Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR PENATALAKSANAAN KEBUTUHAN TENAGA FUNGSIONAL BIDAN TERHADAP PELAYANAN KEBIDANAN DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN 2021 Neila Sulung; Titik Sandora
HUMAN CARE JOURNAL Vol 7, No 1 (2022): Human Care Journal
Publisher : Universitas Fort De Kock

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32883/hcj.v7i1.1449

Abstract

Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan kesehatan. Pengadaan sumber daya manusia kesehatan bertujuan untuk menetapkan jumlah dan jenis tenaga yang sesuai dengan kebutuhan.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penatalaksanaan kebutuhan tenaga fungsional bidan terhadap pelayanan kebidanan di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2021.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional . Populasi dalam penelitian ini yaitu Bidan PNS yang bertugas di Puskesmas se-Kabupaten Padang Pariaman yaitu sebanyak 427 orang  dan Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 89 orang.Hasil  uji  chi-square  menunjukkan   pengadaan tenaga fungsional bidan terpenuhi (55,1%) dan  pengadaan tenaga fungsional bidan tidak terpenuhi ( 44,9%). penempatan tenaga fungsional bidan sesuai  (65,2%) dan  penempatan tenaga fungsional bidan tidak sesuai ( 34,8%). penggunaan tenaga fungsional bidan yang sesuai (61,8%) dan  penggunaan tenaga fungsional bidan yang tidak sesuai  ( 38,2%). pengembangan tenaga fungsional bidan ada peningkatan  (56,2%) dan  pengembangan tenaga fungsional bidan belum ada peningkatan ( 43,8%). pemeliharaan tenaga fungsional bidan baik  (70,0%) dan  pemeliharaan tenaga fungsional bidan tidak baik ( 29,2%). Terdapat hubungan yang bermakna antara, pengadaan, penempatan, penggunaan, pengembangan dan pemeliharan terhadap kualitas pelayanan kebidanan dengan p-value <0,05. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi penatalaksanaan kebutuhan tenaga fungsional bidan terhadap pelayanan kebidanan  adalah penggunaanPerencanaan kebutuhan tenaga fungsional bidan sudah di rencanakan dengan menggunakan aplikasi renbut. Pelaksanaan dari penatalaksanaan tenaga fungsional bidan tenaga sudah di tempatkan sesuai sk dan jenjang jabatan yang ada di sk, evaluasi pelaksanaan jabatan fungsional bidan sudah sesuai dengan menggunakan SKP masing masing tenaga.Kata Kunci          : Kebutuhan Tenaga Fungsional Bidan, Kualitas Pelayanan Kebidanan 
PERBEDAAN REAKSI PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH WHOOLE BLOOD (WB) DAN PACKED RED CELL (PRC) PADA PASIEN SECTIO CAESARE neila sulung
HUMAN CARE JOURNAL Vol 1, No 3 (2016): Human Care Journal
Publisher : Universitas Fort De Kock

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.043 KB) | DOI: 10.32883/hcj.v1i3.29

