Samsulhadi Samsulhadi
Department Of Obstetrics And Gynecology , Faculty Of Medicine, Universitas Airlangga – Dr. Soetomo General Academic Hospital, Surabaya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Night Shift Work Accelerates Menopausal Age in Health Workers Sri Ratna Dwiningsih; Samsulhadi Samsulhadi; Arif Tunjungseto; Monika Lijuwardi; Arsana Wiyasa
Biomolecular and Health Science Journal Vol. 4 No. 1 (2021): Biomolecular and Health Science Journal
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/bhsj.v4i1.25361

Abstract

Introduction: Earlier menopause has been associated with increased risk of cardiovascular disease, osteoporosis, shorter life expectancy and even cognitive decline. There are many factors that cause differences in the age of menopause in women, one of these environmental factors is a history of night shift work as a consequence of a job. It is not yet known whether female medical workers, with a history of night shifts, get earlier menopause.Methods: This case control study was conducted among 57 female night workers of the Dr. Soetomo General Academic Hospital. Data collection was conducted from December 2019 - March 2020. The study sample was postmenopausal health workers (nurse and midwife) and administrators. The instrument used in this study was a list of interview questions. The data was processed using SPSS software release 23.Results: The results show that from 45 children diagnosed with ALL, 53% are of the age ≤ 5 years old, with 58% males and 42% females. 13% of the patients are in the high risk group and 87% are in the standard risk group. Nutritional statuses of patients are 2% of them obese experienced remission after induction phase therapy, 56% normal with 80% of them experienced remission. 40% underweight with 89% of them experienced remission and 11% not experienced remission, 2% malnutrition and experienced remission. There is no correlation between the nutritional status of children with acute lymphoblastic leukemia with the outcome of induction phase (p = 0.798).Conclusion: In conclusion, there is no correlation between nutritional status and remission outcome of patients with ALL in the induction phase of therapy. However, high percentage of underweight patients shows nutrition needs special attention to improve therapy outcomes. 
Sistem Rujukan Kasus Infertilitas (Berdasarkan Faktor Risiko) SAMSULHADI SAMSULHADI
Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology Volume. 31, No. 1, January 2007
Publisher : Indonesian Socety of Obstetrics and Gynecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.693 KB)

Abstract

Tujuan: Membuat skor infertilitas berdasarkan faktor risiko, dari keluhan klinik, sehingga memudahkan sistem rujukan. Penatalaksanaan infertilitas menjadi lebih efektif dan efisien. Tempat: -- Bahan dan cara kerja: Rangkuman Kajian Pustaka. Infertilitas yang mempunyai angka kejadian sekitar 12%, merupakan masalah yang kompleks. Penatalaksanaannya memerlukan dana yang banyak, waktu yang lama, pada sisi lain umur, terutama umur isteri, sangat mempengaruhi kesuburan. Kesuburan isteri mulai menurun pada umur 30 tahun, menurun tajam setelah umur 35 tahun. Oleh karenanya bila umur isteri < 30 tahun, diberi skor 1, umur 31 - 35 tahun skor 2, dan skor 3 untuk umur isteri > 35 tahun. Hinting (2001) pada penelitiannya mendapatkan hubungan antara lama infertilitas dan angka kehamilan kumulatif dengan perawatan konvensional. Angka kehamilan kumulatif menurun bermakna pada lama infertilitas 2 tahun atau lebih. Berdasarkan hasil ini, maka skor 1 untuk lama infertilitas 1 - 2 tahun, 2 untuk > 2 tahun, dan 3 untuk lama infertilitas > 3 tahun. Sedangkan dari faktor infertilitas, faktor yang dominan adalah faktor ovulasi, tuba/peritoneum, dan faktor sperma. Secara klinis faktor ovulasi dapat diketahui dari siklus haid. Siklus haid teratur (siklus ovulasi) mempunyai skor 1, oligomenore atau perdarahan uterus disfungsi skor 2 dan amenore skor 3. Pada faktor tuba/peritoneum, terdapat dua kemungkinan penyebab, pertama adalah akibat endometriosis, dan kedua karena sisa/cacat akibat infeksi panggul, terutama penyakit hubungan seksual (PHS), ataupun pascaoperasi panggul. Secara klinis endometriosis dicurigai bila pada wanita infertil mengeluh adanya nyeri haid, nyeri panggul, nyeri sanggama ataupun adanya massa diadneksa. Sedangkan perlekatan pascainfeksi dapat dicurigai bila ada riwayat infeksi/operasi panggul. Makin sering terkena infeksi/operasi panggul makin besar kemungkinan adanya faktor peritoneum. Faktor endometriosis, diberi skor 1 bila tidak ada gejala klinik, skor 2 bila ada satu macam keluhan nyeri, dan skor 3 bila ada dua macam keluhan nyeri atau adanya massa adneksa. Kecurigaan perlekatan pascainfeksi, skor 1 bila tidak ada riwayat infeksi/operasi panggul, skor 2 bila ada riwayat satu kali, dan skor 3 bila ada riwayat 2 kali atau lebih. Faktor infertilitas terakhir adalah faktor sperma. Normozoospermia, diberi skor 1. Skor 2 bila ada kelainan salah satu dari densitas antara 10 - 20 juta/ml, motilitas a + b: 25 - 50%, atau morfologi 5 - 15%. Skor 3 diberikan bila didapatkan salah satu dari, densitas < 10 juta, motilitas a + b < 25%, atau morfologi normal < 5%. Pasangan infertil dikatakan risiko rendah bila, skor total: < 8, termasuk sedang bila mempunyai skor total antara 9 - 12 dan berat bila > 12. Apabila salah satu komponen skor mempunyai skor 3, maka total skor langsung menjadi > 12. Pasangan dengan risiko rendah dapat ditangani di pusat pelayanan kesehatan primer, risiko sedang sebaiknya ditangani di pusat pelayanan kesehatan sekunder, dan tertier untuk yang risiko berat. Kesimpulan: Skor infertilitas ini cukup sederhana, memudahkan sistem rujukan bagi semua pihak yang terkait, mulai dari dokter umum sampai dokter spesialis, ataupun oleh paramedik untuk konseling pada pasangan. [Maj Obstet Ginekol Indones 2007; 31-1: 49-57] Kata kunci: skor infertilitas, rujukan infertilitas