Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

VALUE CHAIN DAN POLA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KOMODITI RUMPUT LAUT (Kappaphycus Alvarezii) DI DESA KOLORAI KABUPATEN PULAU MOROTAI Admi Athirah; Ruzkiah Asaf; Tarunamulia Tarunamulia
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 16, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jsekp.v16i1.7999

Abstract

Komoditi yang dapat bersaing dalam menghadapi tantangan perdagangan adalah komoditi yang mempunyai added value yang besar. Perikanan laut morotai memiliki potensi yang sangat tinggi dengan adanya kondisi kualitas perairan yang tenang dan luasnya kawasan pesisir dan laut, yang memungkinkan untuk peningkatan pengembangan budidaya laut, salah satu komoditi di Desa Kolorai Kabupaten Pulau Morotai adalah Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii), namun dalam perkembangannya masih banyak memiliki kendala.. Penelitian dilakukan dengan memakai gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang menekankan pada analisis diskriptif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dengan para responden dan melalui proses pengamatan. Ada beberapa responden yang diwawancarai diantaranya para nelayan, pengumpul, pemerintah desa dan pemerintah kabupaten yang  menjadi sampel dalam penelitian ini. Metode analisis yang digunakan adalah SCAM (A Commodity Sistem Assessment Method). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pada rantai nilai bersifat Rantai Produksi Tradisional. Pola rantai nilai dari produsen sampai ke konsumen terdiri atas: (1) produsen – pengumpul –Pedagang Ternate ; (2) produsen – pengumpul – supplier – pedagang Ternate;  dan (3) produsen – supplier – pedagang Ternate. Nilai tambah yang diberikan pada petani yaitu: pemanenan, penjemuran, pembersihan, pengemasan. Nilai tambah yang diberikan pada tingkat pengumpul, yaitu:tranportasi, penjemuran, pembersihan, pengemasan ulang, penimbangan, serta penyimpanan. Untuk melihat potensi komoditi ini menjadi produk unggulan yang dapat bersaing di pasar baik domestik maupun internasional  maka perlu mengembangkan dan meningkatkan produksi dan olahannya melalui pola pengembangan kelembagaan kemitraannya.
PERSPEKTIF PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PANTAI DI TELUK GERUPUK DAN TELUK BUMBANG KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Tarunamulia Tarunamulia; Hasnawi Hasnawi; Rezki Antoni Suhaimi; Akhmad Mustafa; Mudian Paena
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1729.568 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.1.2015.117-126

Abstract

Tersedianya informasi mengenai karakteristik pantai menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan perencanaan dan pengelolaan perikanan budidaya pesisir berbasis lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pantai khususnya aspek topografi dan hidrologi di Teluk Gerupuk dan Teluk Bumbang Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), hubungannya dengan status eksisting dan kemungkinan pengembangan perikanan budidaya. Variabel topografi dan hidrologi teluk yang diukur meliputi: pasang surut (pasut), kedalaman, dan kelandaian pantai. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik pasut dengan tunggang pasut sekitar 2,85 m secara teknis masih tergolong ideal untuk pengembangan berbagai sistem budidaya tambak udang (tradisional plus, semi-intensif, intensif, dan super-intensif). Khusus untuk tambak intensif dan super-intensif, tunggang pasut yang besar harus dicermati sehubungan dengan jauhnya jarak pengambilan air bersih. Secara umum Teluk Gerupuk dan Teluk Bumbang dengan luas ± 940 ha (9,4 km2) dan kedalaman rata-rata perairan 4,17±0,12 cukup mendukung untuk kegiatan budidaya rumput laut. Berkembangnya pemanfaatan lahan selain budidaya rumput laut di sekitar dan pada teluk seperti pemukiman, pariwisata, dan budidaya tambak, dapat memengaruhi kualitas kimia fisik perairan dan kemungkinan berkaitan erat dengan menurunnya produksi rumput laut pada tahun-tahun terakhir. Dengan batasan karakteristik topografi dan hidrologis teluk yang menjadi pusat berlabuhnya aktivitas penggunaan lahan pantai dan darat, dibutuhkan perhatian serius mengenai rencana umum tata ruang wilayah teluk termasuk penanganan limbah agar tidak berdampak negatif secara ekologis dan sosial yang pada akhirnya akan mengganggu keberlanjutan usaha perikanan budidaya di wilayah ini. hidrologi, topografi, perikanan budidaya, Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat
KELAYAKAN REKAYASA TAMBAK SILVOFISHERY DI KECAMATAN BLANAKAN KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT Tarunamulia Tarunamulia; Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi; Kamariah Kamariah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.463 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.4.2015.579-592

Abstract

Di Indonesia, silvofishery diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif terbaik untuk mencapai pengelolaan ekosistem mangrove dan tambak ekstensif secara optimal dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status kelayakan rekayasa tambak silvofishery di Desa Jayamukti Kecamatan BlanakanKabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Evaluasi dilakukan dengan menerapkan metode survai tingkat detail yang berbasis sistem informasi geografis (SIG) dan memanfaatkan citra satelit worldview-2. Survai lapang meliputi pengambilan contoh tanah, pengukuran elevasi lahan tambak, pengukuran pasang surut,dan pengukuran kualitas air secara insitu. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kondisi rekayasa tambak eksisting dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada produktivitas dan keberlanjutan tambak silvofishery di lokasi studi. Ketidaksesuaian lebar dan kedalaman saluran dengan kondisi tunggangpasut lokal (< 1 m) menyebabkan tidak efektifnya fungsi saluran dalam menyediakan kuantitas dan kualitas air yang optimal untuk kegiatan budidaya. Selanjutnya penelitian ini juga menemukan ketinggian pematang primer dan sekunder eksisting umumnya lebih rendah dibandingkan ketinggian pematang ideal dengan selisih rata-rata masing-masing -0,68 m hingga -0,56 m. Nilai salinitas air dengan kisaran 7-65 ppt juga merupakan faktor pembatas utama produktivitas lahan. Nilai salinitas air tambak yang tinggi berkaitan erat dengan variasi spasial elevasi dasar tambak dan penurunan efektivitas fungsi saluran tambak akibat sedimentasi. Jika faktor pembatas lingkungan dan ketidaksesuaian rekayasa tambak tersebut tidak ditangani dengan baik tentunya akan mengancam keberlanjutan kegiatan budidaya berbasis silvofishery di lokasipenelitian. 
KARAKTERISTIK DAN KESESUAIAN LAHAN AKTUAL PADA MUSIM KEMARAU UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK YANG ADA DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi; Tarunamulia Tarunamulia
Media Akuakultur Vol 9, No 2 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1636.508 KB) | DOI: 10.15578/ma.9.2.2014.135-146

Abstract

Abstrak lengkap dapat di download di File PDF