Abstract

Transfusion reaction is the reaction of the recipient's body to blood donors, blood transfusion reactions can be mild to severe, and could be either fast, medium and slow. Hospital Dr. Achmad Darwis District Lima Puluh Kota every month UTDRS blood for transfusion are 45 to 55 bags. Survey of 30 patients who received a blood transfusion, there are 10 people have reactions such as fever of 4 people, as many as 4 people dizzy, urtikariat (itching) as much as one person and as many as three people shivering. The aim of research to find out the difference Reaction Giving Whoole Blood Transfusion Blood (WB) and Packed Red Cell (PRC) in Patients Sectio Caesare (SC). Type pre-experimental study, the design of Static Group Comparison. The population was patients post SC who receive blood transfusion, with sampling purposive sampling of 20 people. The data collection was done by direct observation, then processed and analyzed using independent t-test. Results that the average transfusion reactions in patients receiving blood transfusions WB is 1.30 and the patients who receive blood transfusion PRC is 0.40. The results of the bivariate no difference Whoole blood transfusion reaction Blood (WB) and Packed Red Cell (PRC) in Patients with Post Sectio Caesarea (SC) (p = 0.009). It was concluded that there is a difference of transfusion reactions in blood transfusions WB and blood transfusions PRC. Expected to medicine and nurse to be more selective in giving blood transfusions to patients and intensive control of blood transfusion process , so that a transfusion reaction can be immediately known. . Keywords: transfusion reactions, Whoole Blood (WB), Packed Red Cell (PRC)  Reaksi Transfusi adalah reaksi tubuh resipien terhadap darah donor, reaksi transfusi darah dapat ringan sampai berat, dan dapat berupa reaksi cepat, sedang, dan lambat. RSUD Dr. Achmad Darwis Kabupaten Lima Puluh Kota setiap bulannya UTDRS mengeluarkan darah untuk transfusi berjumlah 45 sampai 55 kantong. Survey terhadap 30 orang pasien yang mendapatkan transfusi darah, terdapat 10 orang mengalami reaksi berupa demam sebanyak 4 orang, pusing sebanyak 4 orang, menggigil sebanyak 3 orang dan urtikariat (gatal-gatal) sebanyak 1 orang. Tujuan penelitian untuk mengetahui Perbedaan Reaksi Pemberian Transfusi Darah Whoole Blood (WB) dan Packed Red Cell (PRC) pada Pasien Sectio Caesare (SC). Jenis penelitian pra eksperimen, dengan rancangan Statis Group Comparison. Populasi adalah pasien post SC yang mendapatkan transfusi darah, dengan pengambilan sampel secara purposive sampling sebanyak 20 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, kemudian diolah dan dianalisa menggunakan t-test independent. Didapatkan hasil rata- rata  reaksi  transfusi  pada  pasien  yang  mendapatkan  transfusi  darah  WB  adalah  1,30  dan  pasien  yang mendapatkan transfusi darah PRC adalah 0,40. Terdapat perbedaan reaksi pemberian transfusi darah Whoole Blood (WB) dan Packed Red Cell (PRC) pada Pasien Post Sectio Caesarea (SC) (p = 0,009). Disimpulkan bahwa ada perbedaan reaksi transfusi pada transfusi darah WB dan transfusi darah PRC. Diharapkan dokter dan perawat agar lebih selektif dalam memberikan darah transfusi pada pasien dan intensif dalam mengontrol proses transfusi darah, sehingga adanya reaksi transfusi dapat segera diketahui. Kata Kunci : Reaksi Transfusi, Whoole Blood (WB), Packed Red Cell (PRC)
FACTORS ASSOCIATED WITH MENARCHE AT SEVENTH GRADE STUDENTS IN JUNIOR HIGH SCHOOL 1 AMPEK ANGKEK AMPEK ANGKEK neila sulung
HUMAN CARE JOURNAL Vol 2, No 3 (2017): Human Care Journal
Publisher : Universitas Fort De Kock

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.284 KB) | DOI: 10.32883/hcj.v2i3.92

Abstract

Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita. Usiayang mendapat menarche bervariasi yaitu antara usia 10-16 tahun, rata-rata usia menarche di Indonesia adalah 13 tahun. Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap siswi kelas VII di SMPN 1 Ampek Angkek terdapat siswi yang mengalami menarche pada usia kurang dari 10 tahun (20%), 10 tahun (40%), 11 tahun (10%) dan 12 tahun (10%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1Ampek Angkek. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan jenis penelitian kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 144 orang dan sampelnya  59  orang  dan  cara  pengambilan  sampel  dengan  menggunakan  Metode  Simple Random Sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2017. Pengukuran data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Analisis data pada penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi dan uji Chi-square. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) (p = 0,001) nilai OR 0,042, paparan media massa (p = 0,018) nilai OR 6,039 dan aktivitas fisik (p = 0,023) nilai OR 4,950 dengan menarche pada siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Ampek Angkek. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang sangat bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan menarche. Disarankan perlu adanya penyuluhan kesehatan kepada siswi untuk menjaga kesehatan reproduksi, asupan gizi yang seimbang, dan olahraga yang rutin.
PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PRA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NILAM SARI Liffia Oka Lydia; Neila Sulung; Adriani Adriani
Collaborative Medical Journal Vol 5 No 1 (2022): Januari
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/cmj.v5i1.2901

