Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Potensi Penggunaan Protease Aspergillus sp. dengan Konsentrasi Berbeda dalam tahapan Unhairing terhadap Kualitas Limbah Cair pada Penyamakan Kulit Domba Syafie, Yunus
CANNARIUM Vol 11, No 1 (2013): Jurnal Cannarium
Publisher : CANNARIUM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research aims to identify the influence
PENGGUNAAN PROTEASE ASPERGILLUS sp. DAN RHIZOPUS sp. DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA DALAM TAHAPAN UNHAIRING TERHADAP KUALITAS FISIK DAN LIMBAH CAIR PADA PENYAMAKAN KULIT DOMBA Yunus Syafie; Suharjo Triatmojo; Ambar Pratiwiningrum
Buletin Peternakan Vol 37, No 3 (2013): BULETIN PETERNAKAN VOL. 37 (3) OKTOBER 2013
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21059/buletinpeternak.v37i3.3092

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas proteolitik yang dihasilkan jamur Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. dalam tahapan unhairing (buang rambut) pada proses penyamakan kulit domba serta pengaruh penggunaan dengan konsentrasi berbeda, terhadap kuat tarik, kemuluran, suhu kerut, dan kualitas limbah (pH, BOD, dan COD). Materi yang digunakan yaitu 15 lembar kulit domba awetan garam dibagi 2 bagian sepanjang garis lurus punggung sehingga diperoleh 30 lembar kulit, kulit dibagi secara acak menjadi 10 kelompok. Perlakuan terdiri dari dua belas kombinasi yaitu protease dari Aspergillus sp., Rhizopus sp. serta gabungan antara Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. dengan konsentrasi protease 2% (P1), 2,5% (P2), 3% (P3), dan sebagai kontrol P0. Proses unhairing secara konvensional menggunakan bahan kimia Na2S (3%) dan kapur Ca(OH)2 6% dengan 3 ulangan. Sampel air limbah setelah proses unhairing diambil dan dibawa ke laboratorium untuk uji kualitas. Kulit diproses lebih lanjut menjadi kulit samak glazed. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 4, apabila berbeda nyata dilakukan uji banding dengan uji Duncan’s new Multiple Range Test (DMRT). Hasil uji aktivitas proteolitik paling tinggi adalah gabungan antara protease dari Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. yaitu sebesar 1.079,17 μM/ml/menit, sedangkan protease Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. masing-masing memiliki aktivitas proteolitik sebesar 542,96 μM/ml/menit dan 392,89 μM/ml/menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan protease dengan konsentrasi yang berbeda dapat memberikan efek yang positif terhadap kualitas fisik dan limbah cair proses unhairing kulit domba. Konsentrasi protease 2,5% dan 3% dapat meningkatkan nilai kuat tarik dan suhu kerut kulit domba serta menghasilkan kulit yang bersih tanpa ada rambut yang menempel dan struktur serabut kolagen terbuka. Perlakuan protease sangat potensial karena dapat menekan angka BOD dan COD limbah sebesar 69%. Tidak terjadi interaksi antara konsentrasi protease dan sumber protease dalam penelitian ini.(Kata kunci: Protease Aspergillus sp. dan Rhizopus sp., Unhairing, Konsentrasi, Kualitas fisik kulit, dan Limbah cair)
EFEKTIFITAS ENZIM PROTEASE Aspergillus sp. PADA PROSES UNHAIRING TERHADAP HISTOLOGI KULIT SAMAK Yunus Syafie
JURNAL BIOEDUKASI Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Bioedukasi Edisi Oktober
Publisher : UNIVERSITAS KHAIRUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.27 KB) | DOI: 10.33387/bioedu.v2i1.67

