Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Some fishing and biological aspets of crocodile shark Pseudocarcharias kamoharai (Matsubara, 1936) in tuna longline in Indian Ocean Prawira A. R. P. Tampubolon; Dian Novianto; Abram Barata
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 16 No 2 (2016): June 2016
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v16i2.34

Abstract

Crocodile shark, Pseudocarcharias kamoharai (Matsubara 1936) is one of the non-target species which is caught by tuna longlines. This shark is the discards fish in tuna longline fisheries and only their liver are utilized. The aims of this research were to determine some aspects relating to the fishing (fishing areas and hook rate) and biological aspect (size distribution and sex ratio) of the crocodile shark. The data were collected directly via observation in tuna longline commercial fishing vessels based in Palabuhanratu, Cilacap and Benoa. The observations were carried out from February 2012 to October 2014 in Indian Ocean. The crocodile sharks were caught at 6o44'42" S to 32o59'49" S latitude and 85o34'34" E to 120o20'35" E longitude. The hook rate of crocodile shark was fluctuated and the average in 20122014 was 0.39. A total of 288 crocodile sharks were caught during the study period. However, only 182 of them could be measured. The size of male crocodile sharks were between 54-112 cm long; while the female fish were 51-117 cm. Sex ratio of crocodile shark was balance. Abstrak Hiu buaya, Pseudocarcharias kamoharai (Matsubara, 1936) merupakan salah satu spesies non target yang turut tertang-kap di rawai tuna. Ikan ini merupakan ikan buangan yang umumnya hanya diambil hatinya saja. Tulisan ini bertujuan untuk menentukan beberapa aspek yang bertalian dengan aspek penangkapan ikan hiu buaya seperti daerah tertangkap dan laju pancing serta sebaran ukuran dan nisbah kelamin. Data dikumpulkan dengan melakukan pengamatan langsung pada kapal penangkap ikan komersial yang menggunakan alat tangkap rawai tuna. Pengamatan dilakukan mulai Februa-ri 2012 hingga Oktober 2014. Kapal komersial ini beroperasi di Samudra Hindia dan berbasis di Palabuhanratu, Cila-cap, serta Benoa. Hiu buaya yang tertangkap menyebar pada posisi 6°44’42”-32°59’49” LS dan 85°34’34”-120°20’35” BT. Laju pancing hiu buaya berfluktuasi dengan nilai rata-rata sebesar 0,39 dalam kurun waktu 2012-2014. Hiu buaya yang tertangkap selama penelitian berjumlah 288 ekor. Namun, hanya 182 ekor yang dapat diukur panjangnya. Hiu buaya jantan memiliki kisaran panjang 54-112 cm; sedangkan ikan betina berukuran antara 51-117 cm. Nisbah kelamin total hiu buaya seimbang.
PENGARUH PERBEDAAN UMPAN DAN WAKTU SETTING RAWAI TUNA TERHADAP HASIL TANGKAPAN TUNA DI SAMUDERA HINDIA Abram Barata; Andi Bahtiar; Hety Hartaty
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.568 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.133-138

