Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MEMBACA KEMBALI PANDANGAN MORALITAS POSTMODERNISM UNTUK KONTEKS PENDIDIKAN KRISTEN (RE-READING THE WORLDVIEW OF POSTMODERNISM MORALITY FOR THE CONTEXT OF CHRISTIAN EDUCATION) Recky Pangumbahas; Oey Natanael Winanto
QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies Vol 3 No 1 (2021): QUAERENS: Journal of Theology and Christianity Studies
Publisher : Widya Agape School of Theology and Indonesia Christian Theologians Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/quaerens.v3i1.33

Abstract

One of the most important elements of postmodernity is the growing awareness of the diversity and potential incommensurability of the various forms of cultural life that sustain groups and individuals and addresses the postmodernist denial that postmodernism is inherently apathetic or hostile to social or political action. Postmodernism is a reaction to the epistemological ideals of modernity. Postmodernism is based on a limited human point of view, and thus becomes a prisoner of its own subjectivity, resulting in two main characteristics, namely pluralism and relativism. This study analyzes the postmodern view that is implemented in Christian education in Indonesia. The method used in this article is a literature study by using philosophical biblical glasses to analyze postmodern views. The result is that postmodern moral education (such as transcendentalism and idealism) has some useful and some negative aspects that should be considered for planning moral education and curriculum development for Christian education in Indonesia. Satu elemen paling penting dari postmodernitas adalah tumbuhnya kesadaran akan keragaman dan potensi ketidakterbandingan dari berbagai bentuk kehidupan budaya yang menopang kelompok dan individu dan membahas penolakan postmodernis bahwa postmodernisme secara inheren apatis atau bermusuhan dengan tindakan sosial atau politik. Postmodernisme merupakan reaksi terhadap cita-cita epistemologis modernitas. Postmodernisme didasarkan pada sudut pandang manusia yang terbatas, dan dengan demikian menjadi tawanan subyektivitasnya sendiri, menghasilkan dua karakteristik utama, yaitu pluralisme dan relativisme. Kajian ini menganalisis pandangan postmodern yang diimplementasikan pada pendidikan Kristen di Indonesia. Metode yang digunakan pada artikel ini adalah studi literatur dengan memanfaat kacamata biblis filosofis untuk menganalisa pandangan postmodern. Hasilnya adalah pendidikan moral postmodern (seperti transendentalisme dan idealisme) memiliki beberapa aspek yang berguna dan beberapa negatif yang harus dipertimbangkan untuk perencanaan pendidikan moral dan pengembangan kurikulum pendidikan Kristen di Indonesia.
Roh Kudus dan Gereja: Suatu Pendekatan Biblis dan Implikasinya bagi Pertumbuhan Gereja di Indonesia Recky Pangumbahas; Chandra Gunawan; Robby Repi
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 2 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.2 (October 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v2i2.51

Abstract

Gereja hadir di bumi adalah cerminan kerajaan Allah yang nyata dibumi ini. Adanya gereja di bumi ini adalah karya Allah sendiri, seperti Allah menciptakan bumi ini dan dengan segala yang ada didalamnya, sama juga seperti Allah menjadikan manusia. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang telah disucikan dari segala dosa-dosanya oleh darahNya sendiri. Gereja adalah orang-orang percaya yang telah dipisahkan dari kehidupan yang gelap kepada hidup dalam terang Allah. Gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang telah mengalami kasih Allah secara pribadi. Dan orang-orang percaya ini menjadi umat kesayangan Allah sendiri. Di dalam gereja inilah Allah menyatakan KasihNya dan orang-orang yang percaya didalamNya saling mengamalkan Kasih persaudaraannya yang dapat mempererat dalam persekutuannya sebagai umat kesayanganNya. Gereja bukanlah suatu bangunan secara pkisik, tetapi kumpulan orang-orang percaya yang didalamnya mereka beribadah kepada Allah. Dan Allah berkarya dengan Roh kudusNya didalam gereja untuk membawa orang bertobat dari cara hidup yang gelap kepada terang Allah untuk mengalami Kasih Kristus. Orang-orang percaya kepada Yesus Kristus yang menjadi murid-murid kristus , mereka pun tidak tinggal diam dan terus memberitakan injil Yesus Kristus sebagai kabar baik kepada segala bangsa , karena ini pun perintah Yesus Kristus sebagai Amanat Agung terhadap GerejaNya. Maka sampai sekarang Amanat Agung Yesus Kristus terus dilakukan oleh GerejaNya untuk menjadikan segala bangsa murid-murid Yesus Kristus. Itulah sebabnya Gereja terus bertumbuh dan berkembang meskipun ada hambatan dan rintangan , meskipun ada aniaya dan ada yang mati sahid terhadap orang-orang percaya. Hal ini tidak dapat menghambatnya sampai Yesus Kristus datang kembali kedunia pada kedua kalinya untuk mengangkat GerejaNya
Sabat Dan Bekerja: Suatu Perspektif Teologi Kerja Recky Pangumbahas; Pieter Anggiat Napitupulu
RERUM: Journal of Biblical Practice Vol. 1 No. 1 (2021): RERUM: The Journal of Biblical Practice
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Moriah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (912.244 KB) | DOI: 10.55076/rerum.v1i1.1

Abstract

This article aims to find the meaning of the Sabbath in the working life of God's people and servants. How the correlation between routine and work pressure of working people has an impact on mental health, so that it has an impact on decreasing the quality and quantity of work. This turns out to be very much related to rest, which the Bible appears with the word Sabbath. The method used is literature review analysis. The results of this study are that everyone needs to observe the Sabbath as part of refreshing mental health, where the Sabbath is the direction for people to meet God and resign from their busyness and work.   Artikel ini bertujuan untuk menemukan makna Sabat dalam kehidupan bekerja umat dan pelayan Tuhan. Bagaimana korelasi rutinitas dan tekanan kerja orang bekerja berdampak pada kesehatan mental , sehingga berdampak pada menurunnya kualitas dna kuantitas kerja. Hal ini ini ternyata sangat terkait dengan istirahat, yang dimana di Alkitab dimunculkan dengan kata Sabat. Metode yang digunakan adalah analisis literature review. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa setiap orang perlu melakukan Sabat sebagai bagian dari menyegarkan kesehatan mental, dimana Sabat menjadi arah umat untuk berjumpa kepada Tuhan dan mengundurkan diri dari kesibukan da pekerjaannya.