Abstract

Unhairing atau proses buang rambut adalah tahapan proses yang dilakukan pada pra penyamakan kulit atau beam house oleh industri penyamakan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  aktivitas   proteolitik  yang  dihasilkan  dari  jamur   Aspergillus  sp.   serta   pengaruh penggunaan dengan konsentrasi berbeda terhadap histologi kulit tahapan unhairing (buang rambut) pada proses penyamakan kulit. Materi yang digunakan yaitu 12 lembar kulit domba awetan garam. Perlakuan terdiri dari 12 kombinasi yaitu percobaan Aspergillus sp., dengan konsentrasi protease adalah  :  2%  (P1),  2,5%  (P2),  3%  (P3),  sebagai  kontrol  P0  adalah  proses  unhairing  secara konvensional menggunakan bahan kimia Na2S (3%) dan kapur Ca(OH)2 6% dengan 3 ulangan. Kulit setelah proses unhairing diambil contoh uji yang diambil sebesar 0,75   x   0,5 cm dengan panjang sejajar garis punggung untuk pengujian histologi. Selanjutnya kulit diproses lebih lanjut menjadi kulit samak glazed. Data yang diperoleh berupa aktivitas enzim dan histologi kulit yang dianalisis secara deskriptif. Hasil uji aktivitas proteolitik Aspergillus sp. sebesar 542,96 μM/ml/menit. Kenaikan konsentrasi enzim membuat keja enzim semakin optimal untuk menghidrolisa protein, semakin tinggi kadar enzim yang diberikan maka semakin besar kecepatan enzim untuk menghidrolisis substratnnya. Ini menyebabkan struktur jaringan kulit menjadi lebih terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan protease dengan konsentrasi yang berbeda dapat memberikan efek yang positif terhadap histologi pada proses unhairing kulit. Konsentrasi protease 2,5% dan 3% dapat menghasilkan kulit yang bersih tanpa ada rambut yang menempel dan struktur serabut kolagen terbuka. Kata kunci: Aspergillus sp., histologi, protease, Rhizopus sp., unhairing
ANALISIS PROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGAN PRODUK INDUSTRI BERBAHAN BAKU DAGING BUAH PALA DI KOTA TERNATE Nurdiayanawati Djumadil; Yunus Syafie
TECHNO: JURNAL PENELITIAN Vol 8, No 2 (2019): Techno Jurnal Penelitian
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/tk.v8i2.1521

Abstract

Prospek pengembangan penganekaragaman produk berbahan baku daging buah pala melalui pengolahan Industri Kecil Menengah (IKM) yang ada di Kota Ternate sangat prospektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prospek dan kendala pengembangan produk industri berbahan baku daging buah pala. Metode analisis yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu membandingkan tingkat prioritas antar variabel antara lain; Goal, Kriteria (Prospek dan Kendala), sub kriteria (cita rasa, skala usaha, pariwisata),  (kontinuitas bahan baku, kualitas SDM, modal usaha, standar mutu) dan alternatif (sirup pala, manisan pala, jus pala, snack pala, dodol pala, sambal pala, stick pala) pada suatu level atau tingkatan dari suatu susunan hirarki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria prospek secara keseluruhan yang paling berpengaruh dalam pengembangan produk industri berbahan baku daging buah pala adalah kriteria skala usaha dengan  nilai bobot 0,447. Ini mengindikasikan bahwa para pelaku usaha industri berbahan baku daging buah pala mampu bersaing dalam skala usaha kategori Industri Kecil Menengah (IKM).  Sedangkan pada pemilihan alternatif  terbaik adalah produk jus pala dengan nilai bobot 0,349, karena memiliki permintaan pasar tertinggi baik pasar lokal,  nasional bahkan ke manca negara. Kriteria kendala secara keseluruhan yang paling berpengaruh dalam pengembangan produk industri berbahan baku daging buah pala adalah kriteria modal usaha dengan  nilai bobot 0,419 merupakan faktor penting untuk mengatasi masalah dalam pengembangan produk. Dan pada pemilihan alternatif yang menjadi kendala utama adalah produk jus pala dengan nilai bobot 0,349, walau memiliki permintaan pasar yang tinggi, namun penyediaan bahan baku daging buah pala pada kriteria kontinuitas bahan baku rendah atau tidak sebanding dengan permintaan produk jus pala.
PPUPIK BROILER ORGANIK Yusri Sapsuha; Yunus Syafie; Nur Sjafani; Hasriani Ishak
JURNAL PengaMAS Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : UNIVERSITAS KHAIRUN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/pengamas.v1i2.900