Abstract

Rawai tuna merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap tuna dan ikan pelagis besar lainnya di perairan laut dalam. Pengoperasian rawai tuna bersifat pasif, sehingga tertangkapnya tuna ditentukan oleh tertariknya ikan untuk memakan umpan. Jenis umpan yang sering digunakan adalah lemuru, layang, bandeng dan cumi. Adanya perbedaan waktu setting pada rawai tuna mempengaruhi jenis umpan yang akan digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis umpan yang digunakan pada rawai tuna terhadap hasil tangkapan tuna, pada saat setting pagi dan sore hari. Metode penelitian dengan ujicoba penangkapan selama 2 trip menggunakan KM Putra Jaya 05 di Samudera Hindia. Trip 1 pada tanggal 18 Maret sampai 29 April 2007, sedangkan trip 2 pada tanggal 15 Juli sampai 23 September 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jenis umpan layang, lemuru dan cumi pada setting sore hari berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan tuna, sedangkan penggunaan jenis umpan bandeng, lemuru dan cumi pada setting pagi hari tidak berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan tuna. Umpan cumi adalah jenis umpan terbaik yang digunakan untuk setting sore hari pada rawai tuna di Samudera Hindia.Tuna longline is an effective fishing gear to catch tuna and other large pelagic fish in the ocean. As a passive gear, the capture of  tuna is depended on the attraction of fish to bait. The type of baits commonly used are sardine, milkfish, scad and squid. The different in setting time on tuna longline also influences the type of bait to be used. This research aims to determine the influence of bait used in the tuna longline on tuna catch, during setting in the morning and afternoon. Research methods to test the capture for 2 trips using the KM Putra Jaya 05 in Indian Ocean. First trip was on 18 March to 29 April 2007,and second trip was on 15 July to 23 September 2008. The results showed the use of bait type, i.e., scad, sardine and squid on the afternoon setting significantly affect the catch of tuna, while the use type of bait, i.e., milkfish, sardine and squid in the morning setting did not significantly affect the catch of tuna. Squid bait is the best type of bait used for the afternoon setting on tuna longline in the Indian Ocean.
TAKTIK PENANGKAPAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI SAMUDERA HINDIA BERDASARKAN DATA HOOK TIMER DAN MINILOGGER Andi Bahtiar; Abram Barata; Dian Novianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.933 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.1.2013.47-35

Abstract

Penangkapan ikan tuna di Samudera Hindia semakin kompetitif, sehingga setiap Nahkoda atau Fishing Master kapal rawai tuna perlu memiliki taktik penangkapan ikan yang efektif dan efisien. Pengetahuan mengenai tingkah laku ikan tuna merupakan informasi penting untuk merumuskan taktik penangkapan ikan yang efektif dan efisien. Penelitian taktik penangkapan ikan tuna, khususnya tuna mata besar (Thunnus obesus) di Samudera Hindia berdasarkan data hook timer dan minilogger dilakukan mulai Juni 2007 sampai Januari 2010, dengan metode observasi langsung pada kapal rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuna mata besar aktif mencari makan mulai pukul 13:00-18:00, dan lebih banyak tertangkap pada kedalaman 194-470 m dengan suhu air antara 8,4-15,50C. Oleh karena itu taktik penanagkapan yang tepat untuk diterapkan adalah pengaturan waktu setting pada siang hari dan hauling pada malam hari dan memadukan antara konstruksi rawai tuna bersifat pertengahan (halfway longline) dan dalam (deep longline). Tuna fishing in Indian Ocean more competitive, so Fishermans or Fishing Masters of tuna longliner must have an effective and efficient of fishing tactics. Knowledge on tuna behavior is an important information to formulate the fishing tactics. A study on bigeye tuna fishing tactics based on hook timer and minilogger data of tuna longliner was conducted in Indian Ocean from June 2007 to January 2010. Onboard observation of tuna longliner has been done at Benoa Port. The results showed that the feeding periodicity of bigeye tunas started from 1pm to 6pm, and mostly caught at water depth of 194 to 470 m with the water temperature between 8.4 to 15.2 degree celcius so the set times during the day and the haul times at night and the combination of halfway tuna longline and deep tuna longline construction are the best fishing tactics to be applied.
PERIKANAN PANCING ULUR TUNADI KEDONGANAN, BALI Ririk Kartika Sulistyaningsih; Abram Barata; Kiroan Siregar
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 3 (2011): (September 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.674 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.3.2011.185-191

