Batubara digunakan sebagai bahan bakar untuk membentuk klinker yang merupakan bahan dasar semen. Residu yang dihasilkan yaitu abu terbang/fly ash yang dapat mencemari udara. Fly ash bersifat pozzolan yang dapat bereaksi dengan kapur dan bersifat mengikat, sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan semen sebagai pengganti material yang selama ini digunakan yaitu trass. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap proporsi fly ash agar mendapat kualitas semen yang memenuhi persyaratan SNI 0302-2014. Metode penelitian yang dilakukan adalah karakterisasi oksida dalam fly ash menggunakan XRF, optimasi penggilingan sampel fly ash, pencampuran blanko semen dengan sampel fly ash, dan pengujian kimia dan fisika. Pengujian kimia meliputi uji kapur bebas, uji bagian tak larut, uji hilang pijar dan uji XRF. Sedangkan untuk pengujian fisika meliputi uji kehalusan, uji residu dengan ayakan 45 μm, uji kandungan air, uji pemuaian, uji nilai konsistensi, uji setting time, dan uji kuat tekan. Komposisi fly ash yang ditambahkan pada blanko semen adalah 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%. Hasil pengujian kimia dan fisika didapatkan semakin banyak penambahan fly ash maka akan mempengaruhi kualitas dari semen yang dihasilkan. Hasil pengujian kimia untuk uji kapur bebas mengalami penurunan, sedangkan untuk uji bagian tak larut dan uji hilang pijar mengalami kenaikan. Pengujian fisika meliputi uji kehalusan, uji kandungan udara, uji pemuaian, uji setting time, mengalami kenaikan sedangkan uji residu mengalami penurunan. Hal ini disebabkan semakin halus luas permukaan semen maka nilai residu yang dihasilkan semakin menurun. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan fly ash 10%-30% memenuhi persyaratan SNI 0302-2014.