This Author published in this journals
All Journal Borobudur
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT Joni Setyawan
Borobudur Vol. 5 No. 1 (2011): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v5i1.86

Abstract

Candi Borobudur sebagai sebuah peninggalan bersejarah bagi bangsa Indonesia sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Penjagaan dan pelestarian candi Borobudur dari unsur manusia maupun alam perlu dilakukan secara intensif dan periodik. Salah satu bentuk antisipasi pencegahan kerusakan yang terjadi adalah dengan melakukan pemantauan stabilitas struktur candi Borobudur terhadap kemungkinan terjadinya deformasi. Dalam hal ini Balai Konservasi Peninggalan Borobudur telah melakukan pemantauan stabilitas candi Borobudur melalui pengukuran yang secara periodik dan berkelanjutan setiap tahun sejak 1983 sampai dengan sekarang. Permasalahannya adalah pengukuran yang selama ini dilakukan belum memperoleh ketelitian yang diharapkan, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap peralatan maupun metode pengukuran yang sudah digunakan. Studi dilakukan pada data hasil pengukuran jarak, sudut, dan beda tinggi pada jaring kontrol deformasi poligon III yang berada di halaman atas candi Borobudur. Peng ukuran jarak dilakukan dengan alat EDM TS Leica TCR 805 U, pengukuran sudut dilakukan dengan alat Theodolit Wild T2 dan TS Leica TCR 805 U, pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat Topcon AT G2 dan Leica Sprinter 200M. Untuk menghitung koordinat titik poligon III menggunakan metode Bowditch dan hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter. Uji kualitas data dilakukan dengan uji statistik berupa uji global. Hasil analisa ketelitian alat menunjukkan bahwa Theodolit Wild T2 mempunyai tingkat ketelitian yang lebih tinggi dari TS Leica TCR 805 U, dan Topcon AT G2 dengan rambu ukur invar mempunyai tingkat ketelitian yang lebih tinggi dari Leica Sprinter 200M dengan rambu ukur barcode. Hasil analisa ketelitian metode hitung perataan menunjukkan bahwa dari metode Bowditch hanya dapat diperoleh ketelitian linier dan koreksi perataan hanya memperhitungkan jarak sisi poligon, sedangkan dari hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter dapat diperoleh ketelitian dari tiap koordinat titik poligon III dan koreksi perataan juga memperhitungkan bobot yang dapat berupa ketelitian alat maupun ketelitian pengukuran, sehingga koordinat yang diperoleh dari hitung perataan metode parameter lebih tepat dan lebih teliti dari hitung perataan metode Bowditch. Hasil uji global data pengamatan yang digunakan tidak mengandung kesalahan tak acak.
KONSOLIDASI FOSIL MENGGUNAKAN RESIN ALAM Leliek Agung Haldoko; Joni Setyawan; Sri Wahyuni; Arif Gunawanarif
Borobudur Vol. 14 No. 2 (2020): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v14i2.244

Abstract

Fosil adalah sisa tulang belulang atau sisa tumbuhan zaman purba yang telah membatu dan tertanam di bawah lapisan tanah. Proses pemfosilan yang tidak berlangsung secara sempurna menyebabkan fosil dalam kondisi rapuh. Kondisi rapuh dikarenakan proses permineralisasi belum selesai sepenuhnya, sehingga terdapat bagian-bagian yang belum tergantikan oleh mineral. Untuk memperkuat ikatan material pada fosil yang rapuh diperlukan tindakan konsolidasi. Bahan-bahan yang diuji untuk konsolidasi fosil adalah gondorukem dan gelatin dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Sebagai pembanding adalah bahan yang selama ini digunakan untuk konsolidasi fosil yaitu paraloid B72 dengan konsentrasi 4%. Parameter pengujian yang digunakan antara lain uji SEM, uji kekerasan, uji kuat tekan, uji tetesan air, uji FTIR, uji daya tahan, pengamatan warna dan pengamatan pertumbuhan jamur. Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan gelatin 5%, 10% dan 15% dapat menjadi alternatif pengganti paraloid B72 sebagai bahan konsolidasi fosil. Bahan ini dapat mengisi pori-pori fosil dan meningkatkan kekerasan fosil. Selain itu nilai kuat tekan fosil yang dikonsolidasi dengan gelatin lebih tinggi dari paraloid B72 4%. Penggunaan gelatin tidak merubah komposisi fosil dan memiliki daya tahan pada kondisi penyimpanan yang ekstrim. Penggunaan gelatin juga tidak merubah warna fosil dan aman dari pertumbuhan jamur ketika diaplikasikan ke fosil. Gelatin 5% merupakan konsentrasi yang paling optimum untuk konsolidasi fosil karena penggunaan bahan akan lebih efisien.