Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni

GAMBARAN KECEMASAN EVALUATIF PADA MAHASISWA Chaterine Angellim; Monty P. Satiadarma; Untung Subroto
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v4i2.7536.2021

Abstract

Test anxiety is a set of cognitive, behavioral, and physiological responses which are followed by concerns about the possible negative outcomes of failure on the test or similar evaluative conditions. Excessive degree of test anxiety can result in negative impacts including poor school performance, poor examination performance, mental distress, cognitive impairment, and poor health. This study was aimed to find out test anxiety level experience by college students. This study uses quantitative approach with 207 students from one of private univerity in Jakarta. Data was collected using the Test Anxiety Inventory. The results showed that from 207 participants, there were 119 (57%) students with low test anxiety levels, 85 (41%) students with moderate test anxiety levels, 3 (1%) students with high test anxiety levels.Test anxiety atau kecemasan evaluatif adalah kumpulan dari respon perilaku, kognitif, dan fisiologis yang disertai dengan kehawatiran akan kemungkinan konsekuensi negatif dari kegagalan pada tes atau situasi evaluatisf yang serupa. Kecemasan evaluatif yang tinggi dapat berdampak negatif bagi penyandangnya seperti misalnya prestasi sekolah yang rendah, performa tes yang buruk, gangguan kognitif, kesehatan yang buruk dan tekanan psikologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecemasan evaluatif pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 207 mahasiswa universitas swasta X di Jakarta. Pengukuran kecemasan evaluatif menggunakan Test Anxiety Inventory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 207 partisipan, terdapat 119 (57%)  mahasiswa dengan tingkat kecemasan evaluatif rendah, 85 (41%) mahasiswa dengan tingkat kecemasan evaluatif sedang, 3 (1%) mahasiswa dengan tingkat kecemasan evaluatif tinggi
PENERAPAN ART THERAPY UNTUK MENGURANGI GEJALA DEPRESI PADA NARAPIDANA Andy Saputra; Sandi Kartasasmita; Untung Subroto
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v2i1.1599

Abstract

Narapidana yang menjalani hukuman pertama kali memiliki perasaan takut dan kekhawatiran akan kekerasan dibandingkan dengan narapidana yang telah berulangkali dipenjara, narapidana yang menjalani hukuman di atas lima tahun memiliki beban yang besar yang dapat memicu tingkat kecemasan, depresi dan psikosomatis. Salah satu dampak yang dialami narapidana adalah depresi yang merupakan gangguan dengan ciri-ciri perasaan sedih yang berkelanjutan hampir setiap hari, tidak tertarik untuk melakukan aktivitas apapun dan bahkan keinginan untuk membunuh diri. Art therapy ditemukan dapat mengurangi keparahan simptom depresi secara signifikan. Dengan ini, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan art therapy dapat mengurangi gejala depresi pada narapidana yang dihukum pertama kali dengan hukuman di atas lima tahun. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Teknik pengambilan sampel purposive sampling dilakukan dengan memberikan alat ukur Patient Health Questionnaire – 9 (PHQ-9) untuk melihat tingkat depresi dan partisipan diseleksi apabila termasuk dalam golongan mild atau moderate. Lima dari dua puluh partisipan terpilih (2 partisipan dengan tingkat moderate dan 3 partisipan dengan tingkat mild) dan peneliti mengambil data individual menggunakan wawancara, Draw a Person Test, Baum, House-tree-person, dan Wartegg test untuk membantu peneliti berinteraksi dalam kelompok. Setelah enam sesi intervensi, ditemukan bahwa terdapat pengurangan pada tingkat gejala depresi, lima partisipan hanya memiliki simtom minimal.
GAMBARAN KONTROL DIRI PADA PENDERITA OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER DI MASA PANDEMI COVID-19 Cherise Ventresca; Debora Basaria; Untung Subroto
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 6 No. 2 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i2.18782.2022

Abstract

Pandemi COVID-19 ditemukan dapat memperburuk gangguan Obsessive Compulsive Disorder (OCD), khususnya pada penderita OCD jenis cleaning. OCD adalah gangguan yang ditandai dengan munculnya pikiran atau gambaran yang mengganggu dan/atau perilaku berulang yang dilakukan oleh individu sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan. Penderita OCD umumnya merasa tidak memiliki kontrol atas diri mereka sendiri. Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan pikiran, perasaan, dan perilakunya dalam menahan atau mengesampingkan keinginannya. Penderita OCD harus memiliki kontrol diri untuk mengatasi obsesi dan/atau kompulsi yang mereka alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kontrol diri pada penderita OCD di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan subjek penelitian ini terdiri dari 3 orang penderita OCD jenis cleaning berusia 20-40 tahun yang berdomisili di Jabodetabek. Berdasarkan hasil penelitian, dari 3 aspek yang terkandung dalam kontrol diri hanya 1 aspek yang dipenuhi oleh ketiga subjek dalam penelitian ini, yaitu kontrol kognitif. Ketiga subjek dalam penelitian ini memenuhi aspek kontrol kognitif dengan melakukan self-reassurance, mempertimbangkan dampak dari perilaku kompulsif, dan mengevaluasi sisi positif dari situasi yang sedang mereka hadapi. Sedangkan 2 aspek kontrol diri lainnya, yaitu kontrol perilaku hanya dipenuhi oleh 1 dari 3 orang subjek dan kontrol keputusan hanya dipenuhi oleh 2 dari 3 orang subjek. The COVID-19 pandemic has been found to exacerbate Obsessive Compulsive Disorder (OCD), especially in cleaning-type OCD sufferers. OCD is a disorder characterized by the appearance of disturbing thoughts or images and/or repetitive behaviors performed by individuals in an attempt to reduce anxiety. People with OCD generally feel they have no control over themselves. Self-control is the ability of individuals to control their thoughts, feelings, and behavior in restraining or overriding their desires. People with OCD must have self-control to deal with their obsessions and/or compulsions. The purpose of this study was to provide an overview of self-control in patients with OCD during the COVID-19 pandemic. This study used a qualitative method and the research subjects consisted of 3 people with cleaning type OCD aged 20-40 years who live in the Greater Jakarta area. Based on the results of the study, of the 3 aspects contained in self-control, only 1 aspect was fulfilled by the three subjects in this study, namely cognitive control. The three subjects in this study fulfilled aspects of cognitive control by doing self-reassurance, considering the impact of compulsive behavior, and evaluating the positive side of the situation they were facing. While the other 2 aspects of self-control, namely behavioral control is only fulfilled by 1 of 3 subjects and decisional control is only fulfilled by 2 of 3 subjects.