Abstract

Tuna merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang memiliki nilai komersial tinggi. Sumberdaya ikan ini akan terus ditangkap, karena permintaan pasar global terhadap komoditas ini terus meningkat. Pancing ulur merupakan salah satu alat tangkap berskala rakyat untuk menangkap tuna di sekitar rumpon sebagai alat bantu penangkapan. Penelitian yang dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan mulai bulan April sampai Nopember 2009, bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang perikanan pancing ulur tuna, meliputi aspek penangkapan (deskripsi armada penangkapan, alat tangkap dan daerah penangkapan) dan aspek produksi (komposisi hasil tangkapan dan catch per unit of effort). Hasil penelitian menunjukkan,  ada tiga metode pengoperasian pancing ulur tuna, yaitu metode “tomba”, “batu” dan “layangan”. Para nelayan juga mengoperasikan dengan cara tonda untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch). Daerah penangkapan meliputi selatan Pulau Bali sampai Pulau Lombok. Total hasil tangkapan tuna (madidihang, tuna mata besar dan albakora) mencapai 53,7% (1.016.992 kg) dan ikan bycatch sebesar 46,3% (876.789 kg). Madidihang mendominasi hasil tangkapan utama (74,54%), sedangkan ikan bycatch didominasi oleh cakalang (58,4%) dan baby tuna (28,6%). Catch per unit of effort (CPUE) hasil tangkapan utama pancing ulur tuna cenderung meningkat pada bulan April sampai Juni dan menurun pada bulan Juli sampai Nopember, sedangkan nilai CPUE tertinggi ikan hasil tangkapan sampingan terjadi pada bulan Oktober. Tuna is one of fisheries commodity of a highly commercial value. This fish resource continuing to be exploited due to increasing global market demand. Hand line is one of the small scale fishing gear to catch tuna around fish agregating device. Research has been conducted from April until November at the fish landing Kedonganan. The study aimed to investigate tuna hand line fisheries covering aspects of the exploitation, the description of fleet, fishing gear, fishing ground, production, catch composition and catch composition per unit of effort. The results showed, that there are three methods of tuna fishing operation, by fishing rods i.e “tomba”, “stone” and “kites”. The fishers also operate tonda fishing method to get bycatch. The fishing ground include southern island of Bali until Lombok island. Total catches of tuna (yellowfin, bigeye and albacore) reached 53,7% (1.016.992 kg) and bycatch reached 46,3% (876.789 kg). Yellowfin catches dominate the total catches (74,54 %), while bycatch dominated by skipjack (58,4%) and baby tuna (28,6%). Catch per unit of effort (CPUE), of the main catches of tuna fishing tended to increase in April to June and decreased in July to November, while the highest CPUE of the bycatch occured in October.
DAERAH PENANGKAPAN, LAJU PANCING DAN PARAMETER POPULASI IKAN GINDARA (Lepidocybium flavobrunneum) DI SAMUDERA HINDIA Andi Bahtiar; Abram Barata; Dian Novianto
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.571 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.49-56

Abstract

 Ikan gindara atau escolar (Lepidocybium flavobrunneum), umumnya tertangkap sebagai hasil tangkapan sampingan (bycatch) pada perikanan rawai tuna Indonesia.  Penelitian dilakukan dengan metode observasi onboard pada armada rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa mulai bulan Agustus 2005 - Desember 2009 yang beroperasi di Samudera Hindia. Tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi daerah penangkapan, menganalisis parameter populasi (umur, pertumbuhan, mortalitas) dan laju eksploitasi ikan gindara hasil tangkapan kapal rawai tuna di Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukan  ikan gindara yang tertangkap oleh kapal rawai tuna menyebar pada posisi geografis antara  90-330 LS dan 760-1270 BT dengan nilai laju pancing (HR) ikan gindara tertinggi  pada tahun 2007 sebesar 0,15 dan terendah tahun 2005 yaitu 0,04, atau  rata-rata HR sebesar 0,10.  Ikan  yang tertangkap memiliki ukuran panjang cagak antara 35-193 cm dengan rata-rata 87,4 cm. Parameter populasi yang dianalisa dengan program FiSAT II diperoleh panjang asimtotik (L∞) = 201,60 cmFL, koefisien laju pertumbuhan (K) = 0,21 per tahun dan t0 = -0,4755 tahun. Nilai dugaan mortalitas total (Z) sebesar 0,85 per tahun, nilai dugaan mortalitas alami (M) = 0,37 per tahun dan laju mortalitas penangkapan (F) = 0,48 per tahun. Laju eksploitasi (E = 0,56) menunjukkan bahwa pemanfaatan gindara di Samudera Hindia diatas nilai optimum yang disarankan yaitu E = 0,50.Escolar (Lepidocybium flavobrunneum) commonly caught as bycatch in Indonesia tuna longline fisheries. The study was conducted on August 2005 - December 2009 with onboard observation of tuna longliner  based in Benoa fishing  port. The objectives of this study are provide information about fishing ground, analyzing parameters of population (age, growth, mortality) and exploitation rate of escolar caught by Indonesia tuna longliner in the Indian Ocean. The results showed that escolar caught by tuna fleets longliner spread on latitude and longitude 900-330 S and 760-1270 E with highest hook rate in 2007 at 0.15 and lowest hook rate occurred in 2005 at 0.04, with average HR at 0.10. Length frequency distribution of escolar were 35-193 cmFL with length average of 87.4 cm. The Von Bertalanffy growth parameter for escolar in Indian Ocean were L∞ = 201.60 cm, K = 0.21 year-1 and t0 = -0,4755 years. The annual instantaneous rate of total mortality (Z) was 0.85 year-1. The natural mortality (M) was 0.37 year-1 and the fishing mortality (F) was 0.48 year-1. The exploitation rate (E = 0.56) indicating that escolar in the Indian Ocean has reached the optimum limit.
KEDALAMAN RENANG DAN WAKTU MAKAN IKAN ALBAKORA (Thunnus alalunga) DI SAMUDERA HINDIA SEBELAH SELATAN JAWA Andi Bahtiar; Abram Barata; Budi Nugraha
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.961 KB) | DOI: 10.15578/bawal.6.2.2014.89-94

