Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Nilai-Nilai Moral dalam Naskah “Kitab Pengajaran” Bayu Aji Prasetya; Asep Yudha Wirajaya
Madah: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 11 No. 2 (2020): Jurnal Madah
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31503/madah.v11i2.228

Abstract

AbstractThe purpose of this research is to reveal the existing moral values in the Kitab Pengajaran. The data source of this descriptive qualitative research is the manuscript of Kitab Pengajaran stored in the British Library, England whose inventory code number is  MSS Malay B metadata 13. The result of the study shows that there are some moral teachings in this text, namely: thinking before speaking, covering the disgrace of others, being disciplined and on time, and being able to control anger and lust. These teachings rightly need to be preserved, disseminated, and implemented  in social life today and in the future. Thus, the expectation of producing superior human resources among the Indonesian people whose characters are strong and intelligent will be immediately met. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai moral yang ada dalam Kitab Pengajaran. Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitaif dengan menggunakan sumber data berupa naskah Kitab Pengajaranyang tersimpan di Perpustakaan British, Inggris, dengan nomor kode inventarisasi metadata MSS Malay B13. Berdasarkan hasil kajian, dapat diketahui bahwa tterdapat beberapa ajaran moral dalam naskah ini, yaitu: ajaran untuk berpikir sebelum berucap, ajaran menutupi aib orang lain, ajaran disiplin dan tepat waktu, serta mampu mengendalikan amarah dan hawa nafsu. Ajaran-ajaran tersebut sudah sepatutnya perlu dilestarikan, disosialisasikan, dan diimplementasikan lagi dalam kehidupan bermasyarakat, baik di masa sekarang maupun di masa-masa yang akan datang. Dengan demikian, harapan bangsa Indonesia agar segera menghadirkan sumber daya manusia unggul yang memiliki karakter kuat dan cerdas dapat menjadi sebuah kenyataan. 
Nilai-Nilai Spiritual dalam Upacara Tradisi Lopis Raksasa di Pekalongan Maiyang Resmanti; Umu Hana Amini; ‘Ufairoh Shoofii Abiyyi; Divani Majidullah Syarief; Asep Yudha Wirajaya
Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 21 No. 02 (2021): Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci, Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/islamika.v21i02.923

Abstract

The giant lopis tradition ceremony in Pekalongan is the one of cultural events called syawalan which the event is interested by local and foreign people. The problem of this study is how lopis can attract wider community. This research is descriptive qualitative research with data collection techniques using observations, interviews, and literature reviews. The collected data are the fact of field collecting and information about spiritual values in Pekalongan giant lopis tradition. It during the process of making giant lopis which the makers are advised to purify themselves first, then the manufacturing process begins with reading basmalah, continued with selawat during making lopis, and ended with hamdalah. The spiritual values attached to lopis symbolize interreligious harmony, human relation with other relatives, and relationship with God. However, it in the process of cutting giant lopis are sincerity and a form of submission to God. Thus, it is the values that attract an attention of visitors both local and foreign, in addition to the large lopis shape.
Language Diversity in Syair Nasihat: An Alternative Effort to Strengthen National Identity through Literature Learning Asep Yudha Wirajaya; Bani Sudardi; Istadiyantha Istadiyantha; Warto Warto
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 10, No 2 (2021): Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/rnh.v10i2.4052

Abstract

Syair Nasihat (hereinafter abbreviated as SN) is an old literary work written in Arabic letters and utilizing the diversity of languages that exist in the archipelago. Therefore, a study of the SN manuscript needs to be carried out comprehensively and holistically so that the diversity of languages used to instill the values of local wisdom can be used as a source of inspiration for literary learning in the future. The method used in this study is the text editing method, namely the critical edition method. The use of this method is expected to provide good and correct SN text edits. The text study method used is a literary research method, especially semiotic studies. Thus, the use of language and its symbols contained in the SN text can be fully disclosed so that the results of the study can be useful for the world of education in welcoming the Industrial Revolution 4.0 and Society 5.0. AbstrakSyair Nasihat (selanjutnya disingkat SN) merupakan karya sastra lama yang ditulis dengan huruf Arab dan memanfaatkan keragaman bahasa yang ada di Nusantara. Oleh karena itu, kajian terhadap naskah SN perlu dilakukan secara komprehensif dan holistik sehingga keragaman bahasa yang dimanfaatkan untuk menanamkan nilai-nilai kearifan lokal tersebut dapat dijadikan sumber inspirasi bagi pembelajaran sastra di masa yang akan datang. Adapun metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode penyuntingan teks, yaitu metode edisi kritis. Penggunaan metode ini diharapkan dapat menghadirkan suntingan teks SN yang baik dan benar. Adapun metode pengkajian teks yang digunakan adalah metode penelitian sastra, khususnya kajian semiotik. Dengan demikian, penggunaan bahasa beserta simbol-simbolnya yang terdapat dalam teks SN dapat diungkap secara tuntas sehingga hasil kajiannya dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam menyambut Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0.
Implementasi Pendidikan Berkarakter Pancasila dalam Desain Kurikulum Muatan Lokal SD di Kabupaten Sragen: Sebuah Upaya Mempersiapkan Generasi Emas Asep Yudha Wirajaya
Social, Humanities, and Educational Studies (SHES): Conference Series Vol 5, No 3 (2022): Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.072 KB) | DOI: 10.20961/shes.v5i3.59308