Abstract

Based on the health profile of Sumatra Barat Province, the prevalence of hypertension sufferers in Sumatra Barat was almost close to the national figure. This indicates that hypertension in Sumatra Barat needs serious attention. Continuous treatment can be done by applying the DASH diet (Dietary Approach to Stop Hypertension) by consuming potassium-rich foods like banana. Therefore, a study was conducted to determine the effect of giving Cavendish banana to decrease blood pressure in pre-hypertensive elderly in the working area of ​​Puskesmas Nilam Sari. The study population was 38 pre-elderly people (45-59 years) using a purposive sampling technique as many as 20 pre-elderly people who met the inclusion criteria. The results showed that the average systolic value before giving Cavendish banana was 148.75 mmHg and the diastolic was 85.55 mmHg. The mean systolic value after giving Cavendish banana was 132.25 mmHg with the diastolic value was 72.25 mmHg. The p-value (0.0001<0.05) means that there was a significant effect on diastolic blood pressure in pre-elderly between before and after giving Cavendish banana. It can be concluded that the Cavendish banana can be used as an alternative diet for reducing blood pressure in pre-aged hypertension non-pharmacologically.
INISISASI MENYUSU DINI, KEANEKARAGAMAN MAKANAN DAN JAMINAN KESEHATAN TERHADAP KEJADI STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT TAHUN 2019 Eni Yuliawati; Neila Sulung; Evi Hasnita
HUMAN CARE JOURNAL Vol 4, No 3 (2019): Human Care Journal
Publisher : Universitas Fort De Kock

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32883/hcj.v4i3.480

Abstract

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Stunting di Asia Tenggara tahun 2015 sebanyak 59 juta anak, sedangkan di Afrika 60 juta anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan dan jaminan kesehatan dengan kejadian stunting di Kabupaten Mentawai. Jenis penelitian  ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain case control dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2019. Populasi penelitian berjumlah 2955 anak sampel dalam penelitian ini anak usia 24-59 bulan di kabupaten kepulauan Mentawai. Analisa yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik chi square untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu inisiasi menyusu dini dengan P value 0.004 (OR: 11.11), keanekaragaman makanan P value 0.004 (OR:11.11) dan jaminan kesehatan P value 0.79 kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan sedangkan jaminan kesehatan tidak berhubungan dengan kejadian stunting. 
Implementation of Technology-Based Cooperative Information Systems: Reflections on the International PKM Visit Hasnita, Evi; Cici Aprilliani; Efriza; Neila Sulung; Zuranda; Yelmi Reni Putri; Ratna Dewi
Journal of Community Service and Application of Science Vol. 4 No. 1 (2025): COMMUNITY SERVICE AND APPLICATION SCIENCE (JCSAS)
Publisher : KPN Kopertis X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62769/fpyjmb35

Abstract

An international Community Service (PKM) activity provides strategic insights into the development of a digital technology-based cooperative information system. This study reflects the results of an academic visit to Malaysian national cooperatives, specifically ANGKASA, which has successfully implemented a technology-based integrated cooperative information system. This reflection identified best practices in member management, transaction recording, and digital financial reporting. The findings indicate that cooperative digitalization not only improves management efficiency and organizational transparency but also strengthens cooperative competitiveness at the national and regional levels. This PKM activity strengthens collaboration between universities and the cooperative movement in supporting the digital transformation of Indonesian cooperatives. The implications of this visit are expected to serve as a reference for the development of cooperative information systems in the academic environment and the wider community.