Abstract

Tujuan dilakukannya kegiatan PPUPIK Broiler Organik adalah untuk memaksimalkan penggunaan limbah-limbah pertanian dan perikanan di wilayah Maluku Utara sebagai pakan broiler guna menekan harga pakan, serta memanfaatkan tanaman herbal seperti kunyit (Curcuma domestica), temu lawak  (Curcuma xantharrhiza Roxb), daun pala (Myristica frangrans Houtt) dan cengkeh  (Syzygium aromaticum L) sebagai fitobiotik pengganti antibiotik sehingga didapatkan broiler organik yang sehat dan aman untuk dikonsumsi. Pemakaian antibiotik yang luas menyebabkan residu dalam produk ternak. Resistensi mikroba patogen pada manusia terhadap antibiotik merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Industri peternakan harus mengurangi penggunaan antibiotik pada hewan produksi dan mencari alternatif lain dalam pengendalian penyakit untuk menggantikan pemakaian antibiotik. Tanaman herbal dapat digunakan sebagai fitobiotik pengganti antibiotik. Hasil kegiatan menunjukan bahwa penggunaan limbah pertanian dan perikanan serta tanaman herbal dalam pakan dapat meningkatkan produktifitas broiler serta mengurangi biaya produksi.
STRENGTHENING THE FUNCTIONS OF FARMER GROUPS IN THE MANUFACTURE AND USE OF VEGETABLE WASTE MOL IN PLANTS (MUSTARD GREENS, SPINACH) Nurdiyanawati Djumadil; Yunus Syafie
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1 No. 7: Desember 2021
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jabdi.v1i7.657

Abstract

Farmer groups are farmer institutions that have a strategic role in supporting the success of agricultural activities and as subjects of sustainable agricultural development. However, in general, the roles and functions of farmer groups as learning classes, vehicles for cooperation, and production units do not work as they should. As is the case with Tanjung Selatan farmer groups. The purpose of this service activity is to help raise awareness of farmers in farmer groups as partners so that they want, know, and adopt science, skills, and technology in producing organic fertilizers in the form of Local Micro Organisms (MOL vegetable waste) that are environmentally friendly. The implementation of this PKM activity uses a socialization and training approach as well as its application starting from the preparation of materials to the processing process into vegetable waste MOL fertilizer products that are ready to be used on kale, mustard and spinach plants which can reduce the use of chemicals so that the vegetables produced have good quality.
FACTORS AFFECTING VEGETABLE BUSINESS PRODUCTIVITY IN AFA-AFA KELURAHAN, TIDORE CITY, ISLANDS Nurdiyanawati Djumadil; Yunus Syafie
Jurnal Inovasi Penelitian Vol 3 No 3: Agustus 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47492/jip.v3i3.1927

Abstract

This study aims to determine the factors that influence the effectiveness of farmer groups in the development of horticultural crops, especially vegetables in Afa-Afa Village, Tidore Islands City, with the consideration that; Afa-Afa Village, North Tidore District, Tidore Islands City, is one of the centers for horticultural crops (vegetables), Farmers group members are active in farming, Have fertile land. Data collection techniques were carried out through observation, interviews, documentation and recording. Testing the questionnaire using the test of vekiditas and reliability. Data analysis using Multiple Linear Regression. The results showed that the characteristics of vegetable farming farmers in Afa-Afa village based on experience in farming as a farmer group ranged from 5 to 10 years. while the level of knowledge of farmer groups in Afa-Afa Village, North Tidore District, Tidore Islands City shows moderate to high criteria with the same percentage, namely 50% (high) and 50% (medium). Testing the effectiveness of farmer groups simultaneously there are three variables that influence the level of experience, the level of willingness to share knowledge and the variable level of income. The magnitude of the contribution of all these variables affect the effectiveness of the farmer group, which is Rp. 80.1%. Partially, only two variables have a significant effect, namely the variable level of willingness to share knowledge and the variable level of income in the development of horticultural crops, especially vegetables. While the experience level variable has no significant effect.
COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH UTILIZATION OF LIVESTOCK WASTE AS ORGANIC FERTILIZERAND ITS APPLICATION IN HORTICULTURAL PLANTS IN BOBAWA VILLAGE, MALIFUT DISTRICT, NORTH HALMAHERA REGENCY Yunus Syafie; Nurdiyanawati Djumadil
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2 No. 6: Nopember 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jabdi.v2i6.3883

