Ririk Kartika Sulistyaningsih
Loka Penelitian Perikanan Tuna

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

DISTRIBUSI PANJANG DAN ESTIMASI TOTAL TANGKAPAN TUNA SIRIP BIRU SELATAN (Thunnus maccoyii) PADA MUSIM PEMIJAHAN DI SAMUDERA HINDIA Ririk Kartika Sulistyaningsih; Arief Wujdi; Budi Nugraha
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.966 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.215-224

Abstract

Tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii) banyak ditangkap nelayan dengan alat tangkap rawai tuna di perairan selatan Jawa Timur pada musim pemijahan selama periode September – April. Untuk mendukung pengelolaan ikan tuna di Samudera Hindia dilakukan kegiatan pemantauan hasil tangkapan tuna secara kontinyu. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang distribusi panjang dan estimasi total tangkapan tuna sirip biru selatan, sebagai basis data dan informasi yang diperlukan untuk penentuan kuota ikan tuna sirip biru selatan. Estimasi total tangkapan dihitung minimal 30% dari total jumlah kapal yang mendarat pada tiap-tiap perusahaan pengeskpor tuna. Pada penelitian ini berhasil dilakukan pencatatan hasil tangkapan pada 292 unit kapal dari 520 unit kapal yang mendaratkan ikan tuna. Total tangkapan tuna sirip biru selatan yang didaratkan di Pelabuhan Benoa – Bali pada musim pemijahan 2013/2014 lebih dari 900 ton. Jumlah tangkapan ini telah melebihi kuota hasil tangkapan tuna sirip biru selatan yang ditetapkan Commission for the Convervation of Shouthern Bluefin Tuna. Ukuran tuna sirip biru selatan terdistribusi mulai 103 – 208 cm, didominasi ukuran 148 cm. Panjang tuna sirip biru selatan pertama kali tertangkap pada saat memijah adalah 160 cm.Shouthern bluefin tuna (Thunnus maccoyii) mostly caught by Indonesian fishers using longline in the spawning season in East Java waters, in September to April. This paper aims were give information about size distribution and to estimate the total catch of shouthern bluefin tuna as the data basis and information that needed to determine the quota of southern bluefin tuna. The target to estimate total catch was minimum of 30% from the total vessel landings in each processing plant. In this research total samplings were 292 boats from 520 boats landed. Total catch estimates of shouthern bluefin tuna landed in Benoa Port – Bali in the spawning season in 2013/2014 was more than 900 tonnes. This amount was over than the quote that resolved by Commission for the Convervation of Shouthern Bluefin Tuna. The size of southern bluefin tuna distributed ranging 103-208 cm, size 148 cm dominated. Length at first capture for shouthern bluefin tuna when spawning was 160 cm.
SEBARAN HASIL TANGKAPAN MADIDIHANG (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR Arief Wujdi; Ririk Kartika Sulistyaningsih; Fathur Rochman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.59 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.2.2015.79-86

