Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Konsep dan Tantangan Pengembangan Biorefinery Pertiwi, Dyah Setyo
JURNAL ITENAS REKAYASA Vol 17, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal ITENAS Rekayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.588 KB)

Abstract

ABSTRAKSaat ini telah terdapat definisi dan pendekatan penamaan/pengklasifikasian biorefinery yang dirumuskan oleh suatu badan otonomi bernama IEA Bioenergy, Task Number 42. Definisi biorefinery yang dirumuskan terbukti paling komprehensif dibandingkan definisi lain yang tersedia di literatur. Pendekatan pengklasifikasian biorefinery yang diajukan pun telah mempertimbangkan empat feature utama dari biorefinery, yaitu platform, produk, bahan baku dan proses. Panduan yang sistematis dinilai perlu ada untuk mendorong pengembangan biorefinery yang sustainable. Pengembangan biorefinery saat ini cenderung berbasis kepada kebutuhan untuk mensubstitusi produk oil refinery. Pengembangan proses-proses dalam biorefinery pun menyerupai pengembangan proses dalam oil refinery. Namun demikian, perbedaan karakteristik bahan baku memberi tantangan kepada sintesis biorefinery. Tantangan berupa pemilihan bahan baku dan produk disarankan untuk dihadapi dengan penggunaan parameter-parameter pembanding, seperti Chemical Value, Fuel Value, dan Component Value; sedangkan pemilihan jenis proses dan urutan proses yang sistematis dapat dirintis dengan adanya pemetaan technology platform terhadap kandungan bahan baku. Pemetaan tersebut akan menunjukkan adanya perbedaan yang berarti antara proses-proses untuk energy-driven biorefineries dan materialdriven biorefineries. Keberadaan klasifikasi biorefinery serta ketersediaan perangkat, berupa peta dan parameter pembanding, diharapkan dapat mendorong pengembangan sistem biorefinery yang sustainable dengan lebih cepat.Kata kunci: biorefinery, konsep, tantangan, sintesis ABSTRACTThere has been a definition and classification approach for biorefinery systems provided by an autonomous agency, IEA Bioenergy, Task Number 42. The definition is so far the most comprehensive and the classification has included four major features in biorefinery, i.e. platforms, products, raw materials and processes. It is envisaged that systematic guidance for developing sustainable biorefienies will be available. The current biorefinery development has been based on the need for the substitution of oil refinery products. Also, the development has been analogous to the oil refinery process development. However, the special characteristics of biomass have given some challenges to biorefinery synthesis. Some parameters are suggested to face the challenges in raw material and product selections, i.e. Chemical Value, Fuel Value, and Component Value, while process and process order selection can be assisted by technology platform and raw material mapping. There should be significant differences in process development for energy-driven biorefineries and material-driven biorefineries. The existence of biorefinery classification as well as some tools, i.e. mappings and relevant parameters, is expected to foster the development of sustainable biorefinery systems.Keywords: biorefinery, concepts, challenges, synthesis
IMPLEMENTASI PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DI PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK Parapat, Riny Yolandha; Wagianto , Prisheella Olivia; Nurlian , Sabrina Putri; Khairunnisa , Gisela; Pertiwi, Dyah Setyo
Scientica: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Vol. 2 No. 7 (2024): Scientica: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi
Publisher : Komunitas Menulis dan Meneliti (Kolibi)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di industri mencakup aspek yang krusial dalam memastikan lingkungan kerja yang aman dan produktif bagi para pekerja. Abstrak ini menyajikan gambaran umum tentang pentingnya K3 di industri, menyoroti berbagai risiko dan bahaya yang mungkin dihadapi oleh pekerja, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah kecelakaan dan cedera kerja. Artikel ini meliputi implementasi peraturan K3, pelatihan dan kesadaran karyawan, penanganan bahan kimia berbahaya, penggunaan peralatan pelindung diri (APD), manajemen risiko, dan praktik terbaik dalam budaya keselamatan di tempat kerja. Dengan memprioritaskan K3, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya terkait cedera kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan berkelanjutan.