Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

MITIGASI DAN ADAPTASI MASA PANDEMI DALAM PRAKTIK RUANG KESEHARIAN DI KOMPLEK PERUMAHAN PERKOTAAN (Kasus RW 11 Pekayon Jaya Bekasi) Samsu Hendra Siwi; Titin Fatimah; Mekar Suteja
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol. 6 No. 1 (2022): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v6i1.15259

Abstract

Wabah virus Covid-19 yang terjadi saat ini sudah meluas ke seluruh dunia. Faktor penularannya sangat mudah dan cepat. Hal ini secara kumulatif dan jangka panjang akan berdampak pada berbagai krisis, baik krisis ekonomi, sosial maupun psikologis.Penelitian ini akan membahas upaya di masyarakat dalam rangka mitigasi yaitu mengurangi dampak dari bencana pandemi yang terjadi, khususnya dampak ekonomi dan psikologis terkait dengan aspek arsitektural. Aktifitas membangun ketahanan pangan di lingkungan rumah dan kawasan, serta adaptasi terhadap pola kebiasaan hidup baru yaitu pemanfaatan lingkungan (seperti tanah fasum-fasos, teras, bagian halaman depan luar rumah sebagai tempat interaksi sosial) serta sikap anggota masyarakat dalam praktik ruang keseharian pada masa pandemi harus dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk melihat upaya masyarakat dalam praktik ketahanan pangan dengan pemanfaatan ruang terbatas di lingkungan masyarakat yang dilakukan di perumahan perkotaan dengan pola kehidupan modern-urban dalam menyikapi issue ini. Penelitian ini juga bertujuan melihat upaya masyarakat dalam praktik adaptif ruang keseharian sebagai upaya konsep “new normal” baik di hunian maupun di kawasan lingkungan perumahan perkotaan. Penelitian ini memakai metode fenomenologi dengan mengambil lokasi RW 11 Pekayon Jaya Bekasi sebagai lokasi penelitian. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan evaluasi bagi pelaksanaan upaya ketahanan pangan dan pelaksanaan upaya non-medik menekan angka penyebaran virus Corona-19 di lingkungan. Hal lain diharapkan juga dapat dipakai sebagai pembelajaran bagi wilayah lain di tingkat masyarakat umum.
REKREASI EDUKASI KULINER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT DI KAWASAN SUNTER Priscilla Lauren Samuel; Samsu Hendra Siwi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22075

Abstract

The construction of the Jakarta International Stadium in an area which is predominantly residential area is an initial boost which is predicted to affect the surrounding area to develop and slowly change the function of the land into an economic center in North Jakarta. However, this has not been synchronized with the economic improvement in the surrounding area. Architectural handling is carried out through an urban acupuncture method approach, which is to analyze urban areas of pain and then inject a new synthesis into the area in the hope that a small change can contribute to a healing impact on the area. After exploring further, culinary education recreation is an option to be built in one of the vacant lands which is less than one kilometer from the Jakarta International Stadium. Recreation as an attractive program visited by tourists, education as a harmony because the Sunter area has many educational and culinary buildings is one of the potentials of the surrounding community that can be utilized and improved in order to grow. Culinary education recreation is expected to be one of the pioneers of alignment so that around the JIS area can continue to be developed and built so as to make Sunter an economic center in North Jakarta. Keywords:  educational; culinary; recreation; urban acupuncture Abstrak Dibangunnya Jakarta Internasional Stadium di kawasan yang mayoritas merupakan area pemukiman menjadi pendongkrak awal yang diprediksikan akan mempengaruhi area sekitarnya untuk berkembang dan perlahan mengubah fungsi lahan menjadi pusat ekonomi di Jakarta Utara. Namun hal ini belum diselaraskan dengan peningkatan ekonomi di wilayah sekitarnya. Penanganan secara arsitektural yang dilakukan yaitu melalui pendekatan metode urban akupuntur, yaitu menganalisa secara urban titik-titik sakit kemudian menyuntikan sintesis baru ke titik daerah tersebut dengan harapan suatu perubahan kecil dapat berkontribusi memberi dampak sembuh pada kawasannya. Setelah menelusuri lebih lanjut maka rekreasi edukasi kuliner menjadi pilihan untuk dibangun di salah satu lahan kosong yang jaraknya kurang dari satu kilometer dari Jakarta Internasional Stadium. Rekreasi sebagai program yang menarik dikunjungi oleh wisatawan, edukasi sebagai keselarasan karena kawasan Sunter memiliki banyak bangunan pendidikan dan kuliner adalah salah satu potensi masyarakat sekitar yang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya agar semakin berkembang. Rekreasi edukasi kuliner diharapkan dapat menjadi salah satu pelopor penyelaras agar sekitar kawasan JIS dapat terus dikembangkan dan dibangun sehingga menjadikan Sunter sebagai pusat ekonomi di Jakarta Utara.
PERANCANGAN RUANG PUBLIK KREATIF DI DUTA MAS FATMAWATI Verrel Moalim; Samsu Hendra Siwi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22076