Abstract

Ikan Madidihang (Thunnus albacares Bobbaterre, 1788) merupakan salah satu komoditaspenting bagi industri perikanan di Indonesia dimana hasil tangkapannya merupakan yang tertinggi dibandingkan jenis tuna lainnya. Saat ini, kondisi stok madidihang berada dalam kondisi yang baik. Namun, untuk menjaga kelangsungan pemantaatan stok ikan tuna, diperlukan upaya pengelolaan sumber daya tuna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi laju tangkap madidihang di Samudera Hindia Bagian Timur. Pengumpulan data dilakukan oleh pemantau ilmiah pada kapal rawai tuna komersial yang berbasis di Benoa, Pelabuhanratu dan Bungus dari Agustus 2005 sampai Desember 2013; serta program monitoring pendaratan tuna yang berbasis di Benoa tahun 2010-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pancing bervariasi secara bulanan dan tahunan. Rata-rata bulanan laju pancing tertinggi terjadi pada Mei (0,17 ekor/100 pancing) dan terendah pada Februari (0,01 ekor/100 pancing), sedangkan rata-rata laju pancing tahunan tertinggi pada 2006 (0,11 ekor/100 pancing) dan terendah pada 2011 (0,06 ekor/100 pancing). Rata-rata laju pancing tahunan cenderung mengalami penurunan sebesar 29,48%/ tahun. Ikan madidihang tertangkap oleh rawai tuna Indonesia tersebar dari 0°-34° LS dan 76°-134° BT. Sebaran spasial laju pancing tertinggi berada di sekitar Kepulauan Mentawai dan selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara.Yellowfin tuna (Thunnus albacares Bobbaterre, 1788) is one of the important commodity for the fishing industry in Indonesia because it has the highest catches compared with other tunas. Nowadays, the yellowfin stock is currently in good condition (not overfished and not subject to overfishing). However, management measure was required to support sustainability of tuna fishery. This study aims to determine the hook rate distribution of yellowfin tuna in the Eastern Indian Ocean. Data was obtained by scientific observers on commercial tuna longline vessels, mainly based in Benoa, Palabuhan Ratu and Bungus Fihing Port, from August 2005 to November 2013; also monitoring program of tuna catches mainly landed in Benoa during 2010 to 2013. The results showed that the hook rate of yellowfin tuna was varied monthly and yearly. The highest of monthly average CPUE occurred in May (0,17 fish/100 hooks) and the lowest were in February (0,01 fish/100 hooks), while the highest annually CPUE also occurred in 2006 (0,11 fish/100 hooks) and the lowest in 2011 (0,06 fish/100 hooks). CPUE also has declining with 29,48%/year. Distribution of yellowfin tuna caught by Indonesia tuna longline spreads from 0°-34° S dan 76°-134° E. The highest CPUE was around Mentawai islands and also in south coast of East Java to Nusa Tenggara.
PENDUGAAN PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI BENOA, BALI Hety Hartaty; Ririk Kartika Sulistyaningsih
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.056 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.2.2014.97-103

Abstract

Parameter biologi seperti umur dan pertumbuhan sangat penting untuk pengkajian stok sumber daya ikan dan pengelolaan perikanan agar pemanfaatan sumber daya ikan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Informasi mengenai parameter pertumbuhan dari ikan madidihang di Samudera Hindia khususnya di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini ditujukan untuk memberikan informasi mengenai parameter pertumbuhan ikan madidihang. Pengumpulan data dilakukan selama tahun 2011, dengan cara pengukuran dan pengamatan langsung terhadap hasil tangkapan rawai tuna yang didaratkan di Pelabuhan Benoa, Bali. Total sampel yang diamati berjumlah 3.092 ekor. Kisaran panjang cagak (FL; fork length) ikan madidihang antara 75-179 cm dan kisaran bobot antara 8-101 kg. Dari hasil analisis data frekuensi panjang ikan madidihang diperoleh parameter pertumbuhan sebagai berikut: panjang asimtotik (L∞) 185,85 cm, koefisien  pertumbuhan (K) 0,59 dan umur pada saat panjang 0 cm (t0) -0,22.  Estimasi umur ikan madidihang yang didaratkan di Benoa tahun 2011 berkisar antara 1-5 tahun dengan laju pertumbuhan sebesar 2,95 cm/tahun. Pola pertumbuhan madidihang bersifat allometrik negatif. Pertumbuhan madidihang tidak akan mencapai ukuran panjang maksimum karena laju eksploitasi (E = 0,75) yang melebihi laju eksploitasi optimum (E opt = 0,5).Biological parameters suchas age and growth are very important information for accuracy of stock assessments and management to ensure that fisheries develop sustainably. Growth parameter information of Indian Ocean yellowfin tuna in Indonesia is still very limited. This research was aimed to determine the age and growth rate of yellowfin tuna that landed at Benoa port, Bali. Data of fork length (FL) and weight was collected during 2011. The data were measured and observed directly on the catch of tuna longline at Benoa Port, Bali. With numbers of fish samples was 3.092 fish. Age and growth rate was analyzed based on the FL using Von Bertalanffy model. The results showed that yellowfin tuna had range of FL between 75-179cm and weight range of 8-101kg.  The growth parameter of yellowfin tuna has asymtotic length (L∞) 185,85 cm, K = 0,59 and t0 = -0,22. The age of yellowfin tuna landed in Benoa estimated between 1-5 years and growth rate was 2.95cm/year. Growth pattern of yellowfin tuna was allometric negative. The yellowfin growth will not reach the maximum length because the exploitation rate (E = 0,75) exceeds the optimum exploitation rate (E opt = 0,5).
PERIKANAN PANCING ULUR TUNADI KEDONGANAN, BALI Ririk Kartika Sulistyaningsih; Abram Barata; Kiroan Siregar
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 3 (2011): (September 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.674 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.3.2011.185-191