Abstract

Albakora adalah salah satu spesies tuna yang berupa hasil tangkapan beku bernilai ekonomis tinggi bagi kapal-kapal rawai tuna. Penangkapan albakora di Samudera Hindia semakin kompetitif, sehingga setiap nahkoda dan nelayan kapal rawai tuna perlu memiliki pengetahuanmengenai tingkah laku ikan seperti kedalaman renang dan waktu makan. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi langsung di atas kapal rawai tuna yang berbasis di Benoa dan Palabuhanratu sebanyak 3 trip mulaiMaret sampai Nopember 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kedalaman renang dan waktu makan albakora di Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman renang albakora berdasarkan pengamatan data minilogger berada pada kisaran 57,04 - 325,46 m. Albakora lebih banyak tertangkap pada lapisan renang permukaan hingga pertengahan. Intensitas kebiasaan albakora mencarimakanan dilakukan antara pukul 07:45 - 17:59, dengan frekuensi tertinggi aktifmakan yaitu pada selang pukul 10:00 - 11:00. Untukmendapatkan hasil tangkapan albakora yang berlimpah, maka nelayan rawai tuna perlumenggunakanmetode penangkapan dengan perpaduan tipe rawai tuna permukaan dan pertengahan. Pengaturan waktu setting yang dimulai pagi hari dan waktu hauling mulai sore hari adalah waktu yang ideal dalampenangkapan albakora di Samudera Hindia.Albacore is one of the tuna species and mostly landed as frozen catch on tuna longliner. Albacore fishing in Indian Ocean more competitive, so Fishermans or Fishing Masters of tuna longliner must have knowledge of tuna behavior such as swimming layer and feeding periodicity. Research was conducted with observation on board on tuna longliner based Benoa and Palabuhanratu, totally 3 trips during March until November 2013. The aim of research are to know of swimming layer and feeding periodicity of albacore in Indian Ocean. Theresults showed that the swimming layer of albacore based minilogger data are distributed at 57.04 to 325.46 m The results showed that the swimming layer of albacore at 57.04 to 325.46 m. Albacore mostly catched in surface layer to middle in Indian Ocean. The feeding periodicity of albacore’s are start from 7:45pm to 17:59pm, mostly active at 10pmto 11pm. For the maximum catch of albacore’s, every fisherman of tuna longline must have a good fishing tactics. The combination of surface and middle tuna longline types are the best fishing tactics to be applied. The setting of tuna longline begin morning and hauling begin afternoon are the best time for fishing of albacore in the Indian Ocean.