Lis Nurrani
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KANDUNGAN BAHAN AKTIF DAN TOKSISITAS TUMBUHAN HUTAN ASAL SULAWESI UTARA YANG BERPOTENSI SEBAGAI OBAT Nurrani, Lis; Kinho, Julianus; Tabba, Supratman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfaatan plasma nutfah sebagai sumber bahan obat merupakan bentuk kearifan tradisional yang diadopsi oleh masyarakat pada daerah tertentu dan identik dengan warisan turun-temurun. Makalah ini mendeskripsikan aspek etnobotani masyarakat Sulawesi Utara (Suku Minahasa, Mongondow dan Sangihe) dalam memanfaatkan sumberdaya alam hayati dari beberapa spesies tumbuhan hutan untuk pengobatan penyakit kanker secara tradisional, yang kemudian dibuktikan secara ilmiah melalu identifikasi kandungan bahan aktif dan toksisitasnya menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat lokal Sulawesi Utara telah memanfaatkan bagian tertentu (seperti batang, kulit dan daun) dari 14 jenis tumbuhan hutan dalam pengobatan anti kanker dan penyakit lainnya. Ekstrak herbal dari kulit lawang (Cinnamomum cullilawan Bl) diidentifikasi mengandung senyawa alkaloid, sedangkan senyawa flavonoid terdeteksi pada ekstrak daun lingkube (Dischidia imbricata Steud) daun yantan (Blumea chinensis Dc), kulit ketapang (Terminalia catappa L), kulit kayu manumpang (Loranthus globulus Jacq), batang tanduk rusa, akar kayu gimto (Ligodyum sp.) akar rumput balsam ( Polygala paniculata L) dan akar cakar kucing (Acalypha indica L). Daun luhu (Crotalaria retusa L) dan kuhung-kuhung (Crotalaria striata Dc) mengandung senyawa steroid dan tanin. Sebanyak 9 dari 12 ekstrak n-butanol mampu memberikan efek toksik terhadap larva Artemia salina Leach yang ditandai melalui nilai LC50 kurang dari 1000 ppm. Nilai LC50  terkecil didapatkan dari ekstrak petroleum eter daun kuhung-kuhung (Crotalaria striata Dc) sebesar 68,33ppm dimana nilai ini mendekati standar efektifitas komponen bioaktif untuk melawan sel kanker berdasarkan kategori National Cancer Institute Amerika.
PEMANFAATAN BATANG PISANG (Musa sp.) SEBAGAI BAHAN BAKU PAPAN SERAT DENGAN PERLAKUAN TERMO-MEKANIS Nurrani, Lis
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 1 (2012):
Publisher : Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3010.608 KB)

Abstract

Limbah pertanian merupakan salah satu bahan penghasil serat yang berpotensi sebagai pengganti kayu. Penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi potensi batang pisang sebagai bahan baku papan serat melalui sifat fisis dan mekanis papan serat. Pemisahan serat dilakukan dengan perlakuan termo-mekanis pada suhu 60°C, 80°C dan 100°C, dan penambahan perekat 4% dan 0% dari berat kering tanur serat. Pembentukan lembaran dengan proses basah, dilanjutkan dengan kempa hidrolik kemudian kempa panas pada suhu 185°C, tekanan 50 kg/cm² selama10 menit. Hasil penelitian menunjukkan rendemen pulp 35,76% dimana sifat fisis dan mekanis papan serat memenuhi standar FAO 1966 dan JIS A 5908-2003 kecuali penyerapan airnya yang sangat tinggi. Penambahan perekat 4% tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan kualitas papan serat. Perlakuan suhu perebusan serpih,memberikan pengaruh nyata, dimana semakin tinggi suhu kualitas papan semakin baik. Kualitas papan serat terbaik didapatkan dari perlakuan suhu perebusan serpih 100°C.
Institution and Communities Participation in the Conservation Of Mangrove/Case Study in Tiwoho Village, North Province Nurrani, Lis; Bismark, M; Tabba, Supratman
Jurnal Wasian Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Wasian
Publisher : Balai Penelitian Kehutanan Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jwas.v2i1.866

Abstract

Institutional and community participation is an important aspect being the main pillar in the implementation of the rehabilitation of mangroves. There is rarely any failure in the mangrove rehabilitation because it is not supported by the institutional role to its full potential. This research aimed to inventory the role of institutions and community participation in mangrove conservation in the coastal zone, Tiwoho Village, North Sulawesi Province. Selection of study areas and respondents done by purposive sampling. Data colected by field observation and structured interview with key respondents by using the snawball method. Research showed that some institutions has a major contribution in initiating mangrove conservation in Tiwoho are public figures, village government, NGOs, religious institutions, institutions of formal education, and foreign researcher. The form of community participation in conserving mangrove among others are not cut down of mangrove wood for any reason planting seeds every oportunity and keep mangrove from other community disturbances. Several method of management are expected to be inspiration for stakeholders to be able developed a mangrove forest management system in different place which have similar characteristics.
Ethnic Influence Against Land Use Patterns and Its Contribution to Community Income in The Aketajawe Lolobata National Park (Pengaruh Etnis Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan Dan Kontribusinya Bagi Pendapatan Masyarakat Di Taman Nasional Aketajawe Lolobata) Nurrani, Lis; Halidah, Halidah; Tabba, Supratman
Jurnal Wasian Vol 2, No 2 (2015): Jurnal Wasian
Publisher : Balai Penelitian Kehutanan Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jwas.v2i2.839

Abstract

Buffer zone management is an integrated practice of managing forest and agriculture land based on biophysical nature of region and social-culture combination to obtain an optimum forest and agriculture products that support local livelihood economy. The study was to identify the community land use patterns that shapes the buffer zone of Aketajawe Lolobata National Park particularly at Aketajawe block. Sampling villages were determined by stratification based on the distance from the National Park boundary which varied between <3,3-5, and > 5 km. The purposive random sampling was chosen 82 respondents to be interviewed. Land use pattern which applied by communities were divided into six groups according to cultivated commodities i.e. community forest, mixed garden, monoculture garden, intercropping garden, horticulture and rice fields. The differences of these patterns were influenced by background and origin of communities. The indigenous people of Halmahera island used their land as mixed garden while the settler used theirs as rice field and horticulture. Based on the land cover quality, mixed garden pattern was more similar to forest vegetation than another pattern. Rice field pattern gave the largest economic contribution while community forest gave the lowest contribution to the farmer’s income.