Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KESUBURAN TANAH DAN LAJU FOTOSINTESIS TANAMAN KELAPA SAWIT YANG MENUNJUKKAN GEJALA WHITE STRIPE PADA LAHAN GAMBUT DI LABUHAN BATU Edy Sigit Sutarta; Muhdan Syarovy
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 27 No 2 (2019): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2049.624 KB) | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v27i2.78

Abstract

White stripe is the loss of green pigment with elongated shape on left and right side of the mid-rib. White stripe is often associated with an imbalance in the N/K nutrient ratio in oil palm. This study aims to determine soil fertility, growth, and photosynthesis rate of oil palm that expressing white stripe symptoms on Fluvaquentic Haplosaprists in Labuhan Batu, North Sumatra. This research was conducted by observing the ecophysiology of 3 plant conditions consisting of a) healthy oil palms, b) oil palms expressing white stripe symptoms, and c) oil palms expressing Boron deficiency symptoms. The results showed that peat soil at the research site has good fertility status. Soil fertility of all treatments are similar except its available nutrients, where the oil palms expressing white stripe symptoms have average P available, K, Ca, Na, and Mg exchanged lower than healthy oil palms as well as oil palms expressing Boron deficiency symptoms. Oil palms expressing white stripe symptoms have low leaf N/K rasio (2.19), and have no relation with Boron deficiency, with unsignificant leaf area indeks (LAI) compared to other treatments. Low chlorophyll content of oil palms expressing white stripe and Boron deficiency symptoms have affected to low rate of photosynthetic rate and, If not corrected immediately, white stripe and also boron deficiency will affect to oil palm growth and productivity.
Analisis Usahatani Tumpang Sari Hortikultura pada Fase Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan (TBM) serta Dampaknya terhadap Kesuburan Tanah di Kecamatan Tandun, Rokan Hulu, Riau Zulfi Primasani Nasution; Rana Farrasati; Edy Sigit Sutarta
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2022.006.02.28

Abstract

Ketiadaan modal keuangan dan hilangnya pendapatan pekebun setelah di masa tanaman belum menghasilkan menjadi alasan utama penyebab tertundanya kegiatan peremajaan di perkebunan sawit rakyat. Kelompok Tani swadaya Sido Makmur yang berlokasi di Riau telah meremajakan kebun seluas 20 hektar dengan sistem tumbang serempak/total disertai dengan sistem tumpang sari tanaman sayuran. Meski sistem ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi, ternyata berhasil diterapkan oleh Kelompok tani ini. Penelitian ini dilakukan untuk 1) mengetahui alasan pekebun memilih melakukan peremajaan dengan sistem tumpang sari, 2) mengetahui manfaat finansial dari penerapan tumpang sari, dan 3) mengetahui dampak sistem tumpang sari terhadap status kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman kelapa sawit pada masa tanaman belum menghasilkan. Penelitian ini dilakukan di Desa Kumain, Kecamatan Rokan Hulu pada Oktober 2019. Analisis data dilakukan menggunakan usahatani tanaman sela dan analisis dampak budidaya tanaman sela terhadap kesuburan tanah di areal tanaman kelapa sawit TBM 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) melibatkan 5 orang anggota kelompok tani. Data yang dikumpulkan meliputi praktik pola tanam dalam setahun, biaya input produksi, harga jual, hasil produksi, dan pendapatan. Selain itu juga dilakukan pengambilan sampel tanah pada 5 titik pengamatan ditiap kebun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tumpang sari tanaman sela pada kebun kelapa sawit rakyat di Tandun, Rokan Hulu, Riau secara ekonomi layak diusahakan. Hal ini dapat dinilai dari besaran nilai RCR yang lebih dari satu pada seluruh jenis tanaman sela yang diusahakan. Hal ini juga menjelaskan bahwa usahatani tumpang sari tanaman sela berupa tanaman holtikultura dapat menjadi alternatif pendapatan semasa tanaman kelapa sawit tanaman belum menghasilkan. Lebih lanjut, hasil analisis kadar hara tanah dan pertumbuhan vegetatif tanaman antara plot kontrol dan plot tumpang sari memiliki nilai yang cukup serupa. Sehingga dapat dikatakan sistem tumpang sari ini direkomendasikan karena tidak memberikan efek buruk terhadap pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah.