Konsep scoolh distict (batas administrasi sekolah), merupakan konsep penataan spasial pendidikan yang mempertimbangkan prinsip minimalisasi jarak tempuh siswa, kesamaan akses pembentukan komunitas lokal, dan pembangunan berdasarkan keberlanjutan pendidikan dapatkesempatan pendidikan yang sama bagi diterapkan untuk memberikan semua penduduk untuk memanfaatkan infrastruktur pendidikan. Tujuan dan adalah untuk mengkaji bagaimana pola pendistribusian infrastruktur pendidikan SMP yang dapat menciptakan keadian sosial bagi masyarakat golongan menengah kebawah, agar pendistribusian dapat meningkatkan masyarakat golongan menengah kebawah untuk memanfaatan pelayanan pendidikan dasar SMP Surabaya tersebut dapat dengan merumuskan konsep distrik berdasarkan prinsip pengalokasian siswa jarak tempuh minimal dan infrastruktur pendidikan SMP. Hasil dari analisis SEM memperlihatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung dan kota SMP terhadap APK dan APM lewat indikator peran serta sehingga dalam membuat kebijakan penataan pendidikan perlu adanya optimalisasi terhadap sarana yang ada dengan menerapkan konsep distrik sekolah (penataan kembali batas administrasi sekolah) berdasarkan jarak tempuh yang ideal untuk mengatasi pada aspek kota yang berpengaruh signifikan terhadap peranserta masyarakat, sehingga pembangunan pendidikan diarahkan pada wilayah yang memiliki potensi kehilangan kesempatan menempuh pendidikan yang tinggi untuk mendukung keberlanjutan pendidikan dasar pada jenjang SMP di Surabaya. Distrik sekolah hendaknya memperhatikan jarak tempuh ideal yang resiko kecelakaan pada siswa dan dampaknya terhadap partisipasi penduduk serta menekankan pada pengalokasian siswa dengan tingkat ekononomi menengah kebawah. Simulasi penataan pendidikan pada UP IX dan sekitarnya menghasikan jarak tempuh total kelas-Km yang lebih efisien sebesar 34,7% redistricting dlakukan berdasarkan batas administrasi sekolah daripada berdasarkan administrasi wilayah pembangunan. Selain itu pembangunan sekolah lebih optimal jika menggunakan level menengah (membangun USB-RKB dikombinasikan dengan sistem sift atau SD SMP satu atap untuk kondisi darurat), jarak tempuh kelas-Km lebih efiseien sebesar 7,74% pada level atas (membangun USB dan RKB) pada wilayah UP IX dan sekitamya.