Abstract

In the 2000s the Duta Mas Fatmawati area was a "live" area and crowded with visitors, but now it looks deserted. Many shophouses are abandoned and abandoned by their residents. Several things that affect this condition, one of which is the construction of MRT stations and tracks in 2013. This development makes access difficult because many roads have to be closed during the construction process, causing congestion and difficulty in getting parking. this causes the interest of visitors to be lost. Even after the completion of the MRT construction, the Duta Mas Fatmawati area has not shown a significant increase. Many things affect it, such as arid areas and lack of greenery, roads with potholes due to former construction and frequent traffic jams and floods at certain points. A small-scale intervention using the urban acupuncture method is needed that is able to solve environmental problems while also being a water catchment area in the form of a creative public space that utilizes the MRT and the many bus stop points in the Duta Mas Fatmawati area. The existence of this creative public space, of course, in addition to solving existing problems in the Duta Mas Fatmawati area, is also an attraction that can attract tourists from other areas and of course can accommodate and improve the economy of the surrounding community. Keywords:  Urban Acupuncture; Creative Public Space; Retail Abstrak Pada tahun 2000-an kawasan Duta Mas Fatmawati merupakan kawasan yang “hidup”dan ramai pengunjung, namun sekarang kondisinya terlihat sepi. Banyak ruko-ruko yang terbengkalai dan ditinggalkan oleh penghuninya. Beberapa hal yang mempengaruhi kondisi ini salah satunya adalah dibangunnya stasiun dan lintasan MRT pada tahun 2013. Pembangunan ini menyebabkan akses menjadi sulit karena banyak jalan yang harus ditutup selama proses pembangunan sehingga menimbulkan kemacetan dan sulit mendapatkan parkir. Hal ini menyebabkan minat pengunjung menjadi hilang. Setelah selesainya pembangunan MRT pun kawasan Duta Mas Fatmawati masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Banyak hal mempengaruhinya seperti daerah yang gersang dan kurang penghijauan,  jalan yang berlubang akibat bekas pembangunan dan sering terjadi kemacetan serta banjir pada titik-titik tertentu. Diperlukan sebuah intervensi skala kecil menggunakan metode akupunktur perkotaan yang mampu menyelesaikan masalah lingkungan selain itu juga menjadi daerah resapan air yang berupa ruang publik kreatif yang memanfaatkan MRT dan banyaknya titik pemberhentian bus pada daerah Duta Mas Fatmawati. Keberadaan ruang publik kreatif ini tentunya selain menyelesaikan masalah yang ada pada kawasan Duta Mas Fatmawati juga menjadi atraktor yang dapat menarik wisatawan dari daerah lain dan tentunya  dapat mewadahi dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
PROSES PENGOLAHAN HASIL LAUT DI KAMAL MUARA: DIVERSIFIKASI OLAHAN IKAN, KULINER, DAN REKREASI Richard Jaya Saputra; Samsu Hendra Siwi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22077

