine offspring (Malachi 2:15), which is a God-fearing and living in its prescribed streets. To achieve the above goal, a Christian Religious  Education of faith became something very important. But unfortunately there are Christian families who are unaware of this and are shifting this glorious mandate to the church through sunday school teachers or transferring it to school (through Christian religious teachers). The writer assesses this distraction on the one hand as a parent's misunderstanding of the mandate or on the other hand because of the parents' inability to handle it. The method the writer uses is a descriptive qualitative with a library approach. The writer tapped relevant resources from the bible, books and journals. Starting with a general understanding and juridis about the family, the Biblical basis of the family and its calling, the family's responsibility for Christian Religious Education and the danger of displacing the function of Christisn Religious Education on the third hand and the writer will eventually conclude that it is important to restore the family's function as a base of Christian Religious Education as well as to accord with scriptural values to be so effective in reaching the goal of bearing Divine offspring.
Makna Dilahirkan Kembali Bagi Orang Percaya Masa Kini Suhadi Suhadi; Andreas Sese Sunarko
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.98

Abstract

Being born again or being born again is one of the important teachings (doctrines) of Christianity. Being born again or being born again is the most radical effect of God's work on the sinner's response to accepting God's redemptive work through Jesus Christ. The new birth is something that must be experienced by every person because it has a tremendous impact on his life, namely someone who is born again or is born again has the potential to see and enter the kingdom of God, become a new creation and gain the status of a child of God. But there are people who don't understand this. Through this paper the writer wants to describe using qualitative methods with a literature study approach. So it can be concluded that the contribution of being born again or the experience of being born again or being born again is important and must be experienced by believers because it has an impact on the eternal value of seeing and entering the kingdom of God. Kelahiran baru atau dilahirkan kembali merupakan salah satu pengajaran (doktrin) yang penting dalam kekristenan. Kelahiran baru atau dilahirkan kembali merupakan dampak pekerjaan Allah yang paling radikal atas respons orang berdosa dalam menerima karya penebusan Allah melalui Yesus Kristus. Kelahiran baru merupakan hal yang harus dialami oleh setiap orang karena membawa dampak yang luar biasa dalam hidupnya yaitu seseorang yang dilahirkan baru atau dilahirkan kembali mendapatkan potensi untuk melihat dan masuk dalam kerajaan Allah, menjadi ciptaan baru dan mendapatkan status sebagai anak Allah. Namun ada orang-orang yang belum memahami hal ini. Melalui tulisan ini penulis ingin mendeskripsikan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi kelahiran baru atau pengalaman dilahirkan kembali merupakan hal penting dan harus dialami oleh orang percaya karena berdampak pada nilai kekekalan yaitu melihat dan masuk dalam kerajaan Allah.
Makna Dilahirkan Kembali Bagi Orang Percaya Masa Kini Suhadi Suhadi; Andreas Sese Sunarko
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.98

Abstract

Being born again or being born again is one of the important teachings (doctrines) of Christianity. Being born again or being born again is the most radical effect of God's work on the sinner's response to accepting God's redemptive work through Jesus Christ. The new birth is something that must be experienced by every person because it has a tremendous impact on his life, namely someone who is born again or is born again has the potential to see and enter the kingdom of God, become a new creation and gain the status of a child of God. But there are people who don't understand this. Through this paper the writer wants to describe using qualitative methods with a literature study approach. So it can be concluded that the contribution of being born again or the experience of being born again or being born again is important and must be experienced by believers because it has an impact on the eternal value of seeing and entering the kingdom of God. Kelahiran baru atau dilahirkan kembali merupakan salah satu pengajaran (doktrin) yang penting dalam kekristenan. Kelahiran baru atau dilahirkan kembali merupakan dampak pekerjaan Allah yang paling radikal atas respons orang berdosa dalam menerima karya penebusan Allah melalui Yesus Kristus. Kelahiran baru merupakan hal yang harus dialami oleh setiap orang karena membawa dampak yang luar biasa dalam hidupnya yaitu seseorang yang dilahirkan baru atau dilahirkan kembali mendapatkan potensi untuk melihat dan masuk dalam kerajaan Allah, menjadi ciptaan baru dan mendapatkan status sebagai anak Allah. Namun ada orang-orang yang belum memahami hal ini. Melalui tulisan ini penulis ingin mendeskripsikan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi kelahiran baru atau pengalaman dilahirkan kembali merupakan hal penting dan harus dialami oleh orang percaya karena berdampak pada nilai kekekalan yaitu melihat dan masuk dalam kerajaan Allah.
Keadilan, Demokrasi dan HAM dalam Perspektif Pentakosta Andreas Sese Sunarko
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 4, No 1 (2019): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Juni 2019
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.678 KB) | DOI: 10.52104/harvester.v4i1.7