Abstract

Implementasi pendidikan berkarakter Pancasila merupakan sebuah keharusan yang wajib dijalankan oleh semua level satuan pendidikan. Akan tetapi, terkadang keterbatasan Jam Pembelajaran membuat para guru di sekolah mengalami berbagai kendala. Oleh karena itu, perlu ada sebuah terobosan yang mampu memadukan pendidikan berkarakter Pancasila ini dengan berbagai mata pelajaran yang lain di sekolah sehingga implementasinya benar-benar dapat membangun karakter siswa Pancasila yang sesungguhnya. Adapun implementasi tersebut dilakukan dengan menambahkan 2 mata pelajaran baru, yaitu mata pelajaran Religius dan Seni Kreasi Bumi Sukowati. Dalam mata pelajaran Religius, output yang diharapkan adalah mampu menyiapkan siswa yang religius, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Dalam mata pelajaran Seni Kreasi Bumi Sukowati, outputnya diharapkan mampu membekali siswa dengan seni budaya di lingkungan sekitar dan sekaligus menyiapkan menjadi enterpreuner muda yang tangguh dan handal. Jadi, selain untuk mengimplementasikan pendidikan berkarakter Pancasila, pilot project ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di masing-masing Sekolah Dasar Negeri Pembina.
DIVINE VALUES IN THIBBIL QULUB AS A MEANS OF SPIRITUAL RECREATION FOR MUSLIMS IN THE MIDDLE OF THE PANDEMIC Akhida Rukhul Qisthi; Muhammad Jibran Zuliansyah; Sarirotul Ishmah; Umu Hana Amini; Diana Kurniawati; Asep Yudha Wirajaya
POETIKA Vol 10, No 1 (2022): Issue 1
Publisher : Literary Studies, Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/poetika.v10i1.69221

Abstract

Syair (Islamic hymn) is one form of oral literature which, in general, has a certain place in the cultural pattern of society. The current situation of the COVID-19 pandemic has had a major impact on various aspects of human life. This pandemic has a global and personal impact, one of which is the impact on human psychology. Salawat Thibbil Qulub is a salawat that contains a prayer addressed to Allah SWT. Several interviews with mosque congregation reciting Islamic hymns in Surakarta have revealed that Thibbil Qulub is one of the most frequently recited types of Islamic hymns. On the basis of this phenomenon, we look into a number of underlying assumptions about the verses in Thibbil Qulub whose role are providing peace of mind for muslims in the midst of a pandemic situation. This study uses descriptive qualitative method to investigate and describe the meaning of the verses of “Thibbil Qulub”. This study employs Riffaterre's semiotic approach for the textual analysis of the verses. The findings lead to the conclusion that the verses of Thibbil Qulub are indeed full of divine values and a relevant means of restoring or maintaining inner peace for muslims in the midst of the COVID-19 pandemic.
REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM SYAIR ARDAN: KAJIAN FEMINISME Maiyang Resmanti; Asep Yudha Wirajaya
TOTOBUANG Vol. 10 No. 1 (2022): TOTOBUANG, Edisi Juni 2022
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper is the result of a study that reviews Syair Ardan which is studied with feminism theory. Syair Ardan tells the phenomenon of women living in patriarchal culture and their opposition both directly and indirectly. The types of research used are descriptive qualitative research, data collection techniques with library, read, and take note techniques. The data are validated by theoretical triangulation. Data analysis techniques are in the form of data classification, data reduction, and data analysis. This paper contains the explanation of the representation of women who are able to develop their abilities and take part in the public sphere. Zuhrah was the daughter of the King who could become a woman who was good at self defence and using weapons. She was also able to become a wise king, set the right policies or regulations, and be respected by the ministers and their people in the midst patriarchal culture. However, Zuhrah was not shown as a female king, but a female king disguised as a male. It seems that the co-author chose to side with the acceptance of the text which still adhered to the patriarchal culture.Tulisan ini merupakan hasil kajian yang mengulas Syair Ardan yang dikaji dengan teori feminisme. Syair Ardan mengisahkan fenomena perempuan yang hidup di kebudayaan patriarkat dan upayanya menyamaratakan peran gender baik secara langsung maupun tidak langsung. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dengan teknik pustaka, simak, dan catat. Data diabsahkan dengan triangulasi teoretis. Teknik analisis data berupa klasifikasi data, reduksi data, dan analisis data. Tulisan ini berisi penjelasan mengenai representasi perempuan yang mampu mengembangkan kemampuan dirinya dan berperan di wilayah publik. Zuhrah adalah putri Raja yang mampu menjadi perempuan pandai bela diri, pandai menggunakan senjata, menjadi raja yang bijaksana, dapat menetapkan kebijakan atau regulasi yang tepat, dan disegani menteri serta rakyatnya di tengah kebudayaan patriarkat. Namun, Zuhrah tidak ditampakkan sebagai raja perempuan, tetapi raja perempuan yang menyamar sebagai laki-laki. Agaknya penyalin memilih berpihak pada keberterimaan teks yang masih berpegang teguh pada kebudayaan patriarkat.    
KAJIAN ESTETIKA MELAYU KLASIK DALAM SYAIR IBADAT Fadly Kus Ardhiyasa; Asep Yudha Wirajaya
Nuansa Indonesia Vol 24, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/ni.v24i2.71391