Abstract

Kamal Muara is a coastal area of North Jakarta known for it’s busy harbor in 1960. At Kamal Muara, fishing boats land around the river, which empties into the north coast, forming a fishing village known for it’s Bugis solid culture. However, as the coastal areas of North Jakarta develop, the port of Kamal Muara and Kampung Nelayan has stagnated due to competition with neighboring ports such as Muara Angke and the negative impact of the development of Reclamation Island on the fishers' economy. Now the Fisherman's Village has developed into Rainbow Village along with the development of Kamal Muara into a tourist destination. Seeing the stagnation of the Kamal Muara area, a small-scale intervention using the urban acupuncture method is needed. This method analyzes regional factors and determines strategic steps to renew and rehabilitate the area. By utilizing the potential of Kamal Muara in the form of diversity in fishing catches and strategic locations on the transit route to the Thousand Islands, a marine product processing plant will be developed with the main function as a fish processing workshop and seafood restaurant. This location's development aims to improve the economy by providing employment opportunities, facilitating and diversifying local fish processing businesses, and providing recreational and culinary facilities that support the development of Kamal Muara as a tourist area. This design will be a step in reviving the Kamal Muara area. Keywords: Diversify; Culinary; Fish Processing; Recreation; Urban Acupuncture Abstrak Kamal Muara merupakan daerah pesisir Jakarta Utara yang dikenal dengan pelabuhan yang cukup ramai pada tahun 1960. Di pelabuhan Kamal Muara perahu-perahu nelayan mendarat di sekitar kali yang bermuara di pantai utara, membentuk perkampungan nelayan yang dikenal dengan budaya Bugis yang kental. Namun seiring berkembangnya daerah pesisir Jakarta Utara, daerah pelabuhan Kamal Muara dan Kampung Nelayan mengalami stagnasi, dikarenakan kompetisi dengan pelabuhan sekitar seperti Muara Angke dan dampak negatif pengembangan Pulau Reklamasi terhadap perekonomian nelayan. Kini Kampung Nelayan telah berkembang menjadi Kampung Pelangi seiring dengan perkembangan daerah Kamal Muara menjadi daerah wisata. Melihat stagnasi kawasan Kamal Muara, maka diperlukan intervensi skala kecil dengan metode akupunktur perkotaan. Metode ini dilaksanakan dengan menganalisa faktor kawasan dan menentukan langkah-langkah strategis yang akan memperbaharui dan merehabilitasi kawasan. Dengan memanfaatkan potensi kawasan berupa keberagaman tangkapan nelayan serta lokasi strategis pada jalur transit pengunjung menuju Kepulauan Seribu, maka akan dikembangkan lokasi pengolahan hasil laut dengan fungsi utama sebagai workshop pengolahan ikan dan restoran laut. Pengembangan lokasi ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menyediakan lapangan kerja, memfasilitasi dan melakukan diversifikasi usaha pengolahan ikan setempat serta menyediakan fasilitas rekreasi dan kuliner yang mendukung perkembangan Kamal Muara sebagai daerah wisata. Perancangan ini menjadi langkah dalam menghidupkan kembali kawasan Kamal Muara.
RUANG KOMUNAL DAN REKREASI SEBAGAI TEMPAT KETIGA PADA KAWASAN KEBONDALEM Vanessa Laura Susilo Hermanto; Samsu Hendra Siwi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22078

