Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Efektivitas Pelatihan Analisis Sederhana Kesehatan Tanah Sawah Melalui Metode Sekolah Lapang Petani Muhamad Khais Prayoga; Diyan Herdiantoro; Roby I Syarifain; Mieke R Setiawati; Kustiwa Adinata; Silke Stoeber; Tualar Simarmata
Jurnal Agro Wiralodra Vol. 4 No. 2 (2021): Jurnal Agro Wiralodra
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/agrowiralodra.v4i2.69

Abstract

Intrusi air laut dan meluapnya sungai akibat curah hujan yang tinggi karena dampak perubahan iklim menyebakan menurunya tingkat kesehatan tanah sawah. Petani perlu dilatih untuk menganalisis kesehatan tanah sawah secara sederhana melalui sekolah lapang. Pelatihan analisis sederhana kesehatan tanah sawah melalui metode sekolah lapang petani perlu diuji untuk mengetahui efektivitasnya dalam meningkatkan kemampuan petani. Penelitian dilaksanakan terhadap 17 petani yang berasal dari Desa Paledah dan Desa Ciganjeng (Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat) serta dari Desa Rawaapu dan Desa Cimurutu (Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah). Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuisioner pretest dan post test. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik non parametrik Chi-Square. Besar kecilnya peningkatan keilmuan petani berdasarkan nilai pretest dan posttest dianalisis menggunakan uji n-gain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata postest (65,88) dengan nilai rata-rata pretest (54,12) dan terjadi peningkatan sebanyak 21,74%. Berdasarkan nilai gain faktor, peningkatan keilmuan petani tergolong sedang. Petani peserta pelatihan memberikan sikap yang positif terhadap kegiatan pelatihan dimana petani seluruhnya setuju dan sangat setuju bahwa materi sesuai dengan kebutuhan petani, pemateri menyampaikan materi dengan baik, materi yang diberikan mudah diterapkan, ketersediaan sarana dan prasarana sangat menunjang kegiatan, pelatihan berlangsung kondusif, pelatihan yang diberikan bermanfaat untuk petani, dan materi pelatihan akan coba diaplikasikan secara mandiri.
Pemanfaatan Kultur In vitro untuk Konservasi Plasma Nutfah Teh Muhamad Khais Prayoga
Jurnal Penelitian Teh dan Kina Vol 1 No 2 (2022): Jurnal Sains Teh dan Kina
Publisher : Research Institute for Tea and Cinchona

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/pptk.jur.jstk.v1i2.161

Abstract

Konservasi plasma nutfah teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) umumnya dilakukan dalam keadaan tanaman tumbuh optimal secara ex situ di lapang. Metode tersebut memiliki kelemahan yaitu risiko terjadinya kehilangan plasma nutfah akibat serangan organisme pengganggu tanaman atau cekaman lingkungan abiotik sangat besar. Selain itu metode konservasi di lapang diperlukan lahan yang cukup luas. Alternatif konservasi yang lebih efektif dan efisien untuk tanaman teh adalah kultur in vitro. Keberhasilan kultur in vitro dipengaruhi oleh faktor genotipe bahan tanaman, eksplan yang digunakan, komposisi nutrisi pada media, zat pengatur tumbuh yang digunakan, serta lingkungan yang meliputi kondisi fisik kultur seperti temperatur dan cahaya. Sampai saat ini pemanfaatan kultur in vitro untuk kegiatan konservasi tanaman teh di Indonesia belum dilakukan. Penelitian-penelitian mengarah pada kegiatan perbanyakan untuk memproduksi bibit teh sintetik yang seragam. Berbeda dengan di Indonesia, di Negara Spanyol telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan teknik kultur in vitro untuk konservasi tanaman kerabat teh. Konservasi plasma nutfah secara in vitro telah sukses dilakukan pada tanaman-tanaman seperti kopi, strawberry, pisang dan jeruk besar. Pada dasarnya konservasi secara in vitro berfokus pada pelambatan laju pertumbuhan tanaman. Agar konservasi secara in vitro untuk plasma nutfah teh bisa dilakukan maka perlu dilakukan penelitian terkait: 1) pemilihan bagian tanaman teh terbaik sebagai bahan eksplan kultur jaringan, 2) proses sterilisasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi, dan 3) media dan kondisi lingkungan yang dapat menghambat laju pertumbuhan namun tidak mematikan tanaman.