Abstract

Tuna merupakan salah satu jenis komoditas perikanan yang memiliki nilai komersial tinggi. Sumberdaya ikan ini akan terus ditangkap, karena permintaan pasar global terhadap komoditas ini terus meningkat. Pancing ulur merupakan salah satu alat tangkap berskala rakyat untuk menangkap tuna di sekitar rumpon sebagai alat bantu penangkapan. Penelitian yang dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Kedonganan mulai bulan April sampai Nopember 2009, bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang perikanan pancing ulur tuna, meliputi aspek penangkapan (deskripsi armada penangkapan, alat tangkap dan daerah penangkapan) dan aspek produksi (komposisi hasil tangkapan dan catch per unit of effort). Hasil penelitian menunjukkan,  ada tiga metode pengoperasian pancing ulur tuna, yaitu metode “tomba”, “batu” dan “layangan”. Para nelayan juga mengoperasikan dengan cara tonda untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan sampingan (bycatch). Daerah penangkapan meliputi selatan Pulau Bali sampai Pulau Lombok. Total hasil tangkapan tuna (madidihang, tuna mata besar dan albakora) mencapai 53,7% (1.016.992 kg) dan ikan bycatch sebesar 46,3% (876.789 kg). Madidihang mendominasi hasil tangkapan utama (74,54%), sedangkan ikan bycatch didominasi oleh cakalang (58,4%) dan baby tuna (28,6%). Catch per unit of effort (CPUE) hasil tangkapan utama pancing ulur tuna cenderung meningkat pada bulan April sampai Juni dan menurun pada bulan Juli sampai Nopember, sedangkan nilai CPUE tertinggi ikan hasil tangkapan sampingan terjadi pada bulan Oktober. Tuna is one of fisheries commodity of a highly commercial value. This fish resource continuing to be exploited due to increasing global market demand. Hand line is one of the small scale fishing gear to catch tuna around fish agregating device. Research has been conducted from April until November at the fish landing Kedonganan. The study aimed to investigate tuna hand line fisheries covering aspects of the exploitation, the description of fleet, fishing gear, fishing ground, production, catch composition and catch composition per unit of effort. The results showed, that there are three methods of tuna fishing operation, by fishing rods i.e “tomba”, “stone” and “kites”. The fishers also operate tonda fishing method to get bycatch. The fishing ground include southern island of Bali until Lombok island. Total catches of tuna (yellowfin, bigeye and albacore) reached 53,7% (1.016.992 kg) and bycatch reached 46,3% (876.789 kg). Yellowfin catches dominate the total catches (74,54 %), while bycatch dominated by skipjack (58,4%) and baby tuna (28,6%). Catch per unit of effort (CPUE), of the main catches of tuna fishing tended to increase in April to June and decreased in July to November, while the highest CPUE of the bycatch occured in October.
LAJU PERTUMBUHAN, LAJU KEMATIAN DAN EKSPLOITASI IKAN TONGKOL KOMO, Euthynnus affinis (Cantor 1849), DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA BARAT SUMATERA Irwan Jatmiko; Ririk Kartika Sulistyaningsih; Duto Nugroho
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.396 KB) | DOI: 10.15578/bawal.6.2.2014.69-76

