Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERBEDAAN JUMLAH DAN SPESIES BAKTERI DI LABORATORIUM BIOMEDIS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO SEBELUM DAN SESUDAH DESINFEKSI DENGAN ALKOHOL 70% Tyas Ratna Pangestika; Prima Maharani Putri; Ratna Wulan Febriyanti
Herb-Medicine Journal: Terbitan Berkala Ilmiah Herbal, Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 1 (2018): Herb-Medicine Journal April 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/hmj.v1i1.2481

Abstract

Latar Belakang : Penyakit infeksi saat ini masih menjadi 10 penyebab kematian di dunia. Penyakit infeksi disebabkan oleh kuman patogen yang dapat berkembang di lingkungan yang spesifik seperti laboratorium. Kuman patogen yang ada di laboratorium dapat menyebabkan penyakit kerja bagi pekerja laboratorium. Proses desinfeksi berguna untuk mengurangi kontaminasi kuman patogen menggunakan bahan kimia seperti alkohol, etanol, sabun anti bakteri dan pemutih.Tujuan : Mengetahui perbedaan jumlah dan spesies bakteri di laboratorium biomedis Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto sebelum dan sesudah desinfeksi dengan alkohol 70%.Metode : Sampel diambil dari laboratorium biomedis Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Sampel pertama diambil dari swab permukaan tiap titik sampling sebelum dilakukan desinfeksi. Sampel kedua diambil dari permukaan objek yang sama setelah desinfeksi. Masing-masing sampel ditanam pada Blood Agar, Nutrient Agar dan Mac Conkey Agar kemudian dilakukan pewarnaan gram serta uji biokimia. Data jumlah bakteri dianalisis menggunakan uji T berpasangan sedangkan data spesies bakteri dianalisis secara deskriptif.Hasil : Rerata jumlah bakteri sebelum desinfeksi lebih tinggi daripada setelah desinfeksi. Perbedaan antar kedua kelompok bermakna secara signifikan karena nilai signifikansi yang didapat yaitu p=0.010 (p<0.05), hal ini menunjukkan bahwa jumlah bakteri berbeda secara signifikan. Jumlah bakteri berkurang sebanyak 34,45%  setelah dilakukan desinfeksi. Enterobacter intermedius adalah spesies yang paling banyak ditemukan.Kesimpulan : Terdapat perbedaan jumlah dan spesies bakteri di Laboratorium Biomedis Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto sebelum dan sesudah desinfeksi dengan alkohol 70% yaitu jumlah bakteri berkurang setelah desinfeksi.
Identifikasi mikroba Patogen di Mouse Komputer pada Suhu dan Kelembaban Tertentu di Ruang CBT 2 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto Endah Dwi Astuti; Ratna Wulan Febriyanti; Anis Kusumawati; Paramita Septianawati
JURNAL RISET RUMPUN ILMU KEDOKTERAN Vol. 4 No. 2 (2025): Agustus : Jurnal Riset Rumpun Ilmu Kedokteran
Publisher : Pusat riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jurrike.v4i2.6325

Abstract

CBT Room 2 at the Faculty of Medicine, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, is used for computer-based lectures and practicums, which may lead to exposure to pathogenic microorganisms from device surfaces, such as computer mice. This study aims to identify pathogenic bacteria and fungi present on mouse surfaces and to evaluate the influence of room temperature and humidity on microbial growth. A total of 60 mouse samples were tested using Nutrient Agar (NA) for bacteria and Sabouraud Dextrose Agar (SDA) for fungi. The recorded room temperature was 25.6°C with a humidity level of 74%. The identification results revealed the presence of Bacillus sp., Escherichia coli, Staphylococcus sp., and Streptococcus sp. on NA media, with Gram-positive bacteria dominating (78.33%). Meanwhile, Aspergillus sp. (40.00%) and Penicillium sp. (38.33%) were found on SDA media. These findings indicate that, although the room's temperature and humidity are not at optimal levels, they still support the growth of mesophilic microbes. The implications suggest the need for routine sterilization efforts to prevent cross-infection risks in the learning environment.