Abstract

Kebondalem area is one of the old areas which was famous as a center of activity, especially shopping in the city of Purwokerto. Before it was known as a shopping center area, Kebondalem area was famous for its type C bus terminal. The shift in the function of the terminal to shops in 1982, caused this area to become increasingly crowded and dense with shops or stalls to meet the needs of the surrounding communities. However, visitor interest in the area has decreased due to intense economic competition with other areas. The decrease in visitor interest has resulted in this area being left behind with sensitive points of social and physical degradation, such as shops that are starting to close, lack of places to carry out activities, and there are many abandoned facilities and buildings. This degradation event requires an urban acupuncture approach to overcome it. Based on the analysis of the surroundings, this area is surrounded by various kinds of facilities such as educational, office and other commercial facilities. However, with so many educational and office facilities around this area, there is no public space such as third place program as a connection between facilities, such as communal, entertainment or recreational facilities in the center of this area. Therefore, the addition of communal, entertainment or recreation programs as a third place can be a one way to revive this area by applying third place as a concept. Keywords: Communal Space; Recreation; Third Place; Urban Acupuncture Abstrak Kawasan Kebondalem merupakan salah satu kawasan lama yang terkenal sebagai pusat kegiatan khususnya perbelanjaan di kota Purwokerto. Sebelum menjadi kawasan pusat perbelanjaan, kawasan Kebondalem terkenal karena adanya terminal bus tipe C. Adanya pergeseran fungsi terminal menjadi pertokoan pada tahun 1982, menyebabkan kawasan ini menjadi semakin ramai dan padat akan pertokoan atau kios-kios untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Namun, minat pengunjung pada kawasan tersebut menurun karena persaingan ekonomi yang ketat dengan area lain. Menurunnya minat pengunjung tersebut mengakibatkan kawasan ini tertinggal dengan adanya titik-titik degradasi sosial maupun degradasi fisik, seperti pertokoan-pertokoan mulai tutup, kurangnya tempat untuk melakukan aktivitas, serta banyaknya fasilitas atau bangunan yang terbengkalai. Kejadian degradasi ini memerlukan pendekatan akupunktur perkotaan dalam mengatasinya. Berdasarkan analisis sekitar, kawasan ini dikelilingi oleh berbagai macam sarana fasilitas seperti fasilitas pendidikan, perkantoran dan komersial lainnya. Namun dengan banyaknya fasilitas pendidikan dan perkantoran di sekitar kawasan ini, tidak ada program tempat publik seperti tempat ketiga sebagai penghubung antar fasilitas seperti sarana komunal, hiburan atau rekreasi pada pusat kawasan ini. Maka dari itu, dengan penambahan program ruang berupa komunal, hiburan atau rekreasi sebagai tempat ketiga dapat menjadi salah satu cara untuk menghidupkan kembali kawasan ini dengan menerapkan aspek-aspek konsep tempat ketiga.
Re-desain Masjid Darussalam Berbasis Kemudahan Aaksesibilitas Pengguna dan Konsep “Lama-Baru” Samsu` Hendra Siwi; Joni Chin; Diah Anggaraini; Mieke Choandi
MADANI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 No 2 (2021): Madani : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM UPN Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53834/mdn.v7i2.2128

Abstract

Masjid Darussalam merupakan masjid lingkungan dengan konsep arsitektur tropis. Dalam perkembangannya, masyarakat pengguna ingin merenovasi masjid agar kebutuhan yang berkembang dapat diakomodir. Kebutuhan yang ingin diwadahi selain ibadah salat berjamaah, pengajian skala besar, TPA juga mengfungsikan lantai dua menjadi ruang serbaguna dengan harapan dapat sebagai tempat resepsi pada event pernikahan, seminar dan sebagainya. Mengingat bervariasinya usia pengguna (berusia lanjut/lansia) serta keinginan dari sebagian jamaah yang telah beramal dalam pembangunan masjid yang terdahulu untuk tetap mempertahankan sebagian elemen bangunan maka kemudahan aksesibilitas sebagai sebuah keharusan dalam desain serta keberlanjutan gaya dan sebagian pemakaian material lama menjadi solusi desain. Re-desain masjid ini diharapkan dapat memenuhi harapan dari jamaah dengan kemudahan aksesibilitas dan masjid semakin dapat didayagunakan.
Kajian Perubahan Fungsi Dan Karakteristik Elemen Fisik Ruang Publik Plaza Taman Fatahillah Jakarta dari Masa VOC Hingga Masa Sekarang Isnaini Samiaji; Samsu Hendra Siwi; Titin Fatimah
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 2 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i2.625

