Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Status Resistensi Walang Sangit (Leptocorisa acuta F.) Terhadap Insektisida Sintetik dan Kepekaannya Terhadap Beauveria bassiana Pada Tanaman Padi Miftah Farid As’ad; FNU Kaidi; Mochamad Syarief
Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences Vol 2 No 1 (2018): MARET
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/agriprima.v2i1.80

Abstract

Walang sangit merupakan hama utama tanaman padi. Penanggulangan hama ini sering dilakukan dengan Penggunaan insektisida sintetik secara intensif yang berpotensi memacu resistensi, sehingga deteksi resistensi secara dini perlu dilakukan agar status resistensi hama dapat diketahui lebih awal yang bermanfaat dalam menyusun strategi pengendalian hama resisten. Penelitian ini dilakukan di Desa Antirogo, Jember yang menggunakan insektisida sintetik berbahan aktif Fipronil dan di Desa Lombok Kulon, Bondowoso yang menggunakan musuh alami Beauveria bassiana. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari status resistensi walang sangit terhadap Fipronil, kepekaannya terhadap B. bassiana, perkembangan populasi dan intensitas serangan. Data populasi dan intensitas serangan ditampilkan dalam bentuk box-plot. Nisbah resistensi dianalisis dengan Regresi probit. Perbedaan populasi dan intensitas serangan kedua lokasi menggunakan uji Mann-Whitney. Hubungan antara populasi dan intensitas serangan menggunakan korelasi Spearman. Hasil penelitian adalah walang sangit Antirogo telah resisten terhadap insektisida berbahan aktif Fipronil. dengan Nisbah Resistensi 9,33. Walang sangit Antirogo peka terhadap  B. bassiana dengan Nisbah Resistensi 0,28. Intensitas serangan walang sangit Antirogo pada 9 MST dan 10 MST adalah   9,38 ± 15,53 % dan 5,83  ± 11,06%.  Intensitas serangan walang sangit Lombok Kulon pada 9 MST dan 10 MST adalah   2,36  ±  5,85% dan 1,50  ± 5,37%. Populasi walang sangit Antirogo pada 9 dan 10 MST adalah  0,57 ± 0,94 dan 0,37 ± 0,66. Populasi walang sangit Lombok Kulon pada 9 dan 10 MST adalah  0,39 ± 0,53 dan 0,20 ± 0,40
Diversity and Abundance of Natural Enemies of Helopeltis antonii in Cocoa Plantation Related with Plant Pattern and Insecticide Application Mochamad Syarief; Agung Wahyu Susilo; Toto Himawan; A. Latief Abadi
Pelita Perkebunan (a Coffee and Cocoa Research Journal) Vol 33 No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iccri.jur.pelitaperkebunan.v33i2.266

Abstract

Natural enemy is an important factor in management of cacao pests. One way to increase its diversity and abundance is through agroecosystem management techniques that support. The study was conducted for one year from February 2014 to February 2015 in Banjarsari Plantation and a cocoa farm of Kaliwining Experimental Station, Jember, which applied different cropping patterns and use of insecticides. The purpose of this research was to study the effect of cropping pattern and use of insecticide on diversity and abundance of predators, parasitoids, abundance and intensity of Helopeltis antonii attack. Observation of pests and natural enemies was done visually, using sweep net, yellow pan traps, malaise trap and pifall trap. Intensity of the attack used Pedigo & Buntin equations. Diversity index used Shannon Diversity Index (H’) and Simpson’s dominance index (C). Differences in predator abundance, parasitoid, air temperature, relative humidity, light intensity and rainfall used Wilcoxon test. Results of this study showed that monoculture and intensive use of synthetic insecticides caused lower diversity and abundance of predators and parasitoids, while the abundance and intensity of H. antonii attacks were higher compared with polyculture without insecticide. Banjarsari cocoa plantation that applied monoculture and intensive use of synthetic insecticides, had lower diversity and abundance predators and parasitoids compared with cocoa plantation in Kaliwining that applied polyculture planting without using insecticide. Dominant predators in Banjarsari and in Kaliwining cocoa plantations were Dolichoderus thoracicus and Araneus diadematus, while dominant parasitoid in Banjarsari and in Kaliwining cocoa plantations was Araneus diadematus.