Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Lysozyme gene insertion in striped catfish Pangasianodon hypophthalmus (Sauvage, 1878) to generate desease resistence breeds line Wartono Hadie; Sularto Sularto; Lies Emmawati Hadie; Angela Mariana Lusiastuti; Alimuddin Alimuddin; Evi Tahapari; Huria Marnis
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 15 No 2 (2015): June 2015
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v15i2.66

Abstract

Bacterial disease in catfish has many detrimental to farmers, especially in the larvae stadium in the hatchery up to ready size of stocking seed. Therefore we need technology that can produce disease resistant of catfish. In that regard, one of the antimicrobial enzyme namely lysozyme which plays an important role in the maternal immunity can be introduced into the catfish genome. This study aimed to evaluate the success of the lysozyme gene insertion into the genome of striped catfish to generate maternal disease resistance. Gene transfer method was done by using electroporation on striped catfish spermatozoa. Lysozyme plasmid electroporation performed with a dose 100^g ml-1 and 125V.cm-1, pulse length 30 milliseconds with a pulse interval 0.1 milliseconds and pulse number 5 times. Electroporated spermatozoa were used to fertilize the egg. Lysozyme gene insertion success was indicated by tests performed on embryogenesis, larval, and seed stage. The test results at both DNA and RNA level showed a positive result. Individual that brings the lysozyme gene will be used as a candidate for breed line maternal immune as other ways to formation of resistant disease varieties. Abstrak Serangan penyakit bakterial pada ikan patin telah banyak merugikan para pembudi daya ikan patin terutama pada seg-men perbenihan hingga ukuran siap tebar. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang mampu menghasilkan ikan patin yang tahan penyakit. Berkaitan dengan hal itu, salah satu enzim antimikroba yaitu lisozim yang memainkan peranan penting dalam imunitas bawaan dapat diintroduksikan ke dalam genom ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalu-asi keberhasilan insersi gen lisozim ke dalam genom ikan patin siam sebagai galur ikan patin tahan penyakit. Transfer gen dilakukan dengan menggunakan teknik elektroporasi pada spermatozoa ikan patin siam. Elektroporasi dilakukan dengan konstruksi gen lisozim berupa plasmid DNA dosis 100 ^g.ml-1 dengan voltase 125 V. cm-1, panjang kejutan 30 milidetik dengan interval kejutan 0.1 milidetik dan jumlah kejutan lima kali. Spermatozoa hasil elektroporasi digunakan untuk membuahi telur. Pengujian keberhasilan insersi gen lisozim dilakukan pada tahap embrio larva, dan pada benih. Hasil pengujian, baik pada tingkat DNA maupun pada tingkat RNA dari sampel spermatozoa dan larva (whole cell), memperlihatkan hasil yang positif. Individu ikan patin yang membawa gen lisozim dan telah terintegrasi ke dalam ge-nomnya akan digunakan sebagai kandidat dalam pembentukan galur ikan patin tahan penyakit.
Estimates of genetic distance, combining ability and heterosis for body weight of cross four populations of giant gourami, Osphronemus goramy Lacepede 1801 Sularto Sularto; Rita Febrianti; Suharyanto Suharyanto
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 2 (2017): June 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i2.353

Abstract

The superior giant gourami can be obtained through hybridization. The purpose of this study was to estimate the genetic distance, combined ability, and crossbreeding heterosis at the age of eleven months from the four gourami populations: Kalimantan, Jambi, Majalengka, and Tasikmalaya. The study was conducted at the Research Institute for Fish Breeding Sukamandi. Genetic distance calculations were done by truss morphometric characterization with a sample of each of crossbred many as 30 individuals with the standard length range 3.5 - 12.2 cm. The data was analyzed using discrimi-nant analysis and continued with "cluster procedure" to get a dendrogram using SAS program 6:03. Heterosis was cal-culated based on the performance of the hybrid compared to the average performance parent each pair consisting of one male and two females. The results of this study showed that the four populations of giant gourami have different genetic distances. Giant gourami population from Borneo have the farthest genetic distance compared with the three other populations, whereas giant gourami from Jambi and from Majalengka has a close genetic distance. Jambi population shows the highest general combining ability with a positive value 21.82 g. The highest value of specific combining ability is obtained from a cross between the Majalengka female with the Jambi male with a positive value 75.30 g. The crosses also has the highest heterosis value that was equal to 41.78%, follows by a cross between the Tasikmalaya fe-male with the Jambi males (30.1%) and a cross between the Borneo females with the Jambi males (22.35%). The three crosses prospectively to produce superior hybrid of giant gourami. Abstrak Hibridisasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan ikan gurami unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengesti-masi jarak genetik empat populasi ikan gurami, yakni : Kalimantan, Jambi, Majalengka, dan Tasikmalaya, serta meng-hitung daya gabung gen serta heterosis persilangannya pada umur 11 bulan. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi. Perhitungan jarak genetik dilakukan berdasarkan karakterisasi truss morfometrik dengan jumlah sampel masing-masing hasil persilangan sebanyak 30 ekor dengan kisaran panjang baku 3,5 – 12,2 cm. Data dianalisis dengan analisis diskriminan dan dilanjutkan dengan “cluster procedure” untuk mendapatkan dendrogram menggunakan program SAS 6.03. Heterosis dihitung berdasarkan performa hibrida dibandingkan performa rata-rata induk tetuanya masing-masing pasangan induk terdiri atas 1 jantan dan 2 betina. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat populasi ikan gurami mempunyai jarak genetik yang berbeda. Populasi gurami asal Kalimantan mem-punyai jarak genetik terjauh dibandingkan dengan ketiga populasi lainnya, sedangkan ikan gurami asal Jambi dan asal Majalengka memiliki jarak genetik yang dekat. Populasi Jambi menunjukkan daya gabung umum tertinggi dengan nilai positif 21,82 g. Nilai daya gabung spesifik tertinggi didapatkan dari persilangan antara betina Majalengka dengan jantan Jambi dengan nilai positif 75,30 g. Persilangan tersebut juga memiliki nilai heterosis tertinggi yaitu sebesar 41,78%, selanjutnya diikuti persilangan betina Tasikmalaya dengan jantan Jambi sebesar 30,1% dan persilangan betina Kaliman-tan dengan jantan Jambi sebesar 22,35%. Ketiga persilangan tersebut prospektif untuk dijadikan ikan gurami hibrida unggulan.
KARAKTERISASI EMPAT POPULASI IKAN GURAMI (Osphronemus goramy Lac.) DAN PERSILANGANNYA BERDASARKAN METODE TRUSS MORFOMETRIKS Suharyanto Suharyanto; Rita Febrianti; Sularto Sularto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.575 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.2.2016.125-135