Abstract

Plaza Taman Fatahillah Jakarta sebagai ruang terbuka publik yang keberadaannya berlokasi di sekitar kawasan bangunan konservasi, memiliki perjalanan sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia bila dikaitkan dengan fenomena perpindahan stadhuis sebagai balaikota atau pusat pemerintahan Batavia dari oude stad (sekarang kawasan Kota Tua) ke Weltevreden (sekarang Lapangan Banteng) pada masa Kolonial Belanda. Hal itu tentunya berdampak pula terhadap perubahan fungsi dan elemen fisik taman publik terbuka tersebut pada masa lalu hingga masa sekarang. Sehingga berikutnya akan diketahui periodesasi yang penting atas perubahan fungsi dan karakteristik elemen fisik taman tersebut seiring dengan perjalanan waktu dari masa sebelum kemerdekaan hingga masa sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perkembangan dan perubahan karakteristik dan fungsi ruang publik terbuka Taman Fatahillah pada masa Kolonial Belanda hingga masa sekarang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan historical research. Penelitian ini menggunakan dua macam sumber data berupa data primer dan skunder. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah bersifat kualitatif berupa hasil wawancara, arsip atau catatan-catatan sejarah. Sedangkan instrumen atau alat bantu untuk mengumpulkan data adalah berupa alat untuk merekam secara visual. Hasil penelitian ini mendeskrispikan sejarah perkembangan dan perubahan karakteristik dan fungsi ruang publik terbuka Taman Fatahillah pada masa Kolonial Belanda hingga masa sekarang.
PETA KARTUN UNTUK PETA KAMPUNG WISATA EDUKASI LINGKUNGAN STUDI KASUS RW 11 PEKAYON JAYA BEKASI SELATAN KOTA BEKASI Samsu Hendra Siwi
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 6 No. 1 (2023): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v6i1.23887

