Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Uji sifat fisikokimia gelatin yang diisolasi dari tulang ikan kembung (Rasterelliger sp.) menggunakan beberapa jenis larutan asam Nurlela Nurlela; Lany Nurhayati; Eka Lindawati
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v11i1.6805.49-58

Abstract

Salah satu upaya peningkatan nilai ekonomi limbah tulang ikan adalah mengolahnya menjadi gelatin. Ikan kembung merupakan ikan yang relatif murah, digemari masyarakat dan mengandung protein tinggi. Untuk menghasilkan gelatin berkualitas baik diperlukan optimasi pengolahan diantaranya yaitu variasi konsentrasi dan jenis larutan asam serta waktu ekstraksi. Tujuan penelitian ini adalah mencari perlakuan asam terbaik pada proses demineralisasi dan waktu terbaik pada proses ekstraksi dengan aquades menggunakan two-ways ANOVA, serta menguji sifat fisikokimia gelatin dari rendemen tertinggi.  Pelarut asam yang digunakan adalah asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), dan asam asetat (CH3COOH) dengan konsentrasi masing-masing 2, 4 dan 6% v/v. Variasi waktu ekstraksi yaitu 2, 4 dan 6 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen tertinggi diperoleh dari perendaman dengan H2SO4 4% dengan waktu ekstraksi selama 6 jam yaitu 4,27%. Gelatin tersebut memiliki sifat fisikokimia: pH 4,0, titik leleh 28-31,2 oC, titik isoelektrik 9,0, viskositas 2,8 cPs, bobot molekul relatif sebesar 38.390,9 g/mol, kadar air 9,30%, kadar abu 23,85%, kadar protein 58,37%, kadar lemak 0,86% dan kadar karbohidrat 7,63%.  Analisis FTIR dari gelatin yang dihasilkan menunjukkan gugus-gugus fungsi O-H, C-H, C-N, C=O, dan N-H yang sama dengan gelatin komersial. Namun, masih diperlukan optimasi seperti suhu ekstraksi agar gelatin hasil isolasi memenuhi standar mutu.
EDUKASI TENTANG PANGAN FUNGSIONAL BERBASIS PANGAN LOKAL: PORANG DAN JAGUNG Nurlela Nurlela; Mia Azizah; Anak Agung Eka Suwarnata
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5 No 2 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/logista.5.2.241-248.2021

Abstract

Indonesia kaya akan sumber bahan pangan dengan kandungan komponen bioaktif yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi olahan pangan fungsional yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Bahan pangan lokal tersebut adalah porang (Amorphophallus muelleri Blume) yang mengandung serat pangan tinggi dan jagung yang mengandung β-karoten dan bebas gluten. Dalam upaya memanfaatkan porang dan jagung, serta kondisi pandemi COVID-19 yang menuntut masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan, mendorong kami untuk mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat ini. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menyebabkan kegiatan pengabdian masyarakat diadakan secara virtual yang dikemas dalam bentuk webinar menggunakan aplikasi zoom dan youtube. Metode pelaksanaan yang dilakukan meliputi: edukasi berupa pemaparan materi dan pemutaran video praktek pembuatan mi berbahan baku tepung porang dan jagung, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi. Kegiatan berjalan lancar dan antusiasme yang luar biasa dari peserta yang berasal dari berbagai kalangan. Implikasi dari kegiatan ini adalah peserta memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai budidaya porang, teknologi pengolahan jagung dan porang menjadi bahan pangan fungsional. Kata kunci: serat pangan, gluten, beta karoten, pangan fungsional, covid-19 ABSTRACT Indonesia is rich in food sources containing bioactive components that have the potential to be developed into functional food, which provide health benefits. That local food sources are porang (Amorphophallus muelleri Blume) which contains high dietary fiber and corn which contains β-carotene and is gluten free. To take the advantages of porang and corn, also the COVID-19 pandemic condition which requires the public to pay more attention to health, it encourages us to conduct this community service activity. The Policy of Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) causes community service activities to be carried out virtually such as webinar using zoom and youtube applications. The implementation methods include: presentation and video playback of the practice of making noodles made from porang flour and corn, followed by a discussion session. The activity was successful and there was great enthusiasm from participants from various background. The implication of this activity is the participants gain knowledge and insight about porang cultivation, corn and porang processing technology into functional food ingredients. Keywords: dietary fiber, gluten, beta carotene, functional food, covid-19
FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR LOGAM BERAT Cd DENGAN MENGGUNAKAN TANAMAN HANJUANG (Cordyline fruticosa) Novie Eka Permata Sari; Nurlela Nurlela; Supriyono Eko Wardoyo
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 9 No. 2 (2019): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.785 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v9i2.230

