Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

EFEK ANALGESIK FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL DAUN MINDI (Melia azedarach L.) PADA MENCIT JANTAN Indah Purwantini,; Purwantiningsih Purwantiningsih; Oktavia Eka Puspita
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 4 No. 2 (2007)
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTIndonesia has a lot of traditional medicines, which people used long time ago, one of theseis mindi (Melia azedarach L.). It have been known that ethanolic extract of mindi leaves hasanalgesic effect greater than paracetamol at dose 6.44 mg/kgBW and 12.89 mg/kgBW. Thisresearch conducted to find out the effectiveness ethanolic fraction of ethanolic extract as ananalgesic. The research was carried out in completely random one way design, used 35 micewhich have been fasted for 24 hours. The mice were divided into 7 groups i.e. negative control,positive control and 5 testing groups (in different doses). Fifteen minutes after injected with thefractions of mindi, the mice were given acetic acid 0.5% intraperitoneally injection. The cumulativewrithe reflects were calculated in every 5 minutes for one hour and were counted the protectionpercentage. Results showed that the ethanol fractions doses 12,88-103,04 mg/kgBW of mindileaves have the analgesic effect in mice and gave protection percentage 30.93-71.61%. Thechromatograms of TLC indicated that the fraction contain flavonoids and phenolic compounds.Key words: ethanol fraction of mindi, analgesic effect, TLC profile
Optimasi Formula Nanoemulsi Nifedipin Dengan Metode Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) Zalfa Hibatullah Rahadatul Aisy; Oktavia Eka Puspita; Alvan Febrian Shalas
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pji.2021.006.02.3

Abstract

Nifedipin adalah obat golongan calcium channel blocker yang digunakan untuk terapi angina pektoris dan hipertensi. Nifedipin memiliki kelarutan yang rendah dalam air dan bioavailabilitas yang rendah. Berdasarkan penggolongan Biopharmaceutical Classification System (BCS), nifedipin termasuk dalam kelas II. Salah satu cara untuk meningkatkan kelarutan nifedipin adalah membuat formulasi nanoemulsi nifedipin. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nanoemulsi nifedipin yang optimal menggunakan metode Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). SNEDDS merupakan campuran isotropik dari fase minyak, surfaktan, dan kosurfaktan yang akan membentuk nanoemulsi minyak dalam air saat ditambahkan media aqueous dengan sedikit pengadukan. Nanoemulsi nifedipin diperoleh melalui formula SNEDDS yang terdiri dari castor oil sebagai fase minyak, Croduret 50SS dan Span 80 sebagai surfaktan, dan PEG 400 sebagai sebagai kosurfaktan dengan rasio fase minyak:surfaktan:kosurfaktan sebesar 1:6:3. Hasil karakterisasi SNEDDS nifedipin yang optimal menunjukkan karakteristik organoleptik homogen, berwarna kuning, jernih, kental, memiliki aroma khas SNEDDS, persen transmitansi sebesar 98,37 ± 0,49%, waktu emulsifikasi dalam akuades dan dalam HCl 0,1 N berturut-turut sebesar 14,09 ± 1,05 detik dan 11,38 ± 0,66 detik, ukuran globul sebesar 24,05 ± 0,02 nm, indeks polidispersitas sebesar 0,277 ± 0,0038, pH sebesar 6,95, loading dose capacity sebesar 50 mg nifedipin dalam 1 g SNEDDS dan kadar nifedipin dalam formula SNEDDS sebesar 9,857 ± 0,345 mg/g. Uji stabilitas termodinamika dan uji stabilitas on going menunjukkan bahwa sediaan stabil. Kata kunci: nanoemulsi, SNEDDS, nifedipin, optimasi
Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Surfaktan Non Ionik terhadap Karaktersitik Niosom Pterostilben Kartika Zulfa; Ferri Widodo; Oktavia Eka Puspita
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol. 6 No. 1 (2020)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pji.2020.006.01.4

Abstract

Radiasin sinar UV yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan kulit hingga melanoma, khususnya sinar UVB. Efek kronis dari paparan sinar UVB yang berlebih dapat menginduksi mutasi gen, karena langsung menyebabkan kerusakan pada DNA seluler dengan memproduksi ROS di epidermis, dermis dan sel epitelium kulit. Penggunaan tabir surya sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Tabir surya yang mengandung antioksidan sangat direkomendasikan untuk menangkal radikal bebas dari sinar UVB. Pterostilben merupakan salah satu senyawa fenolik, yang memiliki aktivitas farmokologi antioksidan dan UV filter menjadi salah satu senyawa yang direkomendasikan untuk komponen tabir surya. Untuk meningkatkan efek farmakologi pterostilben pada penggunaan topikal, pterostilben perlu diformulasikan sistem penghantaran. Niosom merupakan vesikel surfaktan non ionik menjadi salah satu sistem pembawa amfifilik yang dapat  membawa bahan aktif bersifat hidrofobik seperti pterostilben, diharapkan mampu meningkatkan efek farmakologi dengan meningkatkan penetrasi pterostilben ke kulit. Pembuatan niosom pterostilben menggunakan surfakan non ionik (span 80 dan span 60) dengan metode hidrasi lapis tipis. Tujuan dari pengembangan formulasi niosom pterostilben adalah untuk melihat pengaruh konsentrasi surfaktan non ionik (span 80 dan span 60), yaitu 2, 4, dan 6 g terhadap ukuran partikel yang dihasilkan dan menentukan formulasi optimum. Hasil uji karakteristik ukuran partikel niosom pterostilben dianalisis statistik menggunakan One-Way ANOVA dengan p<0,05. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran niosom pterostilben semakin kecil dengan peningkatan konsentrasi span 60. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan formulasi optimum niosom pterostilben yaitu pada penggunaan span 60 dengan konsentrasi 6 g.
Optimasi Formula Nanoemulsi Nifedipin Dengan Metode Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) Zalfa Hibatullah Rahadatul Aisy; Oktavia Eka Puspita; Alvan Febrian Shalas
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pji.2021.006.02.3

