Fitri Rahmah
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Intertektualitas dalam Pertunjukan Teater Hikayat Puyu-Puyu Karya Muhammad Kafrawi Fitri Rahmah; Yurina Gusanti
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 5, No 2 (2022): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bcdk.v5i2.2498

Abstract

This paper discusses the theatrical performance of Hikayat Puyu-Puyu, one of the works of the culturalist and activist of the Riau Theater, namely Muhammad Kafrawi, better known as Hang Kafrawi. The Hikayat Puyu-puyu show is a social critique of the event of land clearing for a paper mill on Padang Island which is opposed by the community because it can damage the beauty of Padang Island, Teluk Bintan, Merbau District, Meranti Regency, Riau Islands. This social criticism was poured by Muhammad Kafrawi through the adaptation of the allegory poem Ikan Terubuk which implies the meaning of great power which is always able to overthrow small power. Using the theory of Intertextuality, the study analyzes the relationship between the text of the Hikayat Puyu-puyu performance and the text of the poem as an old literary work, whose content and meaning are used to reflect the phenomena of this era. Research shows that the Hikayat Puyu-Puyu performance is packaged as a blend of modern theater and traditional Riau Makyong theater. This show was born as a form of presentation of the relationship between old literature and issues of contemporary life, which gave birth to a new text that has the same implicit elements.Keywords: Modern theater, Hikayat Puyu-Putu; Terubuk Fish verse, Makyong; intertextualityAbstrakTulisan ini membahas tentang pertunjukan teater Hikayat Puyu-Puyu, salah satu karya dari budayawan dan penggiat Teater Riau, yakni Muhammad Kafrawi yang lebih dikenal sebagai Hang Kafrawi. Pertunjukan Hikayat Puyu-puyu merupakan kritik sosial terhadap peristiwa pembukaan lahan pabrik kertas di Pulau Padang yang ditentang oleh masyarakat karena dapat merusak keasrian Pulau Padang Teluk Bintan Kecamatan Merbau Kabupaten Meranti Kepulauan Riau.Kritik sosial tersebut dituangkan oleh Muhammad Kafrawi melalui adaptasi syair alegori Ikan Terubuk yang menyiratkan makna mengenai  kekuatan besar yang selalu mampu merobohkan kekuatan kecil. Menggunakan teori Intertektualitas, penelitian menganalisis hubungan antara teks pertunjukan Hikayat Puyu-puyu dengan teks syair sebagai karya sastra lama, yang kekuatan isi serta maknanya digunakan untuk merefleksikan fenomena masa ini. Penelitian menunjukkan bahwa pertunjukan Hikayat Puyu-Puyu  dikemas sebagai perpaduan teater modern dan teater tradisional Riau Makyong. Pertunjukan ini lahir sebagai bentuk presentasi hubungan antara sastra lama dengan isu kehidupan masa sekarang, yang melahirkan teks baru yang memiliki unsur implisit yang sama.Kata Kunci: Teater modern, Hikayat Puyu-Putu; syair Ikan Terubuk,  Makyong; intertekstualitas
IDEOLOGI CAPAIAN ESTETIK DALAM PERTUNJUKAN TEATER MUHAMMAD KAFRAWI Fitri Rahmah; Andar Indra Sastra; Sahrul Sahrul
Melayu Arts and Performance Journal Vol 2, No 1 (2019): Melayu Art and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v2i1.707

Abstract

AbstrakTulisan ini merupakan hasil analisis terhadap pertunjukan teater Hang Kafrawi dengan pendekatan ideologi capaian estetik. Kajian diarahkan pada motif penciptaan pertunjukan teater yaitu untuk apa dan untuk siapa pertunjukan teater diciptakan. Metodologi penciptaan teater yaitu bagaimana pertunjukan teater itu diciptakan. Fungsi pertunjukan yaitu bagaimana pertunjukan teater tersebut berperan dalam konstelasi sosial budaya. Tujuan pertunjukan yaitu cita-cita apa yang akan diraih atau dunia ideal macam apa yang hendak diwujudkan.Hasil dari penelitian ini adalah pertunjukan Hang Kafrawi mengusung unsur-unsur kemanusiaan yang terus diperjuangkan. Banyak nilai-nilai pendidikan dalam pertunjukan-pertunjukan Hang Kafrawi. Pertunjukan teater karya Hang Kafrawi selalu berorientasi dalam menyuarakan hubungan kelas dominan dan kelas subordinat yang kepentingannya sering kali dikesampingkan
TEMA DAN PENOKOHAN DRAMA LAUTAN BERNYANYI KARYA PUTU WIJAYA; SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI DRAMA Fitri Rahmah; Bunga Islamy
TONIL: Jurnal Kajian Sastra, Teater dan Sinema Vol 19, No 2: September 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/tnl.v19i2.7613