Abstract

Phytoremediationn of Cadmium (Cd) Contaminated Soil using Hanjuang Plants (Cordyline fruticosa)Phytoremediation of Cadmium (Cd) contaminated soil using ornamental plants is one method that applicable and environmental friendly in the process absorption of metal in the soil. This study aims to determine the effectiveness of phytoremediation and the potential of hanjuang plants as phytoremediation agents for cadmium metals. Hanjuang plants are planted on soil media which is previously added to heavy media as pollutants, namely Cd(NO3)2 with a concentration of 0; 50; 100; 150 mg/Kg for 42 days. Measurement of Cd concentration uses Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry instrument. The results showed that hanjuang plants could accumulate cadmium metals in the roots. The highest accumulation is found in the roots of plants at 150 mg/Kg concentration and the result is 36.2167 mg/Kg, whereas in the stems and leaves of plants is not found heavy metal absorptions. Hanjuang plants contaminated with cadmium metal have a bioconcentration value (BCF)<1 so that they are included in the metal excluder group or low accumulator. The highest distribution of cadmium metal concentration is in the roots with transport factor (TF)<1 so that hanjuang plants are included in phytoremediation plants with their metal absorption which mechanism is phytostabilization.Keywords : Cordyline fruticosa, Phytoremediation, Cadmium, ICP-OESABSTRAKFitoremediasi tanah tercemar logam Kadmium (Cd) menggunakan tanaman hias merupakan salah satu metode yang aplikatif dan ramah lingkungan dalam proses penyerapan logam di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas fitoremediasi dan potensi tanaman hanjuang sebagai agen fitoremediasi dalam menyerap logam kadmium. Tanaman hanjuang ditanam pada media tanah yang sebelumnya media tanah tersebut ditambahkan logam berat sebagai pencemar yaitu Cd(NO3)2 dengan variasi konsentrasi 0; 50; 100; 150 mg/Kg selama 42 hari. Pengukuran konsentrasi Cd menggunakan instrumen Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry. Hasil penelitian menunjukkan tanaman hanjuang dapat mengakumulasi logam kadmium pada bagian akar. Akumulasi tertinggi ditemukan pada bagian akar tanaman pada konsentrasi 150 mg/Kg sebesar 36,2167 mg/Kg, sedangkan pada bagian batang maupun daun tanaman tidak ditemukan adanya penyerapan. Tanaman hanjuang yang terkontaminasi oleh logam kadmium memiliki nilai biokonsentrasi (BCF)<1 sehingga termasuk ke dalam kelompok metal excluder atau akumulator rendah. Distribusi konsentrasi logam kadmium paling tinggi terdapat pada bagian akar dengan faktor transport (TF)<1 sehingga tanaman hanjuang termasuk ke dalam tanaman fitoremediasi dengan mekanisme penyerapan logamnya yaitu fitostabilisasi.Kata kunci : Cordyline fruticosa, Fitoremediasi, Kadmium, ICP-OES.
Effectiveness of caporite to reduce concentration of iron and mangan in Ciliwung river water as raw water PDAM Nadhila Aulia Dwiputri; Mia Azizah; Nurlela Nurlela
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 11 No. 1 (2021): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.937 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v11i1.295