Abstract

Empowerment is a form of efforts made by groups or communities who initiate the process of social activities in order to improve their own situation and condition, or in other words, the empowerment can also help farmers who have been experiencing difficulties, it also help the farmers by improve their welfare. In this regard, the Community Partnership Program (CPP) can be one of the community service programs that integrates academic activities with the dharma of service, so that it cancreate both soft skills and hard skills needed by communities. The aim of this service activity was to improvefarmers’ awareness in farmer groups to join as partners, so that they want, know, and adopt science, skills, and technology in producing organic fertilizer from livestock waste (animal waste) that is environmentally friendly. This CPP activity has been conducted through socialization and training, as well as practical work starting from the preparation of materials to the process into organic fertilizer products of livestock waste that canbe used on horticultural crops (vegetables); this can reduce the use of chemical fertilizers,resulting in a higher quality of the harvested vegetables.
Productivity of Bali Female Cattle (Bos sondaicus) in Bumirestu, Dakaino and Akedaga Villages of East Halmahera Regency Halifa Lidamona; Oktora Dwi Putranti; Yunus Syafie
Chalaza Journal of Animal Husbandry Vol 6, No 2 (2021): Chalaza Journal of Animal Husbandry
Publisher : UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.441 KB) | DOI: 10.31327/chalaza.v6i2.1582

Abstract

The current research aimed to determine Bali cattle's productivity in Bumirestu, Akedaga, and Dakaino Villages in East Halmahera Regency. This research was carried out in Bumirestu, Akedaga, and Dakaino Villages, East Halmahera Regency, for three months, from February to April 2018. A presurvey and field survey methods were applied to observe several variables: calf weaning, mothers mating after calving, estrus age after calving, first calving age, and body weight. Livestock productivity could be seen from the reproductive characteristics, the first calving age with 64% in Dakaino Village. Calf weaning with a percentage of 42.5% in Bumirestu Village, estrus age after calving with a percentage of 52% in Dakaino Village, parents were mating after giving birth with a percentage of 60% in Akedaga Village, and body weight by calculating the average of 288.71±17.55 in Dakaino Village. It was revealed that the factors that support the livestock productivity are the first calving age of the cattle was two years old, calf weaning was at 2-4 months old, the estrus age after calving was 30-60 days, and the parents were mated 60 to 90 days after calving.
FERMENTASI DEDAK PADI UNTUK PAKAN AYAM DI KAMPUS IV BANGKO DESA BOBANAIGO MADEHUTU Emy Saelan; Dwi Nur Happy Hariyono; Sri Lestari; Yunus Syafie
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 4 No. 5: Oktober 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fermentation of rice bran for chicken feed at Bangko Campus IV, Bobaigo Madehutu Village is carried out with the aim of training chicken breeders, including free-range, broiler and Bangkok chicken breeders, in providing quality feed that meets nutritional standards for growth, so that they can produce optimal production.The methods used in implementing this activity to achieve the objectives and overcome the problems faced by farmers include training in the cultivation of free-range chickens and broilers and the implementation of vaccinations, training in making fermented bran feed, formulating feed according to the age and needs of the livestock as well as guidance to livestock groups which is carried out on an ongoing basis. , monitoring and evaluation carried out on assisted livestock groups.The results of implementing this service activity are (1) The assisted livestock group has the ability to improve the planning of free-range chicken cultivation business activities; (2) Have the ability to handle the initial arrival of native chicken DOC; (3) Have skills in processing feed through fermentation technology, (4) Have skills in formulating feed ingredients according to livestock needs, and (5) Have skills in carrying out vaccinations