Abstract

Justice, democracy and human right are crucial instruments of a modern country where the implementation should consider the equity and run together as unity.  Modern country that is able to implement those instruments consistenly will become a souvereint authority, gain economically prosperity and have a humanly dignity. However, in the real practice of those instruments, a dichotomy occured with arguing about Western and Eastern democracy.  Due to the unsolved differentiation problems for the practice of democracy, there are some chlases in law enforcement, which bring a negative impact such asa human right violation. Despite of the existence of many concepts of justice, democracy and human right, the author are intending to analyse from another persepective, Pentacostal perspective. This analysis aims to a fresh point of view that will bring a positive impact for the implementation of justice, democracy and human rights.Abstrak: Keadilan, Demokrasi dan HAM adalah merupakan instrumen-instrumen penting dari sebuah negara modern, dimana dalam pelaksanaannya secara ideal harus berjalan bersama-sama dan tidak boleh berjalan secara parsial.a  Negara modern yang mampu menjalankan instrumen-instrumen ini secara konsisten akan menjadi negara yang berwibawa secara kedaulatan dan sejahtera secara ekonomi dan bermartabat dari sisi kemanusiaan. Dalam prakteknya seringkali terjadi benturan-benturan kepentingan dari para pemangku pentingan yang pada akhirnya membuat kurang efektifnya penegakan hukum yang melahirkan ketidakadilan dan ketidakadilan ini berimplikasi pada terjadinya pelanggaran HAM. Terlepas dari adanya banyak konsep tentang Keadilan, Demokrasi dan HAM maka penulis akan mengkajinya dalam perspektif yang berbeda yaitu dari perspektif Pentakosta. Harapannya adalah dari perspektif Pentakosta ini nantinya akan memberikan dampak bagi pelaksanaan Keadilan, Demokrasi dan HAM secara universal.
Implementasi Doktrin Sola Gratia dalam Menuntaskan Amanat Agung Andreas Sese Sunarko
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 1: Desember 2022
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i1.94

Abstract

The Great Commission is a command given by the Lord Jesus to His disciples before HE ascended to heaven and is now the duty of believers. This Great Commission is an urgent thing to do because it concerns the safety of human beings. The essence of the Great Commission is to deliver the news of salvation sourced from the Grace of Allah (Sola Gratia), which distinguishes it from other sources of salvation. Through this article, the author wants to convey the implementation of the doctrine of Sola Gratia in completing the Great Commission. The author uses a descriptive qualitative method with a research library approach that uses various sources, including books and journal articles related to this article. The author finally concludes that an effective way to complete the Great Commission is to convey the gospel, which is a gift of God (Sola Gratia) to man given through the atoning sacrifice of the Lord Jesus Christ, not by human effort alone.  AbstrakAmanat Agung adalah perintah yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-muridNya sebelum DIA naik ke sorga dan sekarang menjadi tugas orang- orang percaya. Amanat Agung ini merupakan hal yang urgent untuk dilakukan karena menyangkut keselamatan manusia. Essensi dari Amanat Agung adalah menyampaikan berita keselamatan yang bersumber pada Anugerah Allah (Sola Gratia), hal inilah yang menjadi pembeda dari sumber keselamatan lainnya. Melalui artikel ini penulis ingin menyampaikan implementasi doktrin Sola Gratia dalam menuntaskan Amanat Agung. Metode yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan library riset yang menggunakan berbagai sumber -sumber diantaranya buku-buku dan artikel jurnal yang berkaitan dengan artikel ini. Penulis akhirnya menemukan kesimpulan bahwa cara yang efektif untuk menuntaskan Amanat Agung itu adalah menyampaikan Injil yang merupakan anugerah Allah (Sola Grattia) bagi manusia yang di berikan lewat korban penebusan Tuhan Yesus Kristus, bukan karena usaha manusia semata.   
Playing Victim dan Manipulasi Kebenaran: Analisis Teologis dalam Pembacaan Reflektif Kejadian 3:1-24 Andreas Sese Sunarko; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 6, No 1: Juli 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v6i1.84

Abstract

Playing victim behavior is the action of those who blame themselves on others and position themselves as victims. This contradictory sense of responsibility is widespread in everyday life. Therefore, this article aims to provide a new understanding and paradigm regarding playing victims that contradicts God's truth.Using descriptive qualitative methods, it can be concluded that playing victims in manipulating the truth is a theological reflection in reading Genesis 3:1-24; first, Christianity must understand the nature of playing victims and its impacts. Genesis 3:1-24 shows how humans blame others or circumstances to avoid responsibility for their mistakes. This also emphasizes the importance of playing the victim in theological ethics and Christian faith. Theological reflection, humility, and an attitude of responsibility in honesty through recognizing mistakes and confessing sins are not to play the victim. Jesus also taught us to live in love. Furthermore, in a theological reflective context, it helps identify the role of the Garden of Eden story and the issue of truth manipulation in the "playing victim" attitude that is actualized in human life. Therefore, the role of Christianity in the actualization of life without suffering victims becomes a role that is responsible for personal actions and decisions to live in honesty and responsibility and dare to admit mistakes.  AbstrakPerilaku playing victim merupakan tindakan merekayang melemparkan kesalahannya kepada orang lain dan memosisikan dirinya sebagai korban. Hal yang bertolak belakang akan rasa bertanggung jawab ini marak di lingkungan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan paradigam baru terkait playing victim yang tidak sejalan dengan kebenaran Allah. Menggunakan metode kualitatif deskritif maka dapat disimpulkan bahwa playing victim dalam manipulasi kebenaran: reflektif teologis dalam pembacaan kejadian 3:1-24, pertama keristenan harus memahami hakikat playing victim dan dampaknya. Sebab dalam Kejadian 3:1-24 memperlihatkan bagaimana manusia  cenderung untuk menyalahkan orang lain atau keadaan sebagai upaya untuk menghindari tanggung jawab atas kesalahan mereka. Maka hal ini juga menekankan pentingnya playing victim dalam etis teologis dan iman Kristen. Di mana refleksi teologis dan kerendahan hati serta sikap dalam bertanggung jawan dalam kejujuran melalui pengenalan kesalahan dan pengakuan atas dosa untuk tidak playing victim. Juga diajarkan Yesus untuk hidup dalam kasih. Selanjutnya dalam konteks reflektif teologis membantu mengidentifikasi peran kisah taman eden dan persoalan manipulasi kebenaran dalam sikap "playing victim" yang diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu peran kekristenan dalam aktualisasi hidup tanpa palying victim menjadi peran yang bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan pribadi untuk hidup dalam kejujuran dan tanggung jawab yang berani mengakui kesalahan.