Abstract

The water of the Ciliwung river used as raw water for PDAM Depok contains iron and manganese, which levels were quite high and exceeded the quality standard. The purposes of the research are to determine the effectiveness of caporite to reduce levels of iron and manganese to reach levels that meet the standards of Government Regulation Number 82 of 2001. The sample used in this study was the water of the Ciliwung river used as a source of raw water for PDAM Depok with two different water treatment plant (WTP) locations, location 1 in Legong WTP and location 2 in Citayam WTP. Raw water was taken using a submersible water pump located at the bottom of the Ciliwung river. The analytical method used as a reference for determining iron levels was based on the FerroZine Rapid Liquid Method 1970, and for manganese levels was based on 1- (2-Pyridylazo) -2-Naphthol PAN Method 1977, both methods using the Spectrophotometric method. The results showed that iron and manganese levels were quite high, exceeding the standards of Government Regulation No.82 of 2001 with a maximum standard of iron content is 0.3 mg/L, and a maximum standard of manganese level is 0.1 mg/L. After adding a certain dose of chlorine to Ciliwung river water in the Legong and Citayam WTPs, it was found that chlorine effectively reduced Fe and Mn levels because it was able to reduce levels up to 80% and meet the quality standards.Keywords: Caporite, Iron, Manganese, Ciliwung River, RegulationABSTRAKEfektivitas kaporit untuk menurunkan kadar besi dan mangan dalam air sungai Ciliwung sebagai air baku PDAMAir sungai Ciliwung yang digunakan sebagai air baku PDAM Depok terdapat zat besi dan mangan dengan kadarnya cukup tinggi serta melebihi ambang baku mutu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas kaporit dalam menurunkan kadar besi dan mangan sehingga memenuhi standar baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 untuk kelas 1. Sampel air yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari 2 titik lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berbeda, yaitu  dari IPA Legong dan  IPA Citayam. Sampel air baku diambil dengan menggunakan pompa air submersible (pompa celup) yang berada di dasar sungai Ciliwung. Penelitian dilakukan dengan eksperimen jar test di laboratorium. Metode analisis untuk menentukan kadar besi  mengacu pada FerroZine Rapid Liquid Method tahun 1970 dan mangan berdasarkan 1-(2-Pyridylazo)-2-Napthol PAN Method tahun 1977 dengan menggunakan metode Spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukan kadar besi dan mangan yang cukup tinggi hingga melebihi standar yang telah ditetapkan dalam PP No.82 Tahun 2001 dengan kadar Fe maksimal 0,3 mg/L dan kadar Mn maksimal 0,1 mg/L. Setelah dilakukan penambahan bahan kimia kaporit ke dalam sampel air sungai Ciliwung  dari  IPA Legong dan Citayam, dengan dosis 10 mg/L untuk penurunan Fe dan 30 mg/L untuk penurunan Mn dapat efektif menurunkan konsentrasi Fe dan Mn  hingga 80%, dan memenuhi  standar baku mutu yang digunakan.Kata Kunci: Kaporit, Besi, Mangan, Sungai Ciliwung, Baku Mutu
PENGARUH RESIN TERHADAP PERUBAHAN WARNA PADA CAT TEMBOK Nurlela Nurlela; Risnawati Risnawati
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 5 No. 2 (2015): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.734 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v5i2.264

Abstract

The Influence of Resin against the Change of Color on the Wall PaintThe quality of the paint is determined by the resin used. Synthetic resins for polymer paints are made by combining several monomers to achieve various characteristics. The incorporation of some monomers such as polyvinyl acetate resin, acrylic vinyl resin and acrylic styrene resin which act as a binder can affect the quality of the paint especially the color change. The purpose of this study is to find the color changes that occur on the wall paint by using Poly Styrene Acrylic , Poly Vinyl Acetate and Poly Vinyl Acrylic. From the results of the measurement of color difference, significant color change occurs in the Poly Vinyl Acetate (PVAc) + Poly Vinyl Acrylic (PVA) and Poly Styrene Acrylic (PSA). The results of the quality test of the three resins based on pH test, scrub test and viscosity test, PSA has better quality compared to PVA + PVAc and PVA resin. From the color difference measurement test, some things need to be considered, are temperature, film thickness, substrate color/background color and measurement conditions (measured in wet sample/in plate/dry surface) and test on resin added additive according to the type of each resin.Keywords: Paint, Resin, Color Changes, Poly Vinyl Acetate, Poly Styrene.ABSTRAK Kualitas dari cat sangat ditentukan oleh resin yang digunakan. Resin sintetis untuk cat berupa polimer yang dibuat dengan menggabung beberapa monomer untuk mencapai berbagai karakteristik. Penggabungan dari beberapa monomer seperti resin poli vinil asetat, resin vinil akrilik dan resin stirena akrilik yang berfungsi sebagai pengikat mampu mempengaruhi kualitas cat terutama dari perubahan warna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi pada cat tembok dengan menggunakan Poli Stirena Akrilik, Poli Vinil asetat dan Poli Vinil Akrilik. Dari hasil pengukuran perbedaan warna, perubahan warna cukup signifikan terjadi pada resin Poli vinil Asetat (PVAc) + Poli Vinil Akrilik (PVA) dan resin  Poli Stirena Akrilik (PSA). Hasil uji Kualitas cat dari ketiga resin berdasarkan uji pH, uji scrub dan uji viscositas, PSA memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan resin PVA+PVAc dan PVA. Dari pengujian pengukuran perbedaan warna, beberapa hal yang perlu di perhatikan, yaitu suhu, film thickness, warna substrat/background color dan kondisi pengukuran (diukur dalam keadaan wet sample/dalam bentuk plate/dry surface) dan pengujian terhadap resin yang ditambahkan zat aditif yang sesuai dengan tipe masing-masing resin tersebut.Kata Kunci: Cat, Resin, Perubahan Warna, Poli Vinil, Poli Stirena.
Secondary Metabolites and Potential Antioxidants of Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) Mace from West Java Rahmatul Kartini Erza; Karmanah Karmanah; Nurlela Nurlela
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 12 No. 2 (2022): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.315 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v12i2.380