Abstract

Nifedipin adalah obat golongan calcium channel blocker yang digunakan untuk terapi angina pektoris dan hipertensi. Nifedipin memiliki kelarutan yang rendah dalam air dan bioavailabilitas yang rendah. Berdasarkan penggolongan Biopharmaceutical Classification System (BCS), nifedipin termasuk dalam kelas II. Salah satu cara untuk meningkatkan kelarutan nifedipin adalah membuat formulasi nanoemulsi nifedipin. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nanoemulsi nifedipin yang optimal menggunakan metode Self-Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). SNEDDS merupakan campuran isotropik dari fase minyak, surfaktan, dan kosurfaktan yang akan membentuk nanoemulsi minyak dalam air saat ditambahkan media aqueous dengan sedikit pengadukan. Nanoemulsi nifedipin diperoleh melalui formula SNEDDS yang terdiri dari castor oil sebagai fase minyak, Croduret 50SS dan Span 80 sebagai surfaktan, dan PEG 400 sebagai sebagai kosurfaktan dengan rasio fase minyak:surfaktan:kosurfaktan sebesar 1:6:3. Hasil karakterisasi SNEDDS nifedipin yang optimal menunjukkan karakteristik organoleptik homogen, berwarna kuning, jernih, kental, memiliki aroma khas SNEDDS, persen transmitansi sebesar 98,37 ± 0,49%, waktu emulsifikasi dalam akuades dan dalam HCl 0,1 N berturut-turut sebesar 14,09 ± 1,05 detik dan 11,38 ± 0,66 detik, ukuran globul sebesar 24,05 ± 0,02 nm, indeks polidispersitas sebesar 0,277 ± 0,0038, pH sebesar 6,95, loading dose capacity sebesar 50 mg nifedipin dalam 1 g SNEDDS dan kadar nifedipin dalam formula SNEDDS sebesar 9,857 ± 0,345 mg/g. Uji stabilitas termodinamika dan uji stabilitas on going menunjukkan bahwa sediaan stabil. Kata kunci: nanoemulsi, SNEDDS, nifedipin, optimasi
Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Surfaktan Non Ionik terhadap Karaktersitik Niosom Pterostilben Kartika Zulfa; Ferri Widodo; Oktavia Eka Puspita
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol. 6 No. 1 (2020)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pji.2020.006.01.4

Abstract

Radiasin sinar UV yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan kulit hingga melanoma, khususnya sinar UVB. Efek kronis dari paparan sinar UVB yang berlebih dapat menginduksi mutasi gen, karena langsung menyebabkan kerusakan pada DNA seluler dengan memproduksi ROS di epidermis, dermis dan sel epitelium kulit. Penggunaan tabir surya sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Tabir surya yang mengandung antioksidan sangat direkomendasikan untuk menangkal radikal bebas dari sinar UVB. Pterostilben merupakan salah satu senyawa fenolik, yang memiliki aktivitas farmokologi antioksidan dan UV filter menjadi salah satu senyawa yang direkomendasikan untuk komponen tabir surya. Untuk meningkatkan efek farmakologi pterostilben pada penggunaan topikal, pterostilben perlu diformulasikan sistem penghantaran. Niosom merupakan vesikel surfaktan non ionik menjadi salah satu sistem pembawa amfifilik yang dapat  membawa bahan aktif bersifat hidrofobik seperti pterostilben, diharapkan mampu meningkatkan efek farmakologi dengan meningkatkan penetrasi pterostilben ke kulit. Pembuatan niosom pterostilben menggunakan surfakan non ionik (span 80 dan span 60) dengan metode hidrasi lapis tipis. Tujuan dari pengembangan formulasi niosom pterostilben adalah untuk melihat pengaruh konsentrasi surfaktan non ionik (span 80 dan span 60), yaitu 2, 4, dan 6 g terhadap ukuran partikel yang dihasilkan dan menentukan formulasi optimum. Hasil uji karakteristik ukuran partikel niosom pterostilben dianalisis statistik menggunakan One-Way ANOVA dengan p<0,05. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran niosom pterostilben semakin kecil dengan peningkatan konsentrasi span 60. Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan formulasi optimum niosom pterostilben yaitu pada penggunaan span 60 dengan konsentrasi 6 g.