Ambar Pratiwiningrum
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH CAIRAN RUMEN DAN LUMPUR GAMBUT SEBAGAI STARTER DALAM PROSES FERMENTASI METANOGENIK Kunty Novi Gamayanti; Ambar Pratiwiningrum; Lies Mira Yusiati
Buletin Peternakan Vol 36, No 1 (2012): Buletin Peternakan Vol. 36 (1) Februari 2012
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v36i1.1274

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pembentukan biogas, gas metan, dan aktivitas enzim pada fermentasi anaerobik feses sapi yang ditambahkan limbah cairan rumen dan lumpur gambut mempercepat proses fermentasi dan meningkatkan produksi biogas. Penelitian terdiri dari 3 macam perlakuan, yaitu tanpa inokulum, dengan penambahan inokulum limbah cairan rumen sebesar 25%, dan dengan penambahan inokulum lumpur gambut sebesar 25%. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan, dengan pengamatan 0; 10; 20; 30; dan 40 hari. Pada akhir fermentasi dilakukan uji gas metan. Data yang diperoleh dianalisis variansi menggunakan pola split plot untuk pengamatan pengukuran volume biogas, konsentrasi gas metan, produksi metan, pengamatan temperatur sludge digester dan derajat keasaman (pH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH dan suhu menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Volume biogas menunjukkan hasil yang nyata (P<0,05) dengan nilai rata sebesar 228,67 ml tanpa inokulum, 229,65 ml dengan inokulum cairan rumen, 358,25 ml dengan inokulum lumpur gambut dan sampai hari ke-40 mengalami kenaikan. Nilai kadar metan menunjukkan hasil yang nyata (P<0,05) dengan nilai rata sebesar 35,91% tanpa inokulum, 35,74% dengan inokulum cairan rumen, 38,52% dengan inokulum lumpur gambut dan sampai hari ke-40 mengalami kenaikan. Produksi metan yang dihasilkan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan nilai rata sebesar 91,15 ml tanpa inokulum, 119,36 ml dengan inokulum cairan rumen, 150,62 ml dengan inokulum lumpur gambut dan sampai hari ke-40 mengalami kenaikan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan limbah cairan rumen dan lumpur aktif gambut hingga 25% dapat mempercepat proses fermentasi. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk lama tinggal proses fermentasi di dalam fermentor untuk mengetahui laju maksimal produksi biogas. (Kata kunci: Biodigester, Bakteri asidogen dan asetogen, Limbah cairan rumen, Lumpur gambut)
PENGARUH JENIS KOTORAN TERNAK SEBAGAI SUBSTRAT DENGAN PENAMBAHAN SERASAH DAUN JATI (Tectona grandis) TERHADAP KARAKTERISTIK BIOGAS PADA PROSES FERMENTASI Ludfia Widyasmara; Ambar Pratiwiningrum; Lies Mira Yusiati
Buletin Peternakan Vol 36, No 1 (2012): Buletin Peternakan Vol. 36 (1) Februari 2012
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v36i1.1275

Abstract

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari aktivitas biologi dalam proses fermentasi anaerob dan sebagai energi terbarukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kotoran sapi dan kuda sebagai substrat dalam pembentukan gas metan pada proses fermentasi. Percobaan dilakukan dengan 2 perlakuan, yaitu P1 untuk perlakuan biogas dengan kotoran sapi dan P2 untuk perlakuan dengan menggunakan kotoran kuda. Pada setiap perlakuan terdiri atas 3 level, yaitu dengan penambahan serasah daun jati sebanyak 0, 5, dan 10%. Penelitian dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan pengambilan sampel sebanyak 4 kali pada hari ke-10, 20, 30, dan 40. Variabel yang diukur adalah volume biogas, kadar gas metan, dan produksi gas metan. Pengolahan data penelitian menggunakan perhitungan analisis split-plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan terhadap biogas dengan substrat kotoran sapi dan kotoran kuda yang disebabkan oleh perbedaan sistem pencernaan antara sapi dan kuda sehingga mengakibatkan kandungan bahan organik dalam feses kuda lebih tinggi daripada bahan organik dalam feses sapi. Selain itu interaksi waktu juga mempengaruhi produksi biogas sebagai hasil akhirnya. Namun demikian, penambahan serasah daun jati tidak memiliki interaksi positif terhadap peningkatan produksi biogas, hal ini disebabkan karena terdapatnya kandungan tanin dalam daun jati. (Kata kunci: Kotoran sapi, Kotoran kuda, Serasah daun jati, Biogas)
PEMANFAATAN FESES BABI (Sus sp.) SEBAGAI SUMBER GAS BIO DENGAN PENAMBAHAN AMPAS SAGU (Metroxylon spp.) PADA TARAF RASIO C/N YANG BERBEDA Daniel Yohanis Seseray; Suharjono Triatmojo; Ambar Pratiwiningrum
Buletin Peternakan Vol 36, No 3 (2012): Buletin Peternakan Vol. 36 (3) Oktober 2012
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v36i3.1630