Abstract

Nutmeg mace is a mesh-shaped seed coat that is bright red when the fruit is ripe and yellowish-white when immature, which generally contains secondary metabolites such as flavonoids and phenolics. This study aimed to examine the content of flavonoids and phenolics, the antioxidant activity of ethanol extract of the nutmeg (Myristica fragrans Houtt) mace based on three regions in West Java i.e. Sukabumi, Cianjur, and Bogor District with age differences. Total phenolic content was measured spectrophotometrically using the Folin Ciocalteau reagent. The total flavonoid content was quantitatively measured using the AlCl3 colorimetric method. Antioxidant activity was tested by measuring the IC50 using the 2,2-diphenyl-1-picryl hydrazyl (DPPH) method. The highest phenolic content was found in young nutmeg from Sukabumi Regency (76.40 mgTAE/g). The highest flavonoid content was found in old age mace nutmeg from Bogor Regency (20.33 mgQE/g). Nutmeg mace has the potential as a natural antioxidant because it can reduce free radicals in DPPH with the lowest IC50 of 153.5 mg/L in old mace from Cianjur District.Keywords: Myristica fragrans Houtt; Mace; Phenolic; Flavonoid; Antioxidant ActivityABSTRAKKandungan Metabolit Sekunder Dan Potensi Antioksidan Fuli Buah Pala (Myristica Fragrans Houtt) Dari Jawa BaratFuli pala adalah selubung biji berbentuk jala berwarna merah terang ketika buah sudah matang dan berwarna putih kekuningan ketika belum matang, yang  umumnya mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid dan fenolik. Tujuan penelitian ini  untuk menguji kandungan senyawa flavonoid, fenolik dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol fuli pala (Myristica fragrans Houtt) berdasarkan tiga wilayah yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor dengan perbedaan usia. Kadar total fenolik diukur spektrofotometri menggunakan reagen Folin Ciocalteau, Kadar total flavonoid secara kuantitatif dengan metode kolorimetri AlCl3. Aktivitas antioksidan diuji dengan mengukur nilai IC50 dengan metode 2,2- difenil-1-pikril hidrazil (DPPH). Kadar fenolik tertinggi didapatkan pada pala usia muda dari Kabupaten Sukabumi dengan kadar sebesar 76,40 mgTAE/g. Kadar flavonoid tertinggi didapat pada fuli pala usia tua di Kabupaten Bogor dengan kadar sebesar 20,33 mgQE/g. Fuli buah pala berpotensi sebagai antioksidan alami karena mampu meredam radikal bebas pada DPPH dengan IC50 terendah sebesar 153,5 mg/L yang diperoleh dari fuli usia tua dari Kabupaten Cianjur.Kata kunci: Myristica fragrans Houtt; Fuli; Fenolik; Flavonoid; Aktivitas Antioksidan
KEABSAHAN METODE ANALISIS KADAR PCMX (p-chloro m-xylenol) DALAM SABUN CAIR ANTISEPTIK Nurlela Nurlela
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 1 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.127 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i1.74

Abstract

Validity of Analysis Method for PCMX (p-chloro m-xylenol) Concentration in Antiseptic Liquid Soap          PCMX (p-chloro m-xylenol) is an active substance functioning to kill bacteria (bactericide), generally added to the formula of soap, detergents, antiseptics, disinfectants and various other products. The purpose of this study was to verify the validity of PCMX concentration analysis method in antiseptic liquid soap using High PerformanceLiquid Chromatograph (HPLC)so that it was trustworthy and could be used as a routine analysis in the Quality Assurance Laboratory of Reckitt Benckiser Indonesia Company. Parameters of analysis method performance were selectivity, linearity, instrument precision, repeatability, intermediete precision, and accuracy. The mobile phase used was a mixture of methanol and 1% v/v glacial acetat acid in de-ionized water with the ratio of 55:45. The HPLC Agilent 1200 UV detector was given the following setting: Spherisorb 5 ODS 1 coloumn  (150 x 4,6) mm, flow rate 2,0 ml/min, injection volume 20 µL, detection UV at 280 nm, temperature 40 0C, and run time 20 minutes. The validation result in: selectivity test, analyte (PCMX) devider peak without disturbance from other components in the sample; linearity test: r>0,9996; instrument precision: RSD percentage values for standard solution 0,028 mg/L and 0,036 mg/L were 0,08% and 0,45% respectively; repeatability: RSD percentage value was 0,98%; intermediate precision: the method didn’t give any real difference in different analysis in adifferent execution period; and accuracy: recovery value was 108,98%. Based on the result,it could be concluded that this method of analysis was trustworthy and could be used as a routine analysis at Reckitt Benckiser Indonesia Company.Keywords: Validity of Analysis Method, PCMX (p-chloro m-xylenol), High Performance Liquid Chromatograph ABSTRAK         PCMX (p-chloro m-xylenol) merupakan zat aktif yang berfungsi mematikan bakteri (bakterisida), umumnya ditambahkan ke dalam formula sabun, detergen, antiseptik, desinfektan, dan berbagai produk lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keabsahan metode analisis kadar PCMX dalam sabun cair antiseptik menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) sehingga layak dan dapat dipercaya untuk analisis rutin di laboratorium Quality Assurance PT Reckitt Benckiser Indonesia. Parameter kinerja metode analisis mencakup selektivitas, linieritas, presisi, dan akurasi. Fase gerak yang digunakan adalah campuran antara metanol dan larutan asam asetat glasial 1% v/v dalam de-ionized water dengan perbandingan 55:45. Pengukuran dilakukan menggunakan KCKT Agilent 1200 UV detector dengan pengaturan sebagai berikut: kolom 150 x 4,6 mm Spherisorb 5 ODS 1, kecepatan alir 2,0 mL/min, volume injeksi 20 µL, panjang gelombang 280 nm, temperatur 40 0C, dan waktu analisis 20 menit. Hasil pengujian diperoleh uji selektivitas berupa peak yang mampu memisahkan analit (PCMX) dalam sampel tanpa gangguan dari komponen lain dalam sampel. Uji linieritas menghasilkan r>0,9996. Presisi instrumen menghasilkan % RSD untuk konsentrasi larutan standar 0,028 mg/mL dan 0,036 mg/mL berturut-turut adalah 0,08% dan 0,45%. Keterulangan menghasilkan % RSD sebesar 0,98%. Presisi antara menunjukkan bahwa metode analisis tidak memberikan hasil yang bervariasi (berbeda nyata) jika dilakukan oleh analis yang berbeda pada waktu yang berbeda dan uji akurasi menghasilkan %recovery sebesar 108,98%. Berdasarkan hasil kinerja metode analisis kadar PCMX tersebutdapat disimpulkan bahwa metode analisis ini valid, sehingga layak untuk digunakan di laboratorium Quality Assurance PT Reckitt Benckiser Indonesia.Kata Kunci: Keabsahan Metode, PCMX (p-chloro m-xylenol), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
KARAKTERISASI DAN PROPORSI ABU TERBANG (FLY ASH) DALAM PEMBUATAN PCC (PORTLAND COMPOSITE CEMENT) Nurlela Nurlela; Finda Pratiwi Istomo
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 10 No. 2 (2020): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.953 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v10i2.284

Abstract

Batubara digunakan sebagai bahan bakar untuk membentuk klinker yang merupakan bahan dasar semen. Residu yang dihasilkan yaitu abu terbang/fly ash yang dapat mencemari udara. Fly ash bersifat pozzolan yang dapat bereaksi dengan kapur dan bersifat mengikat, sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan semen sebagai pengganti material yang selama ini digunakan yaitu trass. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap proporsi fly ash agar mendapat kualitas semen yang memenuhi persyaratan SNI 0302-2014. Metode penelitian yang dilakukan adalah karakterisasi oksida dalam fly ash menggunakan XRF, optimasi penggilingan sampel fly ash, pencampuran blanko semen dengan sampel fly ash, dan pengujian kimia dan fisika. Pengujian kimia meliputi uji kapur bebas, uji bagian tak larut, uji hilang pijar dan uji XRF. Sedangkan untuk pengujian fisika meliputi uji kehalusan, uji residu dengan ayakan 45 μm, uji kandungan air, uji pemuaian, uji nilai konsistensi, uji setting time, dan uji kuat tekan. Komposisi fly ash yang ditambahkan pada blanko semen adalah 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%. Hasil pengujian kimia dan fisika didapatkan semakin banyak penambahan fly ash maka akan mempengaruhi kualitas dari semen yang dihasilkan. Hasil pengujian kimia untuk uji kapur bebas mengalami penurunan, sedangkan untuk uji bagian tak larut dan uji hilang pijar mengalami kenaikan. Pengujian fisika meliputi uji kehalusan, uji kandungan udara, uji pemuaian, uji setting time, mengalami kenaikan sedangkan uji residu mengalami penurunan. Hal ini disebabkan semakin halus luas permukaan semen maka nilai residu yang dihasilkan semakin menurun. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan fly ash 10%-30% memenuhi persyaratan SNI 0302-2014.
Silica Content and Structure from Corncob Ash with Various Acid Treatment (HCl, HBr, and Citric Acid) Gladys Ayu Paramita Kusumah Wardhani; Nurlela Nurlela; Mia Azizah
Molekul Vol 12, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.348 KB) | DOI: 10.20884/1.jm.2017.12.2.382

Abstract

In this study, a simple method to obtain silica from corncob ash has been investigated using a nonthermal and thermal method. The Nonthermal method was done by various acid treatment with HCl, HBr and citric acid at room temperature. Thermal method was performed for HCl-leached, HBr-leached, and citric acid-leached corncob in the furnace at 750 ºC for 5 hours. Corncob ash was characterized by Energy Dispersive X-ray fluorescence spectroscopy (EDXRF), Fourier transforms infrared spectroscopy (FTIR), X-Ray diffraction (XRD), and Scanning electron microscope-electron dispersive X-ray (SEM-EDX). In this study silica content increase after acid treatment (leaching) and combustion at high temperatures. The result established that silica is most obtained with HCl treatment that is equal to 79,95% with lower metallic oxide impurity content. The FTIR spectra with different intensity shows silanol group at 1636 – 1641 cm-1, whereas siloxane group at 1037 – 1106 cm-1, 616–797 cm-1, and 459–469 cm-1. X-Ray diffractogram shows silica transition pf amorphous (2θ = 21 - 25º) to quartz crystalline (2θ = 26.66º) phase. The surface morphology of silica that characterized with SEM-EDX shows amorphous and crystalline silica corresponds to XRD result. The high intensity spectra of Si and O in EDX shows the presence of silica in corncob ash.
EKSTRAKSI GLUKOMANAN DARI TEPUNG PORANG (Amorphophallus muelleri Blume) DENGAN ETANOL Nurlela Nurlela; Dewi Andriani; Ridha Arizal
Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.668 KB) | DOI: 10.20527/jstk.v14i2.8330

Abstract

Iles-Iles kuning (Amorphophallus muelleri Blume) is a potential source of glucomannan, a polysaccharide compound that has several special properties which often used in various fields of industry, pharmacy, and food. The quality of glucomannan produced domestically still cannot match the quality of imported glucomannan. This study aims to know the effect of difference extraction methods of glucomannan from iles-iles kuning flour using ethanol to obtain high contain of glucomannan with better quality. Good quality of glucomannan has high viscosity and contains small amount of water, ash, protein, fat, and starch. Extraction of iles-iles kuning flour using multilevel concentration of ethanol (40, 60, and 80%) was able to produce higher glucomannan and better quality than ethanol 60% with three times of extraction. Extraction using multilevel ethanol was able to improve glucomannan content from 16,43% to 62,2%. Fourier Transform Infra Red (FTIR) spectra of extracted glucomannan showed the functional groups composing the glucomannan compound (O-H, C=O, C-O, C-H) similar to the spectra of commercial glucomannan.