Abstract

The success of RW 11 in the ProKlim and KBA programs as an environment with the Main category towards the Sustainable category in the ProKlim program, immediately demands improvements in various sectors. The Proklim program is a program related to climate change. RW 11 is an example of an urban village area in the form of housing with various environmental care activities by residents. RW 11 made a road map to become an environmental education tourism village. Various instruments are needed to support this success, one of which is a guide for guests/visitors when visiting the RW 11 area for study, comparative studies, or other activities related to the environment. Maps are very important as guides for educational tour routes in this region. RW 11 submitted a request to make a tourist map for this purpose with an attractive, funny, informative, and communicative appearance. The method used is data collection on areas with potential and tourist destination points, interviewing community leaders, and then making a draft map in consultation with partners until the map is printed on board media which is installed at the location points. Maps are posted at points that are easy to see as information as tour guides when visiting RW 11. Cartoons are images that contain information that is humorously communicated to readers. Cartoons can also be used as images on maps that inform about points of interest at tourist sites which are made interesting, funny but informative and communicative. Therefore, as an educational tourism destination, RW 11 needs to make a tourist map like this. The result of this PKM is the creation of a tourist map with cartoon images posted at two location points at the RW 11 intersection. ABSTRAK Keberhasilan RW 11 dalam program ProKlim dan KBA sebagai lingkungan dengan kategori Utama menuju kategori Lestari pada program ProKlim, serta merta menuntut pembenahan berbagai sektor. Program Proklim merupakan program terkait dengan perubahan iklim. RW 11 menjadi contoh sebuah wilayah perkampungan kota yang berupa perumahan dengan berbagai aktivitas peduli lingkungan oleh warga. RW 11 membuat road map menjadi kampung wisata edukasi lingkungan. Perlu berbagai instrumen yang menunjang keberhasilan tersebut salah satunya adalah pengarah bagi tamu/pengunjung bila berkunjung di wilayah RW 11 untuk belajar, studi banding atau kegiatan lainnya yang terkait dengan lingkungan. Peta menjadi hal sangat penting sebagai pengarah rute tour edukasi di wilayah ini. RW 11 mengajukan permohonan pembuatan peta wisata untuk keperluan  tersebut dengan tampilan menarik, lucu, informatif dan komunikatif. Metoda yang pakai adalah pendataan wilayah dengan potensi dan titik-titik lokasi tujuan wisata, wawancara tokoh masyarakat kemudian pembuatan draft peta yang dikonsultasikan dengan mitra hingga dibuatkan pencetakan peta pada media papan yang dipasang di titik-titik lokasi.  Peta dipasang di titik-titik yang mudah dilihat sebagai informasi sebagai panduan tour bila berkunjung di RW 11. Kartun merupakan gambar yang berkonten informasi yang dikomunikasikan kepada pembaca dengan cara humor. Kartun juga dapat dipakai sebagai gambar pada peta yang menginformasikan tentang titik-titik tujuan pada lokasi wisata yang dibuat menarik, lucu namun informatif dan komunikatif. Oleh karena itu, sebagai tujuan wisata edukatif, RW 11 perlu membuat peta wisata seperti ini. Hasil dari PKM ini adalah pembuatan peta wisata dengan gambar kartun yang dipasang di dua titik lokasi di perempatan RW 11.
Clothes as a Spatial Border: Considering Privacy Boundaries in Indonesian Muslim Dwelling Samsu Hendra Siwi
Journal of Islamic Architecture Vol 7, No 3 (2023): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jia.v7i3.19757

Abstract

In Muslim society, the understanding of hijab varies, so the implications for space also vary. Socially, this is possible due to differences in the interpretation of the Qur'an and its implementation. Many Muslim societies operate spatial practices related to clothes and religion, and using clothing as a physical boundary reflects how a person responds to outsiders in their dwelling. The privacy zone in Muslim dwellings can be mapped through the clothing practices found there. This study uses case studies of privacy in six Muslim dwellings as seen through occupants' various clothing practices, from wearing no hijab to wearing hijab with niqab. The study found that the privacy boundaries in Muslim dwellings follow different rules in terms of privacy zones than those of general privacy and investigates the way Muslim women's clothing practices become an expression of spatial boundaries in everyday life. This study suggests the importance for designers of dwellings to consider the beliefs and cultures of inhabitants, including those related to privacy zones based on religious beliefs.
Clothes as a Spatial Border: Considering Privacy Boundaries in Indonesian Muslim Dwelling Samsu Hendra Siwi
Journal of Islamic Architecture Vol 7, No 3 (2023): Journal of Islamic Architecture
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, UIN Maliki Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jia.v7i3.19757

Abstract

In Muslim society, the understanding of hijab varies, so the implications for space also vary. Socially, this is possible due to differences in the interpretation of the Qur'an and its implementation. Many Muslim societies operate spatial practices related to clothes and religion, and using clothing as a physical boundary reflects how a person responds to outsiders in their dwelling. The privacy zone in Muslim dwellings can be mapped through the clothing practices found there. This study uses case studies of privacy in six Muslim dwellings as seen through occupants' various clothing practices, from wearing no hijab to wearing hijab with niqab. The study found that the privacy boundaries in Muslim dwellings follow different rules in terms of privacy zones than those of general privacy and investigates the way Muslim women's clothing practices become an expression of spatial boundaries in everyday life. This study suggests the importance for designers of dwellings to consider the beliefs and cultures of inhabitants, including those related to privacy zones based on religious beliefs.