Abstract

Tongkol komo (Euthynnus affinis Cantor, 1849)merupakan hasil tangkapan utama bagi nelayan pukat cincin di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera. Penelitian ditujukan untukmemperoleh data dan informasi tentang estimasi laju pertumbuhan, laju kematian dan laju eksploitasi ikan tongkol komo. Analisis dilakukan berdasarkan himpunan data frekuensi panjang cagak sebanyak 1.325 ekor hasil tangkapan pukat cincin yang didaratkan di Pelabuhan Sibolga. Contoh ikan dikumpulkan secara bulanan dari bulan Juli 2012 hingga Februari 2013. Pendugaan parameter dilakukan menggunakan program FISAT II (FAO-ICLARM Stock Assessment Tools). Hasil kajian menunjukkan kisaran panjang cagak antara 30 - 60 cm, panjang asimptotik (L∞)= 63,5 cm, laju pertumbuhan(K) = 0,63/tahun dan umur teoritis pada saat panjang ke 0 ( t0 ) = -0,21 tahun. Estimasi laju kematian total tahunan (Z) sebesar 2,40/tahun, laju kematian alami (M) sebesar 1,07/tahun dan laju kematian akibat penangkapan(F) sebesar 1,33/tahun. Perkiraan Laju eksploitasi (E) = 0,55 mengindikasikan bahwa tingkat pemanfaatan berada pada tingkat yang moderat.Kawakawa (Euthynnus affinis Cantor, 1849) is the one of the major catch of fishermen in the Indian Ocean west off Sumatera. This study was aimed to investigate data and information on growth, mortality and the exploitation rates of kawakawa. Analyses were carried out based on a number of 1,325 length frequency data from purse seine fishery landed in Sibolga Fishing Port. Monthly base data were collected from July 2012 to February 2013. The specimens ranged from 30 to 60 cm FL. parameters were determined through a packageprogramof FISAT II (FAO-ICLARM StockAssessment Tools). The result showed that asymptotic length (L∞) were 63.5 cmFL, growth rates (K) 0.63/yr and estimated t0 -0.21 years. The annual instantaneous rate of total mortality (Z) was 2.40/yr, the natural mortality (M) was 1.07/yr and the fishing mortality (F) was 1.33/yr. The exploitation rate (E = 0.55) indicated that E. affinis was moderately exploited in the area.
HUBUNGAN PANJANG-BOBOT DAN FAKTOR KONDISI TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) YANG DIDARATKAN DI PRIGI JAWA TIMUR Maya Agustina; Ririk Kartika Sulistyaningsih; Arief Wujdi
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.12.3.2020.109-117

Abstract

Tuna sirip kuning (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788), Fam Scombridae, merupakan salah satu hasil tangkapan yang cukup tinggi bagi perikanan skala kecil di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi tuna sirip kuning untuk melengkapi informasi biologi yang diharapkan dapat mendukung pengelolaan perikanan tuna sirip kuning secara bertanggung jawab. Sampel tuna sirip kuning diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Jawa Timur, pada bulan Januari hingga Desember 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran panjang berkisar antara 21 – 172 cmFL dan bobot berkisar antara 0,15 – 73 kg. Hubungan panjang dan bobot diperoleh persamaan W = 3x10-5FL2,835 mengindikasikan pola pertumbuhan bersifat alometrik negatif. Faktor kondisi relatif bervariasi menurut ukuran kelas panjang dimana faktor kondisi ikan juvenil cenderung lebih tinggi dibandingkan ikan dewasa. Faktor kondisi juga bervariasi secara bulanan atau musiman dimana nilainya cenderung meningkat pada bulan September hingga mencapai puncaknya pada Oktober atau bertepatan dengan musim peralihan II.Yellowfin tuna (Thunnus albacares Bonnaterre, 1788), Fam Scombridae, is one of the high catches for small-scale fisheries at the Prigi Fishing Port. The objectives of this research are to investigate the relationship of length-weight, Growth pattern and condition factors of yellowfin tuna which are expected to complete basic information to support the management of yellowfin tuna fisheries in a responsible manner. Yellowfin Data collection were obtained from Prigi Fishery Port, East Java from January to December 2018. The measurements showed that the length of ranged from 21-172 and weight ranged from 0.2 - 73 kg. Analysis of length-weight relationships was W = 3x10-5FL2,835 indicating that the growth pattern is negative allometric. Relative condition factors vary according to length class size where the condition factor for juvenile fish tends to be higher than that of adult fish. The condition factor also varies on a monthly or seasonal basis where the value tends to increase in September until it reaches its peak in October or coincides with the transition season II.