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi gas bio dari campuran substrat feses babi dan limbah ampas sagu dengan perlakuan waktu retensi dan taraf rasio C/N yang berbeda yang meliputi temperatur digester, volume gas bio, konsentrasi gas metan dan produksi gas metan, nilai pH, dan produksi VFA. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan bertempat di Desa Sidomulyo, Yogyakarta. Materi yang digunakan adalah 27 unit digester dengan substrat campuran feses babi, ampas sagu, air, dan cairan rumen sebagai inokulum. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi pola split plot dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s new Multiple Range Test (DMRT) untuk mengetahui perbedaan antara nilai rata-rata. Data volume gas bio, konsentrasi dan produksi gas metan pada perlakuan C/N 20, 25, dan 30 berturut-turut volume gas bio 0,048; 0,049; 0,043 ml, dan konsentrasi metan 12,14; 11,08; 5,39%, serta produksi gas metan 0,0058; 0,0055; dan 0,0023 ml, ini menunjukkan bahwa produksi gas bio yang dihasilkan tidak optimal karena pH dan suhu digester juga tidak optimal yaitu rata-rata berkisar antara 5,8-7,0 dan 26,06-29,78oC. Produksi asam lemak volatil (asam asetat, propionat dan butirat) meningkat pada waktu retensi hari ke-20 dan menurun hari ke-30, pada taraf rasio C/N 20 produksi lebih tinggi di banding taraf rasio C/N 25 dan C/N 30. Disimpulkan bahwa penambahan ampas sagu pada feses babi sebagai substrat gas bio pada taraf rasio C/N 20 menghasilkan produksi gas bio yang paling baik.(Kata kunci: Produksi gas bio, Feses babi, Ampas sagu, rasio C/N)
Kandungan Asam Lemak dan Asam Amino Bebas Susu Acidophilus yang Dibuat dari Susu Pasteurisasi dan Sterilisasi Nurliyani (Nurliyani); Ambar Pratiwiningrum
Buletin Peternakan Vol 21, No 1 (1997): Buletin Peternakan Vol. 21 (1) April 1997
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v21i1.1676

Abstract

Artikel dalam bentuk PDF
PENGGUNAAN PROTEASE ASPERGILLUS sp. DAN RHIZOPUS sp. DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA DALAM TAHAPAN UNHAIRING TERHADAP KUALITAS FISIK DAN LIMBAH CAIR PADA PENYAMAKAN KULIT DOMBA Yunus Syafie; Suharjo Triatmojo; Ambar Pratiwiningrum
Buletin Peternakan Vol 37, No 3 (2013): BULETIN PETERNAKAN VOL. 37 (3) OKTOBER 2013
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v37i3.3092

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas proteolitik yang dihasilkan jamur Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. dalam tahapan unhairing (buang rambut) pada proses penyamakan kulit domba serta pengaruh penggunaan dengan konsentrasi berbeda, terhadap kuat tarik, kemuluran, suhu kerut, dan kualitas limbah (pH, BOD, dan COD). Materi yang digunakan yaitu 15 lembar kulit domba awetan garam dibagi 2 bagian sepanjang garis lurus punggung sehingga diperoleh 30 lembar kulit, kulit dibagi secara acak menjadi 10 kelompok. Perlakuan terdiri dari dua belas kombinasi yaitu protease dari Aspergillus sp., Rhizopus sp. serta gabungan antara Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. dengan konsentrasi protease 2% (P1), 2,5% (P2), 3% (P3), dan sebagai kontrol P0. Proses unhairing secara konvensional menggunakan bahan kimia Na2S (3%) dan kapur Ca(OH)2 6% dengan 3 ulangan. Sampel air limbah setelah proses unhairing diambil dan dibawa ke laboratorium untuk uji kualitas. Kulit diproses lebih lanjut menjadi kulit samak glazed. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 4, apabila berbeda nyata dilakukan uji banding dengan uji Duncan’s new Multiple Range Test (DMRT). Hasil uji aktivitas proteolitik paling tinggi adalah gabungan antara protease dari Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. yaitu sebesar 1.079,17 μM/ml/menit, sedangkan protease Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. masing-masing memiliki aktivitas proteolitik sebesar 542,96 μM/ml/menit dan 392,89 μM/ml/menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan protease dengan konsentrasi yang berbeda dapat memberikan efek yang positif terhadap kualitas fisik dan limbah cair proses unhairing kulit domba. Konsentrasi protease 2,5% dan 3% dapat meningkatkan nilai kuat tarik dan suhu kerut kulit domba serta menghasilkan kulit yang bersih tanpa ada rambut yang menempel dan struktur serabut kolagen terbuka. Perlakuan protease sangat potensial karena dapat menekan angka BOD dan COD limbah sebesar 69%. Tidak terjadi interaksi antara konsentrasi protease dan sumber protease dalam penelitian ini.(Kata kunci: Protease Aspergillus sp. dan Rhizopus sp., Unhairing, Konsentrasi, Kualitas fisik kulit, dan Limbah cair)