Abstract

Objek penelitian yang digunakan pada filologi adalah sebuah naskah, sedangkan yang menjadi objek kajiannya sering disebut dengan teks. Tujuan dari penelitian filologi itu sendiri agar dapat mengungkapkan kandungan isi yang terdapat dari naskah tersebut. Terdapat banyak naskah Melayu ditemukan yang membahas ajaran Islam. Salah satu naskah yang membahas tentang kepercayaan Islam adalah naskah Melayu yang berjudul Syair Ibadat (SI). Pembahasan yang ada dalam teks Syair Ibadat banyak mengandung pedoman hidup manusia agar dalam kehidupannya di dunia lebih mengenal Allah dan melaksanakan ibadah serta menjauhi maksiat. Hal ini sejalan dengan konsep khazanah sastra Melayu klasik yang diungkapkan oleh Braginsky, yaitu indah, berfaedah atau kamal, dan kesempurnaan jiwa. Penelitian terhadap Syair Ibadat memakai metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis estetika Melayu Klasik yang terdapat pada Syair Ibadat. Berdasarkan analisis estetika Melayu klasik, penelitian ini menghasilkan 3 aspek fungsi, yaitu keindahan, faedah, dan juga kesempurnaan jiwa. Teks Syair Ibadat juga menjelaskan tentang 20 sifat Allah, yakni tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Selain itu, dalam teks Syair Ibadat juga menjelaskan nasihat pengajaran tentang tata cara bertobat dan beramal baik dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran yang lainnya adalah menjelaskan tuntutan kepada semua umat manusia agar selalu menuntut ilmu dan juga patuh kepada guru yang merupakan pengganti orangtua pada saat sedang menuntut ilmu.Kata kunci: estetika Melayu Klasik, Syair Ibadat, 20 sifat Allah, nasihat pengajaran
TRANSFORMASI FOLKLORE DHUKUTAN MENJADI FILM DOKUMENTER: SEBUAH INSPIRASI DI ERA INDUSTRI KREATIF Asep Yudha Wirajaya
Jurnal Tradisi Lisan Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Volume 2, Nomor 1, Februari 2022
Publisher : ppjbsip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51817/jtln.v2i1.162

Abstract

Abstract: Dhukutan is one of the folklore treasures of the Lawu Highlands community which still exists and is commemorated to this day. So far, the Dhukutan folklore has been able to raise the name of the Nglurah area as a tourist destination with artifacts in the form of Menggung Temple and its rich flora as well as souvenirs for tourists. However, in the midst of the never-ending storm of the COVID-19 pandemic, the idea began to appear to package the traditional dhukutan ceremony into digital form. By packaging in a documentary film format, Dhukutan folklore is expected to be able to raise and introduce the local wisdom of the Tawangmangu community. Thus, packaging folklore into a documentary film will be a challenge for young creators and filmmakers. Given the steep and sloped shooting location. In addition, the Dhukutan ceremony itself takes 3 days and 4 nights. Of course, all of this needs to be carefully considered for the prospective producers who will handle the Dhukutan documentary. However, at least the presence of a Dhukutan documentary will enrich and give its color to the film industry in Indonesia.