Abstract

Tahap awal yang dilakukan dalam rangka pembentukan populasi ikan gurami cepat tumbuh adalah koleksi dan karakterisasi populasi-populasi ikan gurami yang akan digunakan sebagai sumber genetik pembentukan varietas tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mengevaluasi keragaman morfologi dan hubungan kekerabatan empat populasi ikan gurami, yaitu Jambi (J), Kalimantan Selatan (K), Majalengka (M), dan Tasikmalaya (T). Metode truss morfometrik digunakan untuk karakterisasi morfologi dilanjutkan dengan analisis komponen utama (principal component analysis) dan analisis pengelompokan (cluster analysis). Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa diagram pencar populasi ikan gurami tanpa melihat jenis kelamin menunjukkan adanya pengelompokan populasi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah persilangan JxM dan MxK, sedangkan kelompok kedua terdiri atas persilangan JxK, KxJ, TxJ, KxM, MxJ, KxT, galur murni KxK, JxJ, MxM, dan TxT. Hal tersebut terjadi pula pada populasi jantan. Populasi betina menunjukkan JxK dan MxK terpisah berdasarkan karakter A2 (dahi-pangkal sirip punggung) dan A3 (pangkal sirip punggung-pangkal sirip perut). Indeks kesamaan tertinggi dalam 12 populasi diperoleh pada populasi Jambi dan Majalengka berturut-turut sebesar 94,00% dan 92,00%; sedangkan indeks kesamaan terendah diperoleh pada populasi TJ sebesar 72,00%. Ikan gurami ukuran konsumsi terdapat empat kelompok besar berdasarkan bentuk badannya. Dua kelompok pada galur murni menunjukkan populasi galur murni Kalimantan, Majalengka, dan Tasikmalaya kekerabatannya dekat, akan tetapi dengan Jambi memiliki kekerabatan yang jauh. Dua kelompok lainnya pada populasi persilangan, yaitu: persilangan JxM dan MxK dan kelompok lainnya adalah persilangan KxJ, KxM, JxK, TxJ, MxJ, dan KxT. Populasi galur murni dan persilangan memiliki jarak genetik yang jauh, sehingga populasi galur murni dan persilangan itu berbeda.The first step in breeding program towards generating fast-growing strain of giant gourami is the collection and characterization of giant gourami populations have been used as a genetic source. Giant gourami had been collected from South Kalimantan, Jambi, Majalengka, and Tasikmalaya. The aim of this experiment was to determine the morphological diversity among these collected populations using truss morphometric method. Principal component analysis followed by cluster analysis were used to identify the pattern of morphological variability among populations and varieties. The results showed that dendrogram populations of giant gourami regardless of gender showed a grouping of some of the population into two groups: the first group was J×M and M×K crosses, while the second population consisted of: Jambi Kalimantan (J×K), Kalimantan Jambi (K×J), Tasikmalaya Jambi (T×J), Kalimantan Majalengka (K×M), Majalengka Jambi (M×J), Kalimantan Tasikmalaya (K×T), purebred Kalimantan (K×K), Jambi (J×J), Majalengka (M×M), and Tasikmalaya (T×T). This was true for the male population. Female population showed J×K and M×K apart, the difference lies in the character of the forehead-base of the dorsal fin (A2) and the base of the dorsal fin-fin base stomach (A3). The highest similarity index was found Jambi (94.00%) Majalengka (92.00%) populations, while the lowest similarity index was T×J (72.00%). At market size of the consumption of giant gourami there are four major groups, based on the shape of the body. Two groups on pure strains showed a population of pure lines Kalimantan, Majalengka, and Tasikmalaya close kinship, but Jambi had a distant kinship. Two other groups in the population crosses, namely: cross J×M and M×K and the other group was a cross K×J, M×K, J×K, T×J, M×J, and K×T. The population of pure lines and crosses had a genetic distance away, so that the population of pure lines and crosses were different.