Abstract

Drama Lautan Bernyanyi merupakan salah satu karya Putu Wijaya yang menarik untuk diteliti.  Drama ini merupakan salah satu ungkapan kritiknya terhadap kebiasaan masyarakat yang sangat mempercayai mitos-mitos. Penelitian ini memiliki tiga tujuan yakni: pertama, mengetahui tema dan konflik pada drama Lautan Bernyanyi, kedua mengetahui penokohan dalam drama Lautan Bernyanyi, ketiga melihat adanya hubungan antara latar belakang sosial historis pengarang sebagai aspek yang mempengaruhi karyanya. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra Lucien Goldman. Teori ini memiliki pusat perhatian pada relasi antara tokoh dengan tokoh, dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan content analysis dari Krippendorf, yakni metode yang dipergunakan untuk meneliti fenomena-fenomena simbolik dengan tujuan untuk menggali dan mengungkapkan fenomena yang teramati merupakan isi, makna, dan unsur esensial karya sastra.Hasil penelitian ini berupa data kualitatif yang berisi tema dan penokohan drama Lautan Bernyanyi sebagai sebuah kajian sosiologi yang tidak hanya menjelaskan tema dan penokohan akan tetapi juga menemukan aspek-aspek sosiologi dalam drama serta menjelaskan latar belakang sosial historis penulis yang berpengaruh pada karangannya.  Melalui deskripsi tema akan ditemukan adanya konflik dalam drama Lautan Bernyanyi yang berpusat pada konflik batin tokoh Kapten Leo. Tokoh ini memiliki pertentangan pemikiran diantara logika dengan mitos yang berkembang di masyarakat sekitarnya. Penokohan setiap tokoh dalam drama Lautan Bernyanyi juga dapat menggambarkan pemikiran-pemikiran pengarang dalam menanggapi realita sosial masyarakat Bali sebagai latar budaya dalam drama ini. Melalui deskripsi tema dan penokohan akan terindetifikasi aspek-aspek sosiologi yang ada dalam drama dan kemudian mengungkapkan latar belakang sosial historis pengarang sebagai bagian dari masyarakat Bali yang mempengaruhi karya yang diciptanya. Drama ini sebagai sebuah karya fiksi tentu memiliki hubungan dengan fenomena sosial di masyarakat. Lautan bernyanyi sebagai sebuah karya drama yang diciptakan putu Wijaya pada dasarnya mengungkapkan ketika kepercayaan masyarakat begitu kuat pasti akan dapat mempengaruhi orang-orang yang berada di dalam masyarakat tersebut meskipun mereka mencoba untuk menentangnya. Adapun luaran penelitian yang ditargetkan berupa publikasi ilmiah pada jurnal nasional terakreditasi (SINTA 4).Kata_kunci : penokohan, tema, drama, sosiologi sastra, pengarang.
DAMPAK RELASI KUASA PADA FENOMENA FESTIVAL RANDAI DI SUMATERA BARAT Yurina Gusanti; Tutut Pristiati; Fitri Rahmah
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.37944

Abstract

Research of power relations over the festival phenomenon of randai west Sumatera this is research to find out the extent of the impact of power relations on the phenomenon of randai festival in western Sumatra. This research uses qualitative research methods in the form of descriptive analysis. Contains a discussion of traditional randai art in a traditional festival and its relationship with the goverment and the agency that organizes the activity. In this study also discusses the impact that resulted in the phenomenon of randai festival it self both positive and negative impact are generated in the activity. Such as the resulting impact on duration, motion, dendang or gurindam, as well as stories or kaba present in randai performances. The positive impact generated in these activities is none other than increasing the creativity of randai artists in West Sumatra and preserving regional culture and folk art. As for the negative impact, namely the shorter the duration of the show.Keywords: power relations, phenomenon, festival, randai. AbstrakPenelitian Dampak Relasi Kuasa pada Fenomena Festival randai Sumatera Barat ini merupakan penelitian untuk mengetahui sejauh mana dampak dari relasi kuasa terhadap Fenomena Festival randai di sumatera barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif berbentuk deskriptif analisis. Penelitian ini juga membahas tentang dampak yang dihasilkan dari fenomena festival randai itu sendiri baik itu dampak positif dan juga dampak negatif yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut. Seperti dampak yang dihasilkan terhadap durasi, gerak, dendang atau gurindam serta cerita atau kaba yang ada dalam pertunjukan randai. Dampak positif yang dihasilkan dalam kegiatan tersebut tidak lain meningkatkan kreatifitas seniman randai yang ada di Sumatera Barat dan melestarikan budaya serta kesenian rakyat daerah. Sedangkan untuk dampak negatif nya yaitu durasi pertunjukan yang semakin singkat.Kata kunci: relasi kuasa, fenomena, festival, randai. Authors:Yurina Gusanti : Universitas Negeri MalangTutut Pristiati : Universitas Negeri MalangFitri Rahmah : Institut Seni Indonesia YogyakartaReferences:Etneny H. (2018) “Dampak Relasi Kuasa pada Fenomena Festival Randai”. Hasil Wawancara Pribadi: 21 Juli 2018, Padangpanjang.Fakhrizal, H. (2000). Randai Panglimo Gaga Awal Teater Minangkabau Modern. Yogyakarta: UGM.Foucault, M. (1990) The History of Sexuality:An Introduction, Vol.1. New York: Vintage Books.Gramsci, A. (1981). Class, Culture, and Hegemony, dalam Tony Bennett, Graham Martin, Collin Mercer, and Janet Woolacott (Eds). Culture, Ideology, and Social Process. Batsford: The Open University Press.Kamahi, U. (2017), Teori Kekuasaan Michael Facoult : Tantangan Bagi Sosiologi Politik. Jurnal Al-Khitabah, 3(1).Setiawan, I. (2016). Budaya dan Kuasa: Pandangan Cultural Studies.http://matatimoer.or.id/2016/04/06/budaya-dan-kuasa-pandangan-cultural-studies/ (diakses tanggal 12 april 2018).Sugiyono, S. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.Zulkifli, Z. (1993). Randai sebagai Teater Rakyat Minangkabau di Sumatera Barat dalam Dimensi Sosial Budaya. Yogyakarta: UGM.Zulkifli, Z. (2018) “Dampak Relasi Kuasa pada Fenomena Festival Randai”.Hasil Wawancara Pribadi: 15 